Pasar Pagi

34K 2.1K 85
                                    

Liburan kenaikan kelas sudah berjalan selama empat hari. Setelah beberapa hari yang lalu kami menjalankan ujian dengan berat. Karena selain ujian teori kita juga harus menjalankan ujian praktek yang sangat menguras tenaga dan pikiran.

Tapi alhamdulillah semua anak di kelas kami naik semua. Rencananya hari ini gua mau tidur abis-abisan, karena nanti malam minggu kami mau turun ke jalan sampai pagi bersama anak-anak The Jin.

Sabtu pagi ini sekitar jam lima setelah adzan shubuh, kakek gua udah bikin geger satu rumah. Tempat tidur gua di obrak-abrik gara-gara burung betetnya yang bernama Harto itu kehabisan makanan. Otomatis gua di suruh beliin makanan Harto di pasar Lenteng Agung. Kadang kala gua kesel banget ngeliatin Harto yang saban hari terus di sayang sama kakek gua, padahal gua cucunya juga boro-boro amat di sayang-sayang.

Pokoknya kalau sudah berhubungan dengan yang namanya burung. Mulut kakek gua bisa terus ngoceh seharian penuh tanpa ada jeda iklan sedikitpun.

Gua menenteng makanan burung sialan ini dengan tampang yang persis kampret lagi ngantuk. Pasar begitu ramai oleh ibu-ibu yang berjubelan untuk berbelanja dengan dandanan super menor.

Gua jalan menujuh motor antik yang gua beri nama si bangke dengan sesekali menguap. Rokok gua nyalahkan untuk menghilangkan rasa kantuk yang sedang melanda.

Belum sampai setengah perjalanan ke motor yang diparkir di seberang pasar, gua bertemu dengan sesosok wanita cantik yang gua kenal. Dia bu Rani, guru BP di sekolah gua. Yang sekarang menjadi wali kelas gua, di kelas tiga.

Terlihat dia sedang menenteng plastik belanjaan di kedua tangannya.

Ah, yang bener nih? Masa guru yang selama ini keliatan sadis dengan tatapan maut yang bisa bikin tukang ojek keceplung got, lagi beli sayuran! Mustahil...ini pasti orang lain yang menyamar menjadi si killer itu! Pasti!

Dengan langkah lincah gua menghampirinya.

"Selamat pagi Bu Rani," sapa gua ramah hingga mengagetkan beliau yang sedang bengong di pinggir jalan.

Gua menduga beliau sedang menunggu kendaraan umum.

"Romi!" ucapnya terkejut. "Ngapain kamu di sini?"

Gua tersenyum lebar. "Ibu sendiri ngapain disini?"

"Orang tanya kok malah balik tanya," Ucapnya dengan nada sinis.

Aiih..ini guru masih aja jutek tingkat dewa sama gua.

"Ibu judes amat sama saya,"

Lalu Bu Rani melihat rokok di tangan gua yang sedang mengeluarkan asap.

"Kamu masih saja merokok. Kamu itu masih di bawah umur!"

"Cuma iseng kok bu..gak apa-apa ya?"

Gua tahu Bu Rani tidak bisa berbuat apa-apa, karena ini bukan di sekolahan dan gua sendiri gak sedang memakai seragam. Makanya dia hanya bisa mendengus kesal dengan tampang yang sewot.

"Ibu mau pulang ya?"

"Keliatannya gimana?"

"Kayanya sih begitu. Ayo saya anterin ke rumah bu," Aksi cari muka di mulai...

"Gak usah. Saya bisa sendiri," jawabnya ketus.

"Jangan bu, rumah ibu kan jauh lagian panas kalau naik angkot. Desek-desekan sama penumpang lain. Mending naek motor saya aja, adeem.."

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang