Musuh Tak Terduga

37.5K 1.9K 86
                                    

Bus kami berjalan pelan di jalan Barito satu. Ketika di pertigaan jalan Kyai Maja kami terkena lampu merah, sehingga ketinggalan dua bus yang membawa basis 75. Entah mereka belok kiri ke arah Pasar Mayestik atau belok kanan.

Dari situ gua mulai resah karena gua tidak begitu mengenal situasi di daerah ini. Tampaknya Yongky dan Patkay juga resah sama seperti gua.

"Elu berdua pada tau kemana anak 75?" Tanya gua.

Kami bertiga bergelantungan di pintu belakang.

"Gua gak liat, tiba-tiba bus mereka ilang gitu aja," sahut Patkay membalas.

"Mata lu kebanyakan jelalatan liat cewek sih..." sindir Yongky sambil menempelang kepala Patkay.

"Kaya elu gak liat aja! Gua tau dari tadi lu ngelirikin cewek yang pantatnya gede kan?" Lanjut Patkay tak mau kalah.

"Udah-udah..jadi pada ribut," Gua mencoba mendamaikan mereka.

"Rom! Lu tahu daerah sini?" Tanya Patkay.

Gua menggeleng lalu menoleh ke Yongky. "Lu tahu Yong?"

"Elu kalo nanya Pasar Senen Jak-Tim, gua tahu seluk beluknya. Karena itu udah maenan Basis gua. Tapi daerah sini gua gak apal,"

Waduh kalo urusannya begini bisa repot juga. Diantara kami gak ada yang tahu daerah sini, bisa-bisa kita mati konyol di kawasan orang.

"Dua bus yang laen juga udah duluan. Batang idung nya juga enggak keliatan. Mana kita gak tahu lagi tongkrongan STM musuh," gerutu Patkay.

"Tongkronganya di Mayestik, Kay! Masa lu kaga tau Mayestik.." celetuk Yongky.

"Gua tau di Mayestik! Tapi Mayestik sebelah mananye? Emang lu kate Mayestik cuma seluas Gor Ragunan ape!" Balas anak itu.

Gua dapat melihat kecemasan di wajah Patkay yang pucat.

"Terus gimana, Kay?" Tanya gua meminta pendapat orang yang paling tua di Basis 687 MOR.

"Lu kok nanya gua? Gua juga bingung, Rom..."

"Lah elu pan yang kelas tiga nye! Masa gua nanya sama kenek di mana tongkrongan Boedoet. Mana dia paham, nyet!"

"Emang kalo gua kelas tiga, gua bawa-bawa peta buta ape di tas gua? Gua juga bukan orang sini, tong!" Jawab Yongky sewot.

"Dari pada nanya kenek, sekalian aja kita tanya ke kantor polisi, Rom. Siapa tau polisi mau ngasih tau kita dimana tongkrongan boedoet," Sindir Yongky ikut-ikutan.

"Iye. Di kasih tau jalan ke sel penjara," Gerutu gua sewot.

"Ji, lu jangan diem aje. Lu tahu gak di daerah mana tongkrongan STM Boedoet miztiek? Lu pan anak Mal, sering nongkrong di Blok-M," Giliran gua nanya ke Fuji yang berada di dalam bus.

"Gue gak tau, Rom..gue kan anak pengajian, jadi gak apal yang namanya mal," jawabnya asal.

Gua mulai melihat kecemasan dari wajah anak-anak kelas satu karena mendengar perdebatan kami yang tidak jelas juntrungannya. Ternyata obrolan kami bisa merusak mental anak-anak baru ini dan hal itu tidak baik dalam kondisi kebingungan seperti ini.

"Oke, kalau begitu. Kita turun di sini aja deh. Kita jalan kaki ambil jalur kiri!"

Karena tidak ada protes dari mereka gua anggap semua setujuh. Lantas gua menggedor pintu memberikan aba-aba pada anak kelas satu untuk turun. Kami pun melompat dari bus dan berjalan santai di sepanjang trotoar.

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang