11. Bergeming

7.4K 1.5K 601
                                    

Namaku Alexandra Loka Dikara.

Kata Ibu, Alexandra artinya pelindung, Loka artinya dunia, Dikara artinya indah dan mulia. Ibu ingin aku menjadi pelindung dunia yang indah dan mulia. Pelindung dunia kecil kami. Pelindung adik-adikku.

Sedari kecil, aku bisa melihat sesuatu yang orang lain tidak bisa lihat. Aku bisa melihat roh-roh, tapi tidak semua roh. Hanya roh yang meminta bantuanku dengan cara memberikan kenangan mereka padaku melalui mimpi. Roh-roh ini datang tepat ketika aku melihat foto kematian mereka, tapi bisa juga tanpa melihat foto kematian mereka. Mereka hanya perlu menemukanku saja.

Aku juga bisa melihat bagaimana seseorang mati dengan melihat foto kematian mereka. Tapi kalau begini, aku belum tentu bisa melihat roh mereka, karena mereka belum tentu meminta bantuanku dan berniat menampilkan diri. Biasanya, kalau tidak sengaja melihat foto kematian seseorang—dan mereka tidak bermaksud meminta bantuanku—aku hanya bisa melihat kenangan kematian mereka sedikit saja, pada detik-detik akhir, tidak sebanyak kenangan roh-roh yang memang bermaksud meminta bantuanku. Anggap saja, mengintip kenangan tanpa sengaja.

Aku tidak bisa melihat kuntilanak, sebab dia tidak meminta bantuanku. Mungkin karena dia lupa bagaimana dia mati karena sudah terlalu lama. Aku tidak bisa melihat pocong, tidak tahu kenapa. Tapi, roh-roh yang sering kulihat selalu berbentuk manusia terluka yang lukanya sesuai dengan bagaimana dia mati.

Tidak semua roh mau meminta bantuanku. Kebanyakan yang meminta bantuanku adalah roh-roh yang benar-benar terdesak dan rela menerima hukuman atau akibat dari membiarkanku melihat kenangan mereka. Biasanya, roh-roh ini adalah korban-korban pembunuhan, bukan kematian biasa. Hukuman atau akibat yang harus mereka terima kalau memberitahu kenangan mereka padaku adalah mereka akan merasakan rasa sakit yang sama seperti ketika mereka mati, setiap hari pada waktu kematian mereka, berulang kali sampai aku berhasil membongkar siapa pembunuh mereka dan mereka bisa pergi dengan tenang. Jadi, ketika mereka mati pukul 7 malam, di setiap pukul 7 malam, mereka akan mengulang kembali kenangan kematian yang menimpa mereka dan rasa sakitnya tetap akan sama.

Setiap hari, mereka akan mengulang kejadian yang sama, seperti mati berkali-kali, kenangan yang berputar-putar, dan mereka terperangkap di tempat mereka mati, tidak bisa ke mana-mana, hanya bisa ke tempat-tempat orang yang mereka kenali kalau mereka punya cukup energi dan ini lumayan jarang terjadi. Mereka lebih sering berada di tempat mereka mati, pokoknya tempat di mana kenangan terakhir mereka terjadi. Mereka tidak bisa mengikuti orang yang tidak mereka kenal. Mereka pun tidak bisa selalu mengikuti orang yang mereka kenal, akan menghabiskan banyak energi yang membuat mereka tak bisa menemuiku beberapa saat dan akhirnya memperlambat pengungkapan tentang siapa pembunuh mereka. Bagi mereka, setiap detik waktu sangat penting, sebab mereka begitu tersiksa kalau harus menambah 1 hari lagi bertemu kenangan kematian mereka yang menyakitkan.

Kemampuan mereka benar-benar terbatas. Kalau mereka tidak melihat wajah pembunuh mereka terakhir kali, mereka tidak akan bisa mengikuti pembunuh itu ke mana pun pembunuh itu pergi dan dengan begitu, mereka tidak akan pernah tahu siapa yang membunuh mereka. Mereka harus menunggu pembunuh itu datang kembali ke tempat mereka mati dan mungkin sesuatu dari pembunuh itu—seperti ciri khas yang mereka lihat dari pembunuh itu terakhir kali—bisa membuat mereka mengenali pembunuh dan memberitahunya kepadaku. Tapi, kalau pembunuh itu tidak kembali, maka semua tergantung padaku dan itu tugas yang berat. Kalau mereka bisa melihat wajah pembunuh mereka yang terakhir kali, ini akan membuat semuanya jadi lebih mudah untukku membantu mereka.

Hukuman atau akibat yang harus mereka terima jika memberi tahuku kenangan mereka, sangat berat. Dan itulah sebabnya, kenapa aku harus membantu mereka selama aku bisa. Jika tidak, mereka akan selamanya tersiksa seperti itu, tidak akan ke surga atau pun neraka. Benar-benar menyakitkan.

Alexandra's MemoriesWhere stories live. Discover now