Nembak

34.3K 2.2K 242
                                    

Jam tujuh malam kami berdua berjalan di gang kelapa tiga. Daerah rumah Ika. Setelah berpisah dengan teman-teman sekolah di tempat lomba gua memilih pulang bareng Ika saja. Menghabiskan waktu ngobrol dan bercanda dengan gadis cantik itu.

"Ini beneran kan kamu menang?" Sejak tadi hanya kata-kata itu yang terus terulang dari bibir manisnya Ika.

Gua masih tersenyum mengingat kejadian tadi. Ketika nama sekolah kami keluar sebagai juara, Ika lah orang paling histeris berteriaknya. Walau Ika tidak ikut naik ke atas panggung bersama teman STM kami, tapi dia orang yang terus menerus meneriakan nama sekolah kami. Sampai-sampai Big Boss salut dan berterima kasih sama Ika.

"Kamu menang loh! Hebat!" Gadis itu terus melihat piagam yang menandakan kami menjadi juara satu pada lomba teknik.

"Aku bener-bener gak nyangka loh kamu bisa menang! Juara satu lagi!"

Gua cuma bisa tersenyum saja melihat tingkah lucu Ika.

"Kan yang juara bukan aku aja, ada Fuji dan Robert juga,"

"Iya, tapi kan temen aku itu kamu, bukan Robert atau Fuji,"

"Emangnya kamu seneng sekolah aku jadi juara?"

"Seneng dong,"

"Kalo seneng kasih hadiah dong," kata gua bercanda.

Ika tersenyum sambil melihat gua.

"Emangnya mau hadiah apa?"

Gua berlagak mikir. "Enaknya apa ya?"

"Apa siih?" Ika menunggu dengan wajah tak sabar.

"Ehm...tapi aku bisikin di telinga kamu aja ya,"

"Apa sih kok kayanya rahasia banget?"

Gadis itu menyodorkan telinganya.

"Cium.." ucap gua dengan halus di telinganya

Ika terdiam dengan wajah memerah.

"Hahahahahaha," gua tertawa melihat Ika yang jadi salah tingkah.

"Iiihh...kamu mah resek! Permintaannya yang aneh-aneh aja!" Serunya sembari mencubiti lengan gua.

"Hahahahaha!"

"Bercanda Ka. Aku cuma mau godain kamu aja kok,"

"Iih, jahat banget sih!" Ika memukul lengan gua.

"Terus kamu gak mau hadiah nih?" Tanya nya mencoba memastikan.

"Gak usah. Liat kamu bahagia aja udah merupakan hadiah buat aku,"

"Gombal!!"

"Ha..ha..ha..ha..ha.."

Kami terus berjalan melewati keramaian warga tanpa mempedulikan mereka, seakan kampung ini adalah milik kami berdua.

"Terima kasih ya, Ika..," kata gua pelan.

"Untuk apa?"

"Kamu baik banget mau dateng dan dukung sekolahan ku, padahal kamu kan dari sekolahan lain. Aku bener-bener merasa terhormat, mungkin terima kasih aja gak akan cukup,"

"Nggak apa-apa kali..aku dukung kan bukan karena sekolahan kamu, tapi karena ada kamunya.." entah kenapa wajahnya terlihat malu setelah berbicara itu.

"Karena ada aku? Beneran nih?"

Wajah Ika terlihat kebingungan.

"Kok kamu baik banget sih sama aku?" Tanya gua lagi.

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang