Sayonara STM

35.3K 2.1K 120
                                    

Bel berbunyi nyaring di sepanjang koridor kelas. Tanda ujian nasional telah berakhir. Bel yang menandakan kalau kami sudah lepas dari beban UN yang sangat menekan pelajar-pelajar Indonesia pada masa itu. Sebuah Bel yang memulai aksi mengeluarkan pilox dan spidol untuk coret-mencoret seragam sebagai tanda kenang-kenangan. Atau tembok-tembok jalan yang akan menaikan pamor serta eksistensi setiap generasi.

Ratusan siswa menyerbu lapangan bagaikan ombak yang lepas di pesisir pantai. Lalu mereka keluar dari sekolah dan mulai mengeluarkan bendera, pilox, atau spidol. Di depan sekolahan aksi coret mencoret sudah di mulai, di sebelah sekolah kami terdapat SMA suluh dan SMK Pembangunan juga melakukan hal serupa.

Semuanya bergembira...

Semuanya berpesta melepas kepenatan selama tiga tahun sekolah..

Padahal pengumuman kelulusan juga belum keluar. Tapi seolah-olah mereka sudah keluar dari jurang neraka yang selama ini mereka terjebak di sana.

Guru-guru mencoba menertibkan dengan melarang kami memulai aksi coret mencoret. Tapi kami tidak peduli dan terus merayakan dengan kemeriahan ala STM. Tidak masalah kalau kami harus di hukum saat ini. Toh, besok-besok kami sudah tidak dapat merasakan hukuman lagi di sekolah tercinta ini. Bahkan beberapa anak yang memang memendam dendam dengan beberapa guru yang mereka tandai sempat melawan dan mengancam sehingga guru-guru itu masuk kembali ke dalam sekolah.

Fuji berlari riang menghampiri gua sambil membawa spidolnya.

"Romiiii..." panggilnya heboh sekali. "Sini gua tanda tanganin baju lo. Buat kenang-kenangan..siapa tahu besok gue jadi artis, kalo di jual tanda tangan gue kan bisa mahal!"

"Ngimpi di siang bolong lu?"

Fuji hanya tertawa ngakak.

Gua membiarkan Fuji mencoret seragam di punggung belakang.

"Gantian sini gua yang tanda tangan.." kata gua sembari mengambil spidol milik Fuji.

"Nih.." anak itu menarik baju bagian bawah dan membiarkan gua mencoret di situ. "Tulisan nya yang bagus ya..pokoknya jangan porno!" kata anak itu memperingatkan.

"Gua nyoretnya di wilayah dada aja ya? Biar agak berkesan gitu.." canda gua sambil menyengir lebar.

Wajah Fuji langsung merah merona.

"Buseeehhh gua juga mau tuh!" Kata Agus Tengik mupeng.

"Boleeeh..." jawabnya panjang. "Tapi gua tonjokin dulu muka lu pada! Mau kan?" Lanjutnya sambil tertawa ngakak.

"Bujug, mau nyoret buat kenang-kenangan aje kudu bengep-bengep dulu..makasih deh!" komentar Agus.

"Emang mau nulis apa lu di dada Fuji?" Tanya Yongky yang mendengar pembicaraan kami.

Gua diam sesaat sambil berfikir. "ROMI WAS HERE!!"

"Anjing lu, Rom!" Maki Fuji.

Tawa langsung meledak di antara kami.

Robert 687, Poloy 687, Patkay 687, Dika 616, Zikri 616, Azis 63, Bule 63, Efrat 63, Bagus 806, Erlang 806, dan Robay 52, ikut bergabung dengan kami merayakan kelulusan di depan sekolah.

Kami saling mencoret tanda tangan sebagai tanda kenang-kenangan. Agus Tengik mulai mengeluarkan pilox dan mewarnai rambut serta wajahnya. Seragam sekolah kami juga mulai di tulisi nama-nama basis masing-masing.

Gak lama kemudian Ruby yang memimpin anak-anak kelas dua datang dengan enam orang kawannya. Padahal hari itu mereka sedang libur sekolah.

"Selamet ya, Rom. Gak nyangka sedikit lagi lu bakal lulus," katanya sambil menyalami tangan gua.

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang