Setangkai Mawar

52.2K 2.5K 690
                                    

Jam menunjukan pukul tujuh malam ketika kami berada di dalam angkot 616 yang tidak begitu ramai. Dua puluh lima orang anggota basis di dalam angkot ini ada yang bergelantungan dan ada yang duduk-duduk santai di dalam.

       "BOENDA KANDOENG!!!"

       Nama sekolahan kami di teriakan ke sekumpulan pelajar di Tanjung Barat. Mereka adalah anak Grafica 62 yang langsung berlarian kabur di tengah jalan, memasuki perkampungan dengan meninggalkan sisa kepulan debu yang melayang-layang di udara.

       Kami tidak turun dari bus, kami hanya tertawa serta mengejek mereka. Sedangkan bus terus berjalan melewati stasiun kereta tanjung barat. Lalu terus meluncur melewati halte poltek bk dan terus melaju sampai ke gang waru yang macet parah karena pintu kereta di seberang kampus Iisip sedang tertutup. Para pengendara mobil dan motor menunggu giliran membiarkan kereta listrik jalan terlebih dahulu.

       Adzan Isya mulai terdengar samar-samar di telinga. Lampu-lampu jalan terlihat terang hingga menambah kecantikan ibu kota pada malam ini. Suasana ini yang bakal gua rindukan setiap harinya. Ngebasis keliling jakarta, tawuran, nongkrong-nongkrong di sepanjang jalan pasar minggu atau cipedak.

       Ah, andai waktu dapat berputar kembali, tentunya gua tidak akan melewatkan setiap momen-momen indah yang pernah kami jalani bersama. Gua akan membuat semuanya jadi lebih berarti.

       Di sebelah gua Fuji dengan wajah murung terus terdiam sedari tadi. Rambut panjangnya yang hitam bergoyang-goyang di terpa angin yang menerobos masuk lewat jendela. Kadang wajah itu sedih, kadang juga tersenyum, kadang terlihat datar-datar saja. Sebenarnya anak itu cukup cantik dan manis kalau dia mau sedikit berdandan. Tentu saja kalau dia juga mau merubah sedikit sikapnya agar menjadi wanita, pasti satu sekolah bakal berebut untuk mengejar-ngejar dia.

       Gua mencolek dagunya.

       Dia menoleh dengan muka polos.

       "Manyun aja lu dari tadi? Lagi mikirin apa sih?" Goda gua.

       "Gue sedih tau...ini kan hari terakhir kita ngebasis.." keluhnya dengan wajah yang benar-benar terlihat sedih.

       "Jangan sedih begitulah...kan kita masih bisa ketemu..."

       "Iya tapi gue kan mau ke jepang selama tiga tahun! Jadi gimana ketemunya? Elo sih gak mau ikut gue! Jadi gue pergi sama Robert aja tuh!"

       Gua menggaruk-garukan kepala yang tidak gatal dengan tampang bingung.

       "Terus elo jadi kuliah di UI?" Tanya Fuji masih dengan wajah sedihnya.

       Gua menggeleng pelan.

       "Loh, kenapa?" Kini raut wajahnya tampak terkejut.

       "Gue gak di terima, Ji..." jawab gua sambil menyengir lebar.

       Sesaat Fuji terdiam dengan wajah prihatin.

       "Kalau begitu lo bisa ikut kita dong?!" Suara anak itu terdengar heboh.

       "Tapi kayanya nggak bisa deh.." jawab gua agak ragu.

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang