Terulang Lagi

36.9K 2.2K 129
                                    

Beberapa hari ini kami melakukan sweeping di daerah jalan baru sampai tanjung barat tapi tidak pernah menemukan sang pelaku yang mengeroyok gua. Malahan kemarin kami bentrok dengan STM TELADAN 305 di daerah Tanjung Barat. Kebetulan di saat itu Buluk dan Okib juga turut serta, sehingga membuat hubungan persahabatan kami menjadi sedikit bergesek.

Tawuran berjalan kurang kondusif. Kedua belah pihak sama-sama tidak ada yang mau mengalah bahkan sampai memakan korban warga sekitar karena terkena lemparan batu hingga harus di bawa ke rumah sakit.

Tapi tawuran bukannya malah berhenti, tapi malah berjalan semakin liar dan menjadi-jadi. Warung dan kaca-kaca kendaraan jadi korban karena ulah kami. Bahkan sempat beberapa STM musuh membakar gapura salah satu kampung yang dekat dengan lokasi tawuran.

Namun akhirnya polisi yang menggunakan 8 mobil dan 4 motor turun tangan membubarkan tawuran. Dua kubu langsung lari menyelamatkan diri masing-masing, terdengar kabar kalau enam orang anak STM TELADAN 305 tertangkap polisi dan salah satunya adalah Buluk kawan tongkrongan gua. Beruntung anak itu bisa cepat bebas setelah di tebus oleh keluarganya ke kantor polisi.


Kabar mengenai tawuran tersebut akhirnya sampai juga ke sekolah kami. Karena polisi datang untuk mencari beberapa anak pelaku tawuran. Tentu hampir semuanya terciduk termaksud gua dan kebanyakan dari kami terkena skorsing tiga hari dilarang masuk sekolah.

Tapi setelah semua itu berlalu kami kembali masuk sekolah seperti biasa. Dan untuk permasalahan balas dendam kami harus rela menunda sementara waktu. Karena di sepanjang jalan polisi dan guru sekolahan kami kerja sama untuk selalu berpatroli di wilayah yang kerap terjadi bentrok.

Berita ini pun sampai ke telinga Ika.

Gadis yang akhir-akhir ini selalu memenuhi hari-hari gua segala perhatiannya.

Ika sudah menunggu gua di depan gereja ketika pulang sekolah. Karena jalanan masih rawan oleh patroli polisi terpaksa kami harus pulang sendiri-sendiri mencari jalan yang aman untuk di lalui sampai ke rumah.

Gua dan Ika berjalan di pinggir trotoar menujuh stasiun kereta Pasar Minggu. Tempat di mana kami akan naik kopaja 616 yang sedang mengetem.

Sejak tadi Ika terus memasang wajah tertekuk, tidak ada senyum sedikitpun di wajahnya.

"Cieilah..manyun aja dari tadi," goda gua kepada gadis yang dari tadi diam sambil memasang wajah ngambek.

"Kenapa sih kemarin kamu harus ikut tawuran?"

Gua jadi terdiam.

"Buat apa coba bikin rusuh di jalan?! Mau dianggap jagoan?!"

Gua menghembuskan nafas berat tanpa dapat berbuat apa-apa seperti seorang anak yang sedang di marahi oleh orang tuanya.

"Kamu tahu kan perbuatan kamu itu selain merugikan orang lain juga merugikan diri kamu sendiri! Aku gak suka ya kamu ikut-ikut tawuran kaya temen-temen kamu yang gak jelas itu!"

"Gak jelas bagaimana maksudnya?" Ada sedikit nada gak terima dari pertanyaan gua.

"Gak jelas kaya bajingan-bajingan di pasar.."

"Kok kamu ngomongnya begitu? Kenapa teman-teman aku kamu katain bajingan?"

"Yang merusak barang milik orang lain dan mencelakakan orang lain tanpa ada rasa belas kasihan itu namanya bajingan!" Nada suara Ika membentak.

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang