15. Di Sini

29.6K 3.9K 663
                                    

Lisa melemparkan tasnya asal, mengganti bajunya secepat mungkin, kemudian menarik laptop yang ia letakkan di dalam laci yang terkunci. Ia membuka sedikit pintu kamarnya, kemudian mengintip. Suara televisi di luar bercampur suara dengkuran pria dewasa menghiasi ruang tengah di dekat kamarnya. Suara dengkuran itu sudah cukup baginya untuk memberanikan diri membawa laptop ke luar kamar.

Aroma menyengat khas alkohol menusuk hidung Lisa. Tapi, Lisa sudah biasa, jadi ia tak akan terlalu pusing. Botol-botol alkohol dan makanan ringan berserakan di lantai dekat sofa, tapi Lisa tak peduli. Ia sibuk mengendap-endap hendak ke luar dari rumah ini menuju ke rumah sebelah.

Lisa tinggal di sebuah rumah susun, dan ia sangat sering berkunjung ke rumah nomor 15, di samping rumahnya yaitu 14. Ada seorang hacker yang tinggal di sana, bisa dibilang seniornya, bahkan lebih tepatnya seorang guru baginya. Lisa memanggilnya Mbok Inu. Ya aneh memang, tapi Mbok Inu lebih senang dipanggil seperti itu, meskipun dia orang Medan. Nama samaran saja. Umurnya hampir setengah abad, tapi wanita itu sepertinya tak punya niatan menikah sama sekali.

Lisa melangkah menuju ke pintu rumah Mbok Inu setelah berhasil ke luar dari rumahnya perlahan. Ia mengetok pintu. "Password?" Sahut seorang wanita di dalam rumah.

Lisa memutar matanya. Kalau tidak aneh, bukan Mbok Inu namanya. "GPU yahuuudddd," balas Lisa setengah bernyanyi.

Pintu terbuka begitu saja. Lisa menghela nafas. "Mbok, aku mau nebeng komputer nyambung ke VPN kan?"

"Terus ngapain kau bawak laptop? Kalau gitu pakek laptop kau aja." Suara Mbok Inu terdengar di dapur, Lisa melangkah menuju ke dapur. Ternyata Mbok Inu sedang makan mie instan di sana. Ia duduk lesehan di lantai, tampilannya seberantakan yang biasa. Rambut gelombang diikat satu yang tak pernah disisir, kacamata besar yang melorot ketika ia menunduk menyuap mie instan goreng, baju daster kusut motif bunga-bunga berwarna ungu.

Tidak akan ada yang menyadari bahwa wanita setengah abad berdarah Medan itu adalah wanita jenius jika hanya melihat dari tampilannya saja. Sebuah keanehan lagi, Mbok Inu tidak suka makan di meja makan. Ia lebih suka lesehan, padahal ia memiliki meja makan.

"Aku mau masuk ke dark web. Lebih aman pakai komputer Mbok. Komputer Mbok kan OS Tails. Bahaya kalau laptopku ikut kelacak, aku belum instal Tails, mager. Kan aku selalu main di komputer Mbok juga. Mending komputer Mbok aja yang dilacak. Ini laptopku buat catat hal penting dan simpen data." kata Lisa tertawa jahil, lancar tanpa jeda.

"Woooo memang kau anak setan. Sana pigi kau." Dia menyumpah dengan mulut yang terisi penuh oleh mie.

Lisa tertawa, "Mbok kan lebih pro, gak akan kelacak. Aku kan newbie."

"Newbie pala kuceng, banyak kalipun cakap kau. Dah lah aku mau makan. Sana kau jangan ganggu."

"Pantas Mbok pegal-pegal, makannya di lantai mulu."

"Kulempar kau pakek piring ini nantik ya. Becakap lah lagi kau!"

"Ampunnnn Mbokk..." Lisa langsung kabur ke kamar Mbok Inu. Lisa sudah biasa, Mbok Inu memang terlihat kasar di luar, tapi sebenarnya ia sangat perhatian seperti Ibu sendiri bagi Lisa. Karena, Lisa tidak tahu rasanya memiliki Ibu.

Lisa melangkah menuju ruangan yang tak terlalu luas, tempat tidurnya berantakan, kadang Lisa yang merapikannya. Satu komputer jadul dan 2 laptop canggih diletakkan di atas meja panjang. Beberapa alat yang terlihat asing bagi orang awam diletakkan di sampingnya. Tak terlalu banyak kabel yang berserakan, karena Mbok Inu suka mendesign ulang alatnya dan membuatnya menjadi wireless. Mungkin hanya kabel komputer atau beberapa alat elektronik penunjang lainnya.

Bagi Lisa, Mbok Inu selalu menjadi misteri. Lisa sama sekali tak tahu latar belakangnya, atau bahkan nama aslinya. Sebuah insiden membuatnya menjadi sangat akrab dengan Mbok Inu yang lebih sering mengunci diri di dalam rumah.

Alexandra's MemoriesWhere stories live. Discover now