Tamu Dari Pusat

33.8K 1.9K 230
                                    

Hari berganti dan bulan berlalu begitu cepat. Sore hari pukul empat sore gua berdiri di depan stasiun sambil merokok. Hanya di temani oleh Erik Banjir. Anak-anak basis pagi tentu sudah pulang semua saat itu. Hanya kami berdua yang masih terlihat nongkrong di sini dengan pakaian yang terlihat lusuh.

Setelah pulang sekolah gua di minta tolong sama Yongky untuk ikut Basis 52 Timur nya, guna melawan STM Zack A Team dan STM Zerman yang di kenal sebagai STM bermasalah dari jakarta timur!

Tawuran pecah di pasar rebo melawan dua STM itu, kondisinya benar-benar merepotkan kami, beberapa kali kami di pukul mundur. Karena memang kami kalah dalam jumlah. Basis 52 memang yang paling terkenal punya massa paling sedikit di semua basis STM kami. Untung di akhir kami dapat memukul mundur lawan yang lari kocar-kacir dengan di bantu oleh anak-anak kampungannya Yongky.

Sekitar jam 4 sore gua mengajak Erik Banjir kembali ke pasar minggu. Kita nongkrong di depan stasiun sambil menunggu basis sore yang pulang sekitar jam lima. Basis sore itu di isi oleh anak-anak kelas satu dan dua. Selain itu gua memang sekalian nungguin Ika yang masih ikut rapat osis di sekolahannya.

"Dari tadi empat orang pelajar di seberang liatin kita terus tuh," beritahu Erik sambil menatap mereka dengan curiga.

Gua menghisap rokok perlahan sambil menatap mereka juga.

"Siapa sih mereka? Dari gaya nya berani petantang-petenteng di sini!" Erik bertanya-tanya.

"Kita kedatangan tamu dari pusat.." gumam gua pelan.

"Hah? Maksud lo?" Tanya Erik yang tampak bingung.

"Mereka anak Boedoet. Tiga orang dari basis 806 MOM dan satu nya anak AL 53," beritahu gua yang mengenali mereka.

Muka Erik langsung terkejut. "Kok lu tahu?"

"Gua kenal sama mereka. Petir, Ableh, Ado, dari Boedoet dan Away dari AL 53. Kita pernah bentrok sama mereka,"

"Yang bener lu? Maksud lu anak yang lu bacok itu?"

"Yoi!"

Erik menatap sekali lagi. Mencoba memastikan kalau itu benar mereka.

"Iye bener. Kita samperin apa?" Tanya anak itu meminta pendapat gua.

Gua membuang rokok ke bawah, lalu menginjaknya.

"Ayo!" Kata gua sembari menyeberang di ikuti oleh Erik Banjir di belakang.

Keempatnya langsung memasang tampang tegang ketika kami menghampiri mereka. Gua menyapu wajah mereka satu persatu, lalu tersenyum meremehkan.

"Punya nyali juga lu semua dateng berempat doang ke sini," kata gua masih sambil tersenyum meremehkan.

Petir yang tampaknya paling marah ketika gua berbicara seperti itu. Tapi dia masih bungkam tanpa merespon ucapan gua.

"Masih inget gua?" Kata Away yang pertama kali angkat bicara. Sorot matanya seperti ingin menerkam gua.

Gua menatap dia sesaat.

Lalu menepuk topi anak itu hingga jatuh, Away langsung melotot dengan geram.

Gua kembali tertawa mengejeknya.

"Eh, si banci..Masih idup juga lu ternyata? Ha..ha..ha..ha.."

"Santai dong lu!" Desis Away sambil menahan geramnya. Tapi dia tidak berani membalas perbuatan gua itu.

"Kenapa kalo gua gak santai?" Tanya gua masih dengan gaya mengejek. "Minta di bacok lagi lu dateng kesini?"

"Romi Jahat!" Bentak Petir naik darah.

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang