Epilogue

25.9K 3.6K 386
                                    

Seorang gadis kecil menggendong adik perempuannya yang masih berusia sekitar satu tahun. Adiknya yang lain berdiri di samping, memandangi Ayahnya yang dibawa oleh beberapa pria. Gadis kecil itu tahu siapa mereka.

Pria tampan berkemeja abu-abu menghampiri mereka, berjongkok dan tersenyum miris. "Kalian ikut Om saja ya? Mau kan?"

"Ayah kemana, Om Damar?" Tanya gadis paling tua, berusia sekitar sepuluh tahun.

"Ayah... pergi sebentar. Kalian ikut Tante Luna sebentar? Bagaimana?" Laki-laki itu kebingungan menjawab.

Seorang wanita cantik tersenyum ke arah mereka. Telinganya ditutupi alat asing bagi mereka. Wanita itu memegangi tangan laki-laki kecil tampan berusia sebaya bermata biru. Wanita itu cantik seperti bidadari dan ia memiliki mata paling indah yang pernah dilihat oleh sang gadis kecil. Matanya biru seperti anaknya.

"Alam, nanti main sama Alexa, Sarisha, dan Ana, ya." Wanita bernama Luna itu tersenyum menunjuk mereka satu per satu. "Boleh Tante gendong Ana?" Tanyanya kali ini pada Alexa.

Alexa mengangguk dan memberikan Ana. Ana masih sulit berbicara, tapi ia tampak begitu akrab dengan Luna. "Kamu pergi aja. Biar aku yang urus." Pria itu mengangguk, kemudian memberikan kunci mobil pada istrinya.

"Ibu ambil mobil sebentar ya. Alam, jaga teman-teman kamu dulu, oke?"

Alam mengangguk. Ia tersenyum lebar. Perhatiannya jatuh pada dua gadis kecil di depannya. Wajah mereka begitu mirip, seperti kakak beradik pada umunya. Kemudian, arah matanya jatuh pada kotak musik yang dipegangi oleh gadis kecil bernama Sarisha. "Keren," celetuk Alam.

"Ayahku yang memberinya," kata gadis itu ceria.

"Boleh kulihat?"

Gadis itu mengangguk dan memberikannya.

Alexa masih belum membuka mulutnya. Ia diam memperhatikan laki-laki kecil bermata biru itu.

"Cantik," kata Alam ketika melihat ballerina yang berputar. "Seperti kamu, Alexa." Dia terkekeh.

Sarisha tertawa dan menyenggol lengan kakaknya. Alexa hanya menunduk. Ia tak begitu memperhatikan Alam. Sedari tadi ia menunduk, karena takut melihat seorang wanita berbaju putih yang berdiri di dekat pohon. Wajah wanita itu tertutup kain putih. Alexa begitu mengenalinya. Wanita yang selalu datang. Wanita itu menghilang beberapa saat setelah beberapa orang membawa kantung mayat.

"Terimakasih, sayang," katanya berbisik di telinga Alexa. "Tapi, ingatlah. Seseorang akan datang. Penuh dendam. Jagalah adik-adikmu."

Alexa mengangguk sendiri. "Apa... Ayah akan kembali?" Jawaban dari pertanyaan itu tak pernah dijawab.

"Ya, Ayahmu akan kembali. Tidak perlu khawatir. Aku akan menjaga kalian sampai Ayahmu kembali," balas Alam.

Alexa mengangkat kepalanya. "Ayah tidak akan pernah kembali." Alexa menyimpulkan sendiri. "Dia harus membayar atas apa yang dia lakukan."

Sarisha menunduk, mulai menangis.

"Alexa, kamu bikin Sarisha menangis. Nanti aku dimarahi Ibu. Haduhhh gimana ini." Alam mencoba menenangkan Sarisha, "Sar, kamu jangan nangis..."

"Alam, kamu tidak perlu menjaga kami."

Alam menaikkan alisnya, "Kenapa?"

"Nanti kamu dalam bahaya. Siapa pun yang bersama kami bisa kena bahaya." Alexa ikut berusaha menenangkan Sarisha sendiri.

"Wah seru!" Alam berseru.

"Tidak seru."

"Tidak apa-apa kalian berbahaya. Asalkan kalian tidak dalam keadaan bahaya sendiri. Kita sama-sama." Alam tersenyum semakin lebar.

"Anak-anak, ayo masuk." Panggil Luna setelah membuka kaca mobil. Mereka bertiga masuk, sementara tangisan Sarisha mulai mereda.

"Tenang saja. Kita lawan bersama-sama bahaya itu." Alam berbisik di telinga Alexa.

Alexa tersenyum sekilas.

~~~

Alam membuka mata birunya setelah ia tertidur dari mimpinya bersama Cana. Mimpi yang membawanya ke sebuah rumah yang sangat ia kenali. Rumah Alexa. Juga Ayahnya yang berkunjung ke rumah Javis, Ayahnya Alexa. Alam baru saja tahu nama Ayah Alexa. Tapi semua tentang Alexa, Alam tahu.

Air mata jatuh turun membasahi pipinya. Ia tertawa getir di tengah air matanya. Bingung, entah menertawakan takdir lucu ini atau sedih karena nasib yang menimpanya.

Apa lo benar-benar sudah meninggal? Gue bahkan gak tahu wajah lo sekarang seperti apa, Al. Setiap gue melihat lo bersama Mr. Nut di dalam mimpi Cana, yang gue lihat hanya wajah Cana sendiri. Apa benar lo yang memberikan mata lo ke Cana? Apa benar... lo adalah A? Kenapa gue sebodoh ini.

Al... gue harus gimana? Kenapa takdir kita selucu ini? Kenapa harus lo yang si brengsek itu ambil? Kenapa si brengsek itu ngambil semuanya? Gue salah apa?

Al... gue harus ngomong apa sama Cana? Gue bingung. Semuanya gak masuk akal, Al.

Apa... Ana juga?

Lalu... Sarisha dimana, Al?

Al... tolong kasih tahu gue, gue harus apa?

Kalau memang benar lo juga direnggut oleh Mr. Nut, gue gak akan segan-segan membunuhnya, Al. Meskipun itu artinya gue juga harus mati.

Al, gue nyesal gak mencoba mencegah lo dan adik-adik lo untuk pergi. Gue benci bibi terkutuk lo. Semoga dia tenggelam di neraka.

Al, lo tahu gak? Sekarang, gue kangen banget sama lo, Al. Apa... lo gak bisa menemui gue sendiri di mimpi?

Alam menutup wajahnya dengan bantal, kemudian menangis kuat. Ia mengingat ibunya, ayahnya, adiknya, dan gadis kecil itu...

Alexa.

~~~

Hiyaaa jangan kaget liat judul wkwkkw

Book satu udah selesai. Jadi ini rencananya akan dibikin jadi 3 book gitu deh kayak trilogi ceileee. Soalnya baru kusadari cerita ini akan sangat panjang coy. Jadi yaudalah ya.

Book 2 akan aku up mungkin paling lambat Senin.

Ohiya mau ngabarin, aku nerima kontrak buat bikin cerita Seven Sisters and Seven Marks (yang pernah aku ceritain itu hehehhe). Tapi, proyeknya belum jalan (soalnya aku belum bikin PayPal oke ini ga penting dikasi tahu). Makanya, aku update cerita ini deehhhh.

Terus apalagi ya.

Anu, sampai jumpa pada bab 1 book kedua aja ya.

Ohiya, book 1 judulnya Alexandra's Memories : Ursa Minor dan book 2 berjudul Alexandra's Memories : Ursa Mayor yang akan diup di sini juga (biar gak bingung digabung aja semua booknya di sini hehehhe).

Gantung banget book 1, tapi itu pun udah 223 halaman di word makanya langsung aku potong sampai di situ gaes dan dilanjutkan ke epilog. Soalnya kalau dalam bentuk buku gitu, 223 halaman bisa mencapai 300-400 halaman. Kalau kebanyakan gitu bakal susah, makanya aku sampai di sini aja. Tenang akan dilanjut ke book 2 kok hehe.

Eyaaaa Alam ribut-ribut menyimpan banyak rahasia gaes wkwkwkwk.

Oke itu aza, see you di book 2.

With love,

Dhey 💋

Alexandra's MemoriesWhere stories live. Discover now