Boneka Babi

36.1K 2.2K 229
                                    

Kami berjalan pelan di iringi oleh candaan setiap anak basis. Lalu menyeberang jalan pasar minggu dan berjalan lurus ke arah stasiun kereta. Sepanjang jalanan ini akan selalu gua kenang selamanya. Jalanan di mana kami menunggu angkot yang akan membawa kami pulang ke Halte Cipedak.

"Ssstt...Rom! Ika tuh!" Tunjuk Dika ke arah wanita yang sedang berdiri di depan stasiun.

Mendadak jantung gua berhenti berdetak.

Gejolak-gejolak perasaan rindu meluap-luap, ingin sekali gua menyapa, lalu memberikan salam terbaik di hari ini. Kado yang gua persiapkan dari jauh-jauh hari telah menunggu untuk di serahkan kepadanya.

Ika...

Gimana kabar kamu?

Masih kah kamu ingat semua cerita tentang kita?

"Udah cepet samperin! Keburu naek angkot tuh anaknya!" Desak Fuji.

Dengan langkah mantap gua melaju menghampiri Ika. Semua kata-kata manis dan perpisahan telah gua rangkai di dalam kepala. Mudah-mudahan kado yang harganya tidak seberapa ini bisa meluluhkan hatinya.

Namun langkah gua langsung terhenti sedetik itu juga.

Seorang lelaki yang mengenakan kemeja putih menghampiri Ika sambil memberinya air mineral botol. Ika melemparkan senyum, lelaki itu juga membalasnya. Terlihat obrolan mereka berdua dari kejauhan. Beberapa kali Ika tertawa dengan obrolan-obrolan yang di lemparkan ke dirinya. Lelaki yang jika di lihat dari perawakan dan tampangnya jelas lebih tua dan dewasa. Mungkin dia adalah anak kuliahan.

Gua menatapnya tanpa bergeming.

Gua masih tidak percaya dengan apa yang gua lihat.

Jantung gua benar-bener seperti berhenti berdetak.

Gua shock!

Cara pandang Ika dan cara pandang lelaki itu tampak sama.

Pandangan dua insan yang sedang di mabuk asmara. Ika pernah memberikan pandangan yang sama untuk gua. Sekarang pandangan dari mata yang cantik itu di berikan kepada lelaki lain...

Mereka tertawa di sana.

Tertawa dengan wajah bahagia.

Semenyakitkan ini kah rasanya cinta itu?

Seisi dada ini terkoyak-koyak, semua kesakitan yang gua rasa ketika tawuran masih kalah dengan yang satu ini. Tebasan golok atau pukulan Stick Golf yang pernah gua cicipi masih kalah menyakitkan di banding dengan patah hati.

Secepat itu kah, Ika?

Secepat itu kah hatimu terisi oleh cinta yang lain?

Padahal di sini aku masih terpuruk...memikirkan dirimu...

Aku masih mencintai mu, Ika..

Sungguh di dalam lubuk hati ku paling dalam, aku masih sayang sama kamu...

Gua marah! Gua cemburu! Gua kecewa!

Sebagian diri gua berbisik untuk menghancurkan laki-laki di sebelah Ika, memberinya pelajaran semaksimal mungkin, membuat hidungnya berlumuran darah, bibirnya pecah, matanya lebam, perut dan dadanya lebih cantik jika di hujani oleh tebasan pedang atau mematahkan batang lehernya jika perlu. Lalu berseru tegas dan penuh dengan ancaman, agar tidak mendekati Ika lagi. Karena Ika milik gua! Hanya untuk gua! Dan gua harap Ika juga mau mengerti kenapa sampai gua melakukan itu semua.

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang