10. Mahkota Kumbang Kedua

25.7K 3.4K 307
                                    

"Gak usah kaget gitu. Kenapa, sih? Kayak habis lihat hantu aja." Bagas terkekeh kemudian duduk di depan Cana dan Alam. "Udah lama ya nunggunya?"

"Enggak kok, Bang," jawab Alam. "Kami baru sampai juga."

"Kalian udah pesan?"

Mereka mengangguk.

Bagas memanggil pelayan, lalu memesan makanan, setelah itu Alam langsung mengambil alih obrolan. "Kok Abang tahu gambar ini Ursa Mayor?"

"Yang kiri Ursa Mayor, yang kanan Ursa Minor. Ibu saya suka sekali bercerita tentang astronomi pada saya, jadi saya tahu. Setiap mau tidur selalu didongengi kisah mitologi astronomi yang seru banget, apalagi soal rasi bintang. Di rumah juga ada buku astronomi dan ilustrasinya gitu." Bagas menoleh ke arah Cana dan tersenyum. "Manis sekali. Pacarmu ya, Lam?"

"Iya," jawab Alam.

"Bukan," jawab Cana bersamaan.

Mereka saling menoleh dan Alam menatap Cana seakan-akan mereka melakukan kesalahan besar. Wajah Alam begitu tersakiti, tapi terlihat konyol dan lucu.

Bagas tertawa. "Jadi, pacar atau bukan?"

"Belum resmi sih, Bang. Bentar lagi saya resmiin deh, Bang."

Cana memutar bola matanya.

Bagas kembali tertawa. "Yang beginian sih harus cepet, Lam." Bagas meneliti wajah Cana. "Tapi, rasanya gak asing deh. Kita pernah ketemu, ya?" tanya Bagas pada Cana.

Cana langsung salah tingkah. "Ehmm..."

"Eh? Kamu sepupunya Arunika itu, bukan? Kita ketemu di laundry, kan? Saya ketemu Alam juga."

Duh.... Cana mulai kebingungan.

"Iya dia sepupu Arunika, Bang. Kemarin saya, adik saya, dan Cana memang ke laundry bareng gitu kebetulan. Saya pikir Ayah saya nyuci baju di situ, eh sekalian si Cana ketemu sama Ibu Nita. Jadi... yaudah..."

"Oh gitu..." Bagas tetap menatap curiga, tidak puas dengan jawaban Alam.

"Bang, Maia di The Seven Sisters tuh ada hubungan apa sama Arcas?" Alam bertanya tiba-tiba dengan santai tanpa takut Bagas curigai.

"Kamu jadi tertarik banget ya sama mitologi rasi bintang? Hmmm tapi kenapa tiba-tiba nanyain Maia?"

"Penasaran sih Bang soalnya pernah baca gitu kalau Maia dan Arcas punya hubungan, tapi kayak rada lupa gitu deh. Ada di soal mitologi astronomi gitu jadi yaa kepo aja hehehe."

"Kamu anak IPS?"

"IPA, Bang. Tapi yaaa suka ajaa gitu baca begituan."

Bagas mengangguk. "Hmmm seingat saya, waktu Callisto mati, si Arcas dititipin ke Maia gitu. Ya versinya banyak sih, tapi yang itu deh yang paling dekat buat jelasin hubungan antara Maia dan Arcas."

Alam mengangguk-anggukkan kepalanya, sebuah pertanda bahwa ia mengerti apa yang diucapkan Bagas.

"Satya ngomong apa aja sama kamu? Saya penasaran, deh," kata Bagas tiba-tiba.

Alam berdeham. "Ehm... gak ada ngomong apa-apa sih, Bang. Kenapa, Bang?"

"Dia itu aneh banget orangnya."

"Aneh kenapa, Bang?" Alam menaikkan sebelah alis.

Belum sempat Bagas menjawab, pramusaji datang meletakkan pesanan Alam dan Cana. Tak lama kemudian, pesanan Bagas juga diletakkan. Setelah ia pergi, Bagas baru bisa menjawab.

"Ya aneh. Gimana ya... freak gitu lah. Dia gak terlalu suka sama saya. Kalau dia ngomong macem-macem, gak usah didengerin." Bagas menyuap kentang goreng ke dalam mulutnya. "Maaf jadi bahas dia. Bahas yang lain aja. Oh iya, kapan mau hunting foto?"

Alexandra's MemoriesWhere stories live. Discover now