Bingung

30.8K 2K 143
                                    

Gua duduk di bangku kayu kios Rokok Beni. Flannel merah yang tidak di kancing dengan dalaman kaos oblong berwarna hitam dan jeans ketat sobek-sobek, di tambah sepatu sneaker hitam menjadi style gua malam ini.

Khusus malam ini gua sengaja berdandanan rapih dan keren. Karena memang sudah janjian untuk jalan-jalan sama Ika.

Beni memperhatikan dengan tampang heran karena gua agak keren malam ini.

Dari atas ke bawah dia menatap dandanan gua sambil menggeleng-gelengkan kepala. Gua benci banget liat gayanya. Kalo udah begini pasti ujung-ujungnya bakal ngecengin.

"Ganteng banget lu malem ini," puji Beni.

"Sory, gak ada receh gua.." balas gua acuh tak acuh

Beni sesaat bengong.

"Anjing lu!" Makinya kesal.

"Gak usah manggil-manggil nama bapak lu deh," kata gua.

Tampang Beni langsung dongkol.

"Mau kemana lu?" Tanyanya lagi.

"Jalanlah sama cewek! Emang kaya elu pacaran sama teh botol mulu!"

"Setan!" Lantas Beni duduk di samping gua.

Gua mengambil gelas yang berisi anggur merah, lalu meminumnya dengan sekali tenggak.

"Jangan banyak-banyak minum nye..entar mabok lagi lu," Sindir Beni.

"Bawel amat lu kaya enyak gue, udah tuang lagi," gua menyodorkan gelas yang kosong. Beni lantas menuangkan anggur merah ke gelas kosong itu.

"Emang udah punya pacar lu? Siape? Cewek yang waktu itu yak?" Tanyanya sambil menyengir lebar.

Maksud Beni cewek yang waktu itu Ika, yang pernah beli air mineral di kiosnya.

"Baru calon...cocok kan gue sama doi?"

"Cocok. Sama sepatu nye,"

"Ah..babi lu!"

Beni tertawa ngakak.

"Elu mau ikut gak, Ben? Dari dulu sampe sekarang kaga pernah lu ikut-ikut kita kalo nongkrong di luar. Padahal kita udah hampir lima tahun nongkrong bareng.."

"Kalo gua ikut yang jagain warung siapa??"

"Elu bawa aja warung lu.."

"Lu kata gua kura-kura ninja, bawa-bawa rumah segede gini.." protes anak itu.

"Ha..ha..ha..ha..ha.."

"Ben, gua cabut dulu deh, nanti kalo anak-anak udah kumpul, lu bilangin sama mereka gua tungguin di jembatan gang joe," kata gua sambil berjalan ke arah motor yang di parkir.

"Lah lu gak bareng anak-anak?"

"Gua mau jemput Ika dulu ke rumahnye,"

"Iya dah nanti gua sampein,"

*******

Gua langsung meluncurkan motor sekencang-kencangnya melewati setu babakan, gang asem, jalan oebin, dan akhirnya sampai di kelapa tiga rumah Ika. Motor gua langsung parkirkan di halaman rumahnya. Dengan langkah terburu-buru gua berjalan ke teras yang di sana sudah ada mamanya Ika sedang duduk sendirian.

"Assalamualaikum.." sapa gua seraya duduk di depannya.

"Waalaikumsalam.." jawabnya halus. "Ya salaman dululah, Rom.." lanjutnya yang memprotes sikap slonong boy gua.

"He..he..he..maaf-maaf. Gak ngeh,"

Gua langsung mencium tangan beliau dengan sopan.

"Tumben malam minggu dateng ke sini?" Tanya mamanya Ika.

Pisang goreng di piring kecil yang tersaji di meja kayu coklat langsung gua sabet. Gua memang sudah akrab sama keluarga Ika, jadi kalau masuk rumahnya tinggal nyelonong saja, sama seperti ketika mengambil makanan atau minuman.

"Papah belum pulang Ma?" Gua menanyakan suami dari mamanya Ika. Biasanya malam minggu seperti ini sang suami sedang olahraga bulu tangkis di lapangan dekat rumah.

"Belum. Ini mama lagi nungguin,"

"Udah gede pake di tungguin, nanti juga pulang sendiri.."

"Iya dong, istri yang baik kan harus menunggu suami pulang,"

"Cieilah..romantis amat. Takut di godain janda kali.." celetuk gua keceplosan.

"Huuss, kalo ngomong.." mama nya Ika lantas mencubit lengan gua.

"Hahahahaha,"

"Gitu-gitu papa nya Ika masih ganteng loh, mama khawatir aja kalau ada yang menggoda,"

"Yaelah mah, kan cinta papa cuma untuk mama. Jadi tenang aja,"

"Kamu bisa aja..."

Gua melongok-longok ke arah dalam. Mencoba mencari penampakan Ika.

"Ika mana, Mah?"

"Loh! Ika tadi jalan sama Satria memangnya kamu gak di kasih tahu ya?" Agak terkejut juga beliau ketika gua menanyakan anaknya.

Gua langsung bengong dengan wajah yang tolol.

"Jalan sama Satria?" Tanya gua seolah gak percaya.

"Iya..sudah dari jam tujuh tadi, mungkin nanti jam sepuluhan baru pulang. Kamu tunggu aja di dalem sambil nonton tv,"

Speechless....

Eh, kok gitu sih? Kan Ika udah janji mau jalan sama gue?

Kok dia malah jalan sama Satria sih?

Ini gimana sih, kok gua jadi kaya di goblokin begini!

Gua langsung lemas. Gak bisa berbuat apa-apa lagi, gua sudah tidak mengerti dengan semua yang terjadi. Rasa kesal, marah, sedih, kecewa, bercampur menjadi satu.

"Kenapa Nak? Kok diam," tanya mama yang tampaknya tahu perasaan gua sedang bingung.

Gua menggeleng pelan. Berusaha tersenyum seramah mungkin, tapi malah jadi terlihat meringis.

"Yaudah kalau begitu saya pulang dulu deh mah. Salam aja sama Ika, bilang kalau saya ke sini," Gua langsung pamit ke mama.

"Kok buru-buru, kalau begitu biar mama telefon ke HP nya Ika ya? Suruh dia cepat pulang," Mamanya Ika sepertinya dapat melihat perubahan wajah gua yang kecewa. Dia jadi merasa tidak enak hati juga sama gua.

"Gak usah mah..takut nge-ganggu,"

"Beneran gak usah nih?"

"Iya mah makasih. Yaudah deh saya pulang dulu. Assalamualaikum.." pamit gua seraya mencium tangan beliau.

"Waalaikumsalam..hati-hati nak jangan ngebut bawa motornya.."

"Iya.."

Gua sudah tidak punya alasan lagi untuk berlama-lama di sini. Gadis yang paling gua harapkan untuk mengisi kekosongan di hati sudah berlalu, sama seperti harapan gua yang pergi menghilang...

Mungkin memang lebih baik gua hidup tanpa cinta..

Tidak perlu merasakan sakit dan kecewa..

Tidak perlu mempunyai harapan-harapan besar..

Memang tempat terbaik adalah di sisi sahabat-sahabat sendiri, tidak ada drama dan tidak ada kecemburuan. Semuanya rata. Susah senang di pikul bersama.

Fransiska pergi, Ika pun berlalu...

Motor gua meluncur kencang menujuh gang joe untuk bergabung dengan kawan-kawan tongkrongan yang mungkin sudah menunggu di sana. Sekarang gua hanya ingin mencari kesenangan dalam persahabatan tanpa mempedulikan cinta yang penuh drama dan bau tai kucing...

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang