7. Dream Walking

40.8K 4.4K 842
                                    

"Izinkan gue ikut masuk ke dalam mimpi lo itu, Can."

Cana syok mendengarnya. Namun, tak lama kemudian ia tertawa. "Lo lagi becanda, ngegombal, apa gimana?"

"Gue serius." Wajah Alam benar-benar terlihat serius. Hening beberapa saat di antara mereka, namun di lapangan tetap ramai karena beberapa siswa lelaki sibuk bermain futsal di jam olahraga dan sisanya melakukan senam.

"Lo ngomong apa, sih? Gue gak ngerti. Gimana coba caranya?" Cana menautkan alis. "Ini bukan saat yang tepat untuk becanda, Lam."

"Lo masih gak bisa bedain kapan gue becanda dan kapan gue serius?" tanyanya. Ia membuang napas, melihat ke kanan dan kiri, kemudian merogoh saku celananya. "Ini," katanya sambil memberikan bungkusan bening berisi dua kain kecil berbentuk persegi. Cana menyentuhnya, ini bukan kain. Teksturnya terlihat lembut--namun tak selembut kain--dan fleksibel, seperti serat-serat yang sangat halus dan kecil yang digabungkan membentuk persegi berwarna cream.

"Koyo? Gue gak sakit kepala atau sakit punggung," kata Cana lugu.

Alam hampir tertawa, namun ia berusaha menahannya. "Itu alat yang selama beberapa bulan gue teliti setelah tahu mengenai A. Alat wireless yang membuat siapa pun yang mengenakannya bisa terhubung satu sama lain lewat mimpi. Terdengar mustahil, tapi inilah yang gue buat. Tadi malam adalah tahap akhir penyelesaian alat ini. Itulah sebabnya gue nemanin lo begadang. Gue berterima kasih juga karena lo membuat gue tetap terjaga. Tapi kalau pun gue gak ada kerjaan, gue tetep nemenin lo begadang, sih."

Cana melongo. Bila kemarin Alam yang dibuat melongo, kali ini Alam lah yang membuat Cana melongo.

"Oke, gue jelasin. Mungkin lo sedikit gak mengerti apa pun yang akan gue katakan, so i make it simple to understand." Alam memperbaiki posisi duduknya. "Lo percaya gak kalau sebenarnya, dunia mimpi manusia bisa dimasuki seseorang?"

Cana menggeleng.

"Ya, gue awalnya berpikiran hal yang sama. It's impossible to do. Tapi, ada seseorang yang berhasil menjelajahi mimpi. Bukan kenangan seperti lo, tapi benar-benar mimpi. Dia disebut oneironaut atau dream walker. If you know Richard Feynman, peraih nobel fisika yang terkenal saat berhasil menemukan kenapa Shuttle Chalengger meledak, dia adalah oneironaut natural. Bagaimana cara dia menjelajah mimpi? Membuat dirinya sendiri dalam keadaan sadar saat bermimpi. It's really hard to do, but in his first experiment, he did it. Saat dia berhasil menembus hypnagogic state, atau bisa disebut 'membran' antara bangun dan tidur, dalam keadaan sadar, secara teori, dia akan sadar sampai dia mendarat di alam mimpinya. Tapi, ini beda sama astral projection.

"Ada yang disebut lucid dream yaitu keadaan sadar saat bermimpi. Lucid dream terbagi menjadi dua. Yang pertama, saat kita sadar kalau kita mimpi secara kebetulan, tapi kita gak bisa mengendalikan mimpi itu, ini disebut Dream Initiated Lucid Dreaming atau DILD, biasanya terjadi saat kita di tengah-tengah alam mimpi, dan yang kedua adalah ketika kita memang sengaja melakukan lucid dreaming atau disebut Wake Initiated Lucid Dreaming, disingkat WILD. Nah, ketika seseorang mampu menguasai WILD, maka dia juga mampu membuat dirinya masuk ke dalam mimpi orang lain yang dia kenal, lebih gampang kalau diizinkan orang lain itu. Butuh teknik dan latihan tertentu untuk bisa melakukan lucid dream dan dream walking. Pada level lucid dream yang tinggi, seseorang gak cuma mampu menyadari dia sedang bermimpi, tapi dia juga mampu sepenuhnya mengontrol segala gerak-gerik di dalam mimpinya bahkan dapat melakukan apa saja yang dia inginkan, termasuk entering someone's dream."

Alexandra's MemoriesWhere stories live. Discover now