Perpisahan

30.7K 1.9K 58
                                    

Siang ini gua duduk di teras rumah Fuji sambil menghisap rokok dji sam soe yang di beli ketengan. Asbak rokok bersebelahan dengan teh hangat yang di sediakan tuan rumah. Beberapa kali gua menjentikan abu rokok ke dalam asbak dan beberapa kali juga gua menyeruput teh hangat dengan sikap gelisah.

"Et dah! Lama banget lu, Ji!" Seru gua keras-keras ke arah kamar Fuji yang tertutup.

"Sebentar! Elah...dikit lagi gue juga selesai.."

"Sedikit lagi sedikit lagi! Udah satu jam nih!" Gua tampak tidak sabaran.

Hari ini adalah hari terakhir anak-anak kelas tiga mengikuti UN. Maka dari itu anak kelas satu dan dua di liburkan setelah mengikuti ujian kenaikan kelas.

"Iye..aduh bawel banget nih cowok.."

"Elu kelamaan sih! Make baju aja setahun!"

Nyokapnya Fuji masuk ke dalam teras sehabis menyapu di halaman depan.

"Apa sih dari tadi rame banget?" Tanya nyokap nya Fuji yang mendengar kegaduhan kami.

"Anak ibu pake baju aja lama banget..kesel saya nungguin," jawab gua.

"Namanya juga perempuan, kan harus dandan dulu," kata nyokapnya Fuji dengan nada sabar.

Gua langsung terdiam.

Agak shock mendengar Fuji dandan.

Emang itu anak pernah dandan ya? Gua aja juga baru inget kalo dia ternyata masih perempuan.

"Kamu mau makan dulu?" Kata nyokapnya Fuji menawarkan.

"Nggak ah Bu. Nanti aja di jalan,"

"Ibu sudah masak banyak loh. Sayang-sayang kalau uang jajan kamu malah di pakai makan di luar. Sudah makan saja dulu,"

"Yaudah nanti sore aja saya balik lagi buat makan. Kalau perlu saya nginep disini sampe liburan sekolah selesai. Ibu kalo mau juga boleh kok nganggep saya sebagai anak kandung, ha..ha..ha..ha.."

Nyokapnya Fuji hanya tersenyum.

Beliau tidak marah dengan mulut gua yang suka ceplas-ceplos ini. Karena beliau sudah tahu betul sama sifat-sifat gua.

Tidak lama kemudian Fuji keluar kamar dengan setelan rapih. Tapi tentu saja masih terlihat tomboy seperti biasanya.

"Woo..dasar lelet lu!" Kata gua mengomel-ngomel ke arahnya.

"Bawel banget lo! Lo gak tahu apa gue lagi ribet nyari iket pinggang!" Protes gadis tomboy itu.

"Yaelah...pake nyari iket pinggang segala. Mau nongkrong di halte mah pake tali rapia juga jadi.."

"Sembarangan! Emang gue orang gila apa!"

"Yaudah cabut yuk!"

Gua mematikan rokok ke dalam asbak.

Lalu menghabiskan air teh yang tersisa.

Tidak lupa gua cium tangan berpamitan ke nyokapnya Fuji.

"Saya berangkat ya, Bu..."

"Iya hati-hati ya, Romi.." balasnya sembari mengelus-elus kepala gua penuh dengan perhatian.

Begitu juga Fuji yang kala berpamitan dengan nyokapnya langsung di cium kening, pipi kiri dan kanan. Gadis itu tampak begitu di sayang dan di manja oleh orang tuanya.

Rutinitas cium tangan juga dia lakukan setiap hari ketika berangkat atau pulang sekolah. Padahal kalau sedang di jalur gadis itu berubah menjadi sesosok yang garang dan menakutkan.

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang