Epilog

96.6K 4.9K 2.7K
                                    

Hembusan angin dari barat ke utara menggoyangkan pepohonan rindang di sepanjang jalan hingga membawa daun-daun terbang berserakan. Bau bunga-bunga di tempat itu juga semerbak tercium menyengat di hidung, lalu menghilang di telan terpaan angin sore yang menggulung kecil di jalan.

Seorang pemuda berjalan gontai di jalan beraspal selebar dua meter.

Perasaan benci dan dendam telah lama terkubur di benaknya, hanya menyisakan kesedihan dan penyesalan yang sangat mendalam.

Mimpi dan cita-citanya sudah hilang di dalam ruangan kecil berteralis besi. Kesempatan magang di negeri seberang dan kuliah di Universitas favorit seperti yang di impikannya hanya tinggal cerita masa lalu.

Bahkan dirinya sudah tidak ada tempat untuk pulang.

Terlalu banyak maut yang mengincarnya, peristiwa masa lalu meninggalkan dendam dari seorang kawan yang ingin di balas ke pemuda itu. Makanya dia selalu pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Sampai akhirnya dia menemukan tempat yang pas untuk menata kehidupan yang baru.

Bulan berganti tahun telah berlalu, banyak peristiwa demi peristiwa sudah terjadi, setiap harinya pemuda itu masih terus di datangi oleh mimpi buruk akan peristiwa menyakitkan yang pernah dia alami.

Tidak sehari pun bayang-bayang itu pergi di dalam ingatannya.

Dan hal itu sangat mengganggu kehidupan pemuda itu. Ingin sekali dia menceritakan seluruh kisah tentang dirinya di masa lalu, agar dia dapat mengurangi semua rasa bersalah yang selama ini mengganggu hidupnya. Bayang-bayang gelap yang terus terperangkap dalam jiwanya enggang keluar dan terus bersembunyi di sana.

Namun dia tidak menemukan seseorang yang tepat untuk bercerita...

Pemuda itu berhenti di sebuah gundukan tanah yang masih basah bekas hujan barusan. Dia berlutut, lalu memanjatkan doa dengan kusyuk. Hati nya terus berdoa untuk sahabat yang telah pergi meninggalkannya terlebih dahulu.

Ayat demi ayat di bacakan penuh dengan kelembutan.

Bayangan-bayangan peristiwa masa lalu kembali terekam dalam kepala, seiring surah yasin melantun dari bibirnya.

Rasa penyesalan, marah, kecewa, sedih bercampur aduk menjadi satu.

Sahabat-sahabat baiknya kini telah maju ke depan, mereka berusaha menggapai mimpi-mimpi yang ada sejak masa-masa berjuang. Kini dirinya juga baru mulai melangkah ke depan untuk mewujudkan semua mimpi-mimpi sahabatnya yang terhenti.

Pemuda itu lantas terduduk sambil menatap makam dengan penuh kesedihan di wajahnya, doa telah selesai dia panjatkan, saatnya untuk menceritakan tentang kehidupannya, seperti yang sering dia lakukan pada kunjungan-kunjungan sebelumnya...

"Hei..apa kabar?" Katanya dengan suara pelan. "Elu di sana baik-baik aja kan?"

"Maaf ya beberapa bulan ini gua jarang dateng...abis sibuk terus sih! Hehehehe.."

"Oh iya...gua mau cerita nih..sekarang gua udah kuliah, loh! Memang bukan di ITS, tapi di salah satu universitas di jakarta juga...keseharian gua sibuk terus sekarang..jadi maklumin aja kalau gua jadi jarang dateng..."

"Walaupun begitu..gua selalu doain lu kok dan elu selalu ada dalam hati ini..."

Pemuda itu terdiam sesaat.

Dadanya terasa perih.

"Tapi tenang aja...gua udah gak kaya dulu lagi...gua sekarang udah mau berubah. Jadi pemuda biasa seperti yang lain...seperti angan-angan kita dulu! Lu masih inget kan?"

Pemuda itu kembali bungkam sejenak sambil menatap kuburan itu.

Masih ada rasa tidak terima dan tidak rela di dalam dirinya.

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang