21. Merah

28.8K 3.9K 441
                                    

Lisa melebarkan matanya. Ia menatap Mbok Inu yang tengah melepas kacamata, kemudian menghapus sendiri genangan air di ujung matanya.

Ini pertama kalinya Lisa melihat sisi lain Mbok Ino. Mbok Inu sedang terluka. "Mbok..."

"Ma-maaf, Mbok. Saya gak bermaksud--"

"Tidak apa-apa." Mbok Inu menghela nafasnya panjang. "Aku sendiri yang mintak kau buktikan." Dia tersenyum, "kupikir kau hanya lagenda, akal-akalan polisi. Ternyata... kau benar-benar ada. Apa... apa Aru ada di dekat kau?" Suara Mbok Inu parau.

Cana menoleh, tak ada siapa-siapa. "Tadi, dia bisikin saya, Mbok. Sekarang, engga ada."

Mbok Inu terlihat menahan tangis, wajahnya memerah. Ia berdiri dari tempatnya duduk, "sebentar, ke wc dulu lah aku." Mereka berempat mengangguk.

Sepeninggalan Mbok Inu, mereka berempat justru hening, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Gimana cara Mr. Nut tahu kalau Arunika adalah mataharinya, Mbok Inu?" Sam yang akhirnya memecah keheningan akibat terlalu penasaran.

"Arunika means sun rise," tambah Alam. "Bahasa Sanskerta." Alam menghela nafasnya, "sekarang gue baru paham clue-clue yang diberi Mr. Nut soal siapa korbannya. Ratih, Dewi Bulan. Bintarti, bintang yang bersinar. Arunika, matahari terbit. Semuanya sudah disebut Mr. Nut di suratnya."

"Tapi, gak sedikit yang namanya Ratih di daerah ini," tambah Lisa. "Tetap sulit buat menerka-nerka siapa yang akan jadi korban Mr. Nut."

Alam mengangguk.

"Masih berhubungan sama benda langit. Apa sebuah kebetulan kalau mereka memiliki nama yang berhubungan sama benda langit sekaligus punya rambut hitam lurus?" Cana angkat suara.

Alam mengedikkan bahunya.

"Gimana kalau justru, rambut hitam lurus bukan ciri khas Mr. Nut mencari korbannya? Gimana kalau ternyata, nama mereka lah yang membuat mereka diincar? Tapi, secara kebetulan rambut mereka hitam lurus, karena rambut hitam lurus di daerah ini gak sedikit. Dibandingkan dengan menerka-nerka bahwa Mr. Nut ngambil korbannya secara acak yang penting rambutnya hitam, panjang dan lurus, lebih masuk akal karena nama mereka," jelas Cana.

"Make sense." Alam menanggapi. Ia tiba-tiba teringat lagi akan sesuatu. "Nut..." Ia terlihat berusaha mengingat dengan mengerutkan alisnya. "Nut..." gumamnya. "Astaga... Lis, gue pinjem laptop lo sebentar."

Lisa hanya mengangguk, pikirannya kalut memikirkan Mbok Inu.

"Dewi langit... Nut adalah dewi langitnya Mesir." Alam mengangkat wajahnya yang tadi terfokus pada laptop. "Kenapa gue baru ingat. Gue hanya tahu Nuit dan nama lain Nuit adalah Nut."

"Bentar, Dewi?" Sam menaikkan sebelah alisnya.

Alam mengangguk. "Nut was seen as a mother-figure to the sun god Ra, who at sunrise was known as Khepera or Khepri and took the form of a scarab beetle. At noon he was Ra at his full strength, and at sunset he was known as Tem or Atem. Nut jadi figur ibu karena saat sunset dia menelan Ra, dan saat pagi, dia melahirkan Ra kembali, Ra pada pagi hari dikenal sebagai Khepri. She gives birth to the sun in the east and swallows the sun in the west. She was a Goddess of Death. Dia terhubung dengan dunia bawah atau underworld, kebangkitan, kematian. Osiris sendiri, dewa underworld, adalah anak dari Nut dan Geb, dewa bumi. She was seen as a friend to the dead, as a mother-like protector to those who journeyed through the land of the dead."

"Jadi dia Ibunya Khepri? Dewa yang lo bilang disimbolkan dengan kumbang itu?" Akhirnya, Lisa angkat bicara akibat terlalu penasaran.

"Wowww it doesn't make sense. Mr. Nut adalah 'ibu'-nya para kumbang?" Sam terperengah syok.

Alexandra's MemoriesHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin