KKO

33.6K 1.9K 53
                                    

Gua dan Fuji kini sedang berada di halte Litbang bersama Basis 678 MOR yang di kepalai oleh Robert dan Poloy. Dari tadi kami terus di jamu dengan hidangan serba gratis dari mereka. Memang tradisi bertamu ke setiap Basis menjadi ciri khas tersendiri bagi kami.

Hal ini untuk mempererat hubungan antar basis sekolahan kami. Pasti sang tuan rumah akan melayani kami dengan baik. Kami tidak boleh mengeluarkan uang walau itu hanya untuk membeli rokok atau minuman mineral yang harganya murah. Semua biaya di tanggung tuan rumah. Begitu juga kalau basis-basis lainnya berkunjung ke basis kami. Maka kamilah yang akan menjamu mereka sebaik mungkin.

"Ji..." panggil gua yang posisi duduknya agak jauhan.

Gadis itu tidak menjawab.

Dia sedang asik mengunyah batagor sambil ngobrol dengan Poloy.

"Eh, buset budek banget nih cewek!" Gerutu gua kesal.

"Woi Fuji!!"

Dia masih saja asik makan tanpa menghiraukan panggilan gua.

"Fujiii!!!" Seru gua keras-keras.

Gadis itu menoleh lalu tersenyum. "Apa sih manggil-manggil gue. Kayanya rindu banget ya sama gue.." kata anak itu bercanda.

"Rindu-rindu pala lu! Ngegares mulu dari tadi, gua panggilin kaga nyaut-nyaut!!" Kata gua mengomel.

"Iya-iya sorry...ha..ha..ha..ha.." katanya masih sambil tertawa-tawa.

"Kopel gua sini?"

Gua meminta kopel yang tadi memang sengaja gua titipkan ke Fuji. Karena setiap masuk atau keluar gerbang sekolah, pasti Sukri atau Satpam selalu memeriksa tas gua.

Fuji membuka tasnya lalu mengambil kopel dan melemparkannya kepada gua.

"Kita bakal jalan kemana nih?" Tanya gua ke Robert.

"Ke Lebak Bulus aje nyok? Kayanya rame tuh jalur di sana. Kalo gak ada musuh paling nggak bisa mejeng, siapa tahu dapet tuh perawan. Solanya sekarang kite lagi males nongkrong di Ragunan, kite takut di gep sama Sukray. Akhir-akhir ini basis gua kayanya lagi di incer banget sama doi," jawabnya sekaligus meminta pendapat gua.

"Gua sih terserah yang punya basis aje. Lagian ini kan jalur elu, jadi yang tahu kondisi jalanan di sana cuma elu-elu pada. Kite mah sebagai tamu undangan nurut aje,"

"Siip kalo gitu. Tamu emang kudu nurut sama tuan rumahnya, biar selamet di jalur kite.." canda Robert lalu tertawa.

"Lagu lu Bet udah kaya yang punya jalan. Ketemu Opung langsung nyembah-nyembah lu,"

"Anjing ngungkit-ngungkit aje!"

"Ha..ha..ha..ha.."

"Mana anak-anak Basis lu? Kok belom pada nongol sih?" Tanya pemuda itu sambil melihat kesepanjang jalur pasar minggu.

"Erik masih gua suruh ngumpulin anak-anak. Kita berangkat duluan aja. Nanti gabung di Stadion deh. Lu tinggalin beberapa orang anak-anak lu di sini buat ngabarin basis gua," saran gua ke Robert. "Dari pada kelamaan di sini keburu di gebrak sama Sukri repot juga urusannya,"

"Yaudah kalo gitu. Gua nyuruh anak-anak buat malang bus nih,"

"Silahkan tuan rumah.."

"Ha..ha..ha..ha.."

Akhirnya kami menaiki bus yang langsung berjalan pelan. Karena jumlah pelajar dari Basis 687 yang lumayan banyak membuat bus yang kami tumpangi berjalan miring. Pelajar-pelajar bergelantungan di pintu-pintu angkot sambil meneriakan nama-nama basis dan sekolahannya.

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang