Kembali

34.2K 2K 256
                                    

Sebulan penuh gua bersembunyi di rumah saudara di kota Bandung. Di sana gua mencoba untuk intropeksi diri sambil bekerja sebagai waiter di restoran milik paman di daerah Dago.

Bahkan saat ini gua sering ikut pengajian rutin yang diadakan oleh warga setempat. Di sana gua banyak merenung.

Merenung tentang perbuatan-perbuatan jahat yang selama ini gua lakukan. Berkat itu hati gua menjadi sedikit tenang dan damai.

Rasa bersalah yang selama ini mengikat perlahan demi perlahan mulai mengendur. Walau tidak hilang sepenuhnya tapi gua sudah agak lega setelah Erik Banjir menelfon dan memberi tahu bahwa Away tidak mati.

Korban yang gua bacok hanya mengalami koma dan sudah pulang setelah dua minggu dirawat di rumah sakit. Dari situ gua merasa lega dan ingin segerah kembali ke Jakarta. Melakukan aktifitas seperti dulu lagi bersama teman-teman.

Menurut cerita Erik, pihak kepolisian sempat beberapa kali datang ke sekolah dan tongkrongan kami. Yang ternyata tujuan mereka hanya untuk mencegah adanya serangan balik dari STM musuh. Dan sekaligus untuk mendapat informasi mengenai kejadian tawuran yang terjadi di Ranco.

Untung saja semua guru dan anak murid sepakat bungkam, seolah mereka tidak mengetahui kejadian tersebut. Karena itu diri gua menjadi sedikit merasa aman.

Kenapa gua bilang sedikit aman? Karena saat ini gua sedang di cari-cari oleh sepupunya Away untuk menuntut balas atas perbuatan yang gua lakukan. Denger dari cerita Erik kalau saudaranya Away adalah pentolan di STM Boedeot Basis 806. Mungkin kalian pernah dengar nama STM yang bisa di bilang Raja Tawuran di Jakarta itu.

*******


Akhirnya gua kembali lagi ke Jakarta.

Kota penuh impian dan kenangan.

Waktu itu pertengahan tahun 2006 di saat musim penghujan di jakarta mencapai titik yang lumayan tinggi. Gua berdiri sembari merokok di depan warung Beni dengan wajah tersenyum. Sisa-sisa hujan meninggalkan genangan air di jalan-jalan berlubang wilayah itu.

"Eh, balik juga lu, Tok?" Tanya Beni yang tampak terkejut melihat gua ada di depan kios kecil miliknya.

"He..he..he..he..he.."

"Kemana lu aja selama ini?"

"Ke Bandung! Nyari pencerahan," Jawab gua.

"Terus gimana udah dapet pencerahan?"

"Belom sih..tapi gua dapet duit dari paman gua di sana. Ha..ha..ha..ha.."

"Ah, bisa aja lu kalo ngomong. Eh, beberapa kali cewek lu dateng ke sini tuh, nanyain lu mulu. Menurut ceritanya dia juga sering ke rumah lu. Ngobrol-ngobrol sama engkong lu..."

"Cewek gua yang mane?" Tanya gua bercanda.

"Ah, berlagak lupa lagi lu. Cewek yang waktu itu jajan minum di sini," kata Beni yang ternyata masih ingat.

"Lupa ah! Soalnya cewek gua kan banyak, Ben. Susah nginget satu-satu,"

"Lagu lu kaya tokay yang mengambang, nyet!"

"Hahahaha,"

Kalau untuk masalah itu kakek gua juga udah sering cerita, kalau Ika sering sekali datang ke rumah. Dia selalu menanyakan kapan gua pulang.

Sepertinya banyak yang ingin di bicarakan Beni, tapi deru suara motor terdengar berisik di telinga kami, lampu jauh enam motor menyinari punggung gua dan wajah Beni. Motor-motor itu lalu parkir di samping kios rokok.

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang