14. Kenangan yang Membunuh

24.1K 3.1K 709
                                    

"Gak mungkin," kata Cana. "A itu Alexa. Bisa aja Mr. Nut emang tahu kita bakal ke sini dan dia udah nyiapin ini buat kita. Lagipula, catnya memang gak terlihat udah bertahun-tahun. Warnanya masih cerah, gak terlalu pudar," tambahnya. "Lo udah sering menduga kalau A masih hidup, padahal, udah ada buktinya kalau dia udah gak ada."

"Atau mungkin aja ini justru petunjuk untuk almarhum bokap lo?" ujar Lisa.

Alam menggeleng. "Bokap gue gak pernah sampai di tahap ini karena ya dia gak tahu soal mahkota kedua atau apa lah itu. Kita aja tahu setelah Cana dapat clue dari mimpi, kan?"

"Ya, mungkin aja bokap lo emang tahu. Lo kan gak tahu apa aja yang dilakuin bokap lo?" Sam ikut menambahkan.

"Gue yakin bokap gue belum sampai di tahap ini."

"Yaudah kita bahas nanti, lebih baik kita masuk dulu. Biar cepet pulang juga. Udah malam banget nih," usul Lisa.

Mereka semua mengangguk.

Mereka masuk ke lorong bioskop di samping tempat penjualan tiket. Lorongnya luas dan panjang, hingga mereka berempat mampu berderet melangkah menyusurinya. Lantainya kotor penuh sampah dan debu, dinding-dindingnya penuh coretan tak jelas, hasil karya anak iseng yang tak punya kerjaan lain selain melampiaskan ejekan tak bermutu ke dinding dingin berlapis debu itu.

Dinginnya malam menyapa mereka. Mereka agak menggigil sebenarnya, bukan karena kedinginan--baju mereka cukup tebal--tapi karena merasakan atmosfer tak enak yang mengiringi selama perjalanan. Rasanya sesak, seakan-akan ada puluhan orang yang berdesak-desakan di lorong, padahal hanya ada mereka.

Cahaya lampu ini rupanya benar-benar terlalu terang, meskipun sinarnya tak sampai menyentuh ujung lorong. Tapi, entah kenapa mereka merasa cukup aman sekaligus tak enak. Aman, karena terangnya lampu seperti perisai pelindung yang rasanya membuat penghuni tak terlihat mana pun tak berani mendekat karena cahaya itu. Tak enak, karena rasanya mereka juga mengganggu para penghuni yang seharusnya dapat beraktifitas dengan tenang tanpa kehadiran cahaya lampu mereka. Yah, setidaknya itu pikiran mereka saja, mereka tak benar-benar tahu apa yang para penghuni pikirkan. Tapi, rasanya ada puluhan mata yang menatap mereka penuh kebencian di ujung lorong, ingin mereka pergi saja.

Tak ada satu pun dari mereka yang membuka mulut, seakan takut kalau ucapan mereka didengar dan mereka tak akan pernah mencapai ujung lorong. Ketika mereka sampai di ujung lorong, barulah Alam membuka mulut. Ada dua lorong lagi, lebih sempit dan terpisah di depan mereka. "Bagi tim. Mesti mencar, nih."

"Lampu kita terlalu terang gak, sih?" Lisa akhirnya mematikan lampunya. "Sisain satu lampu aja cukup kalau begini, mah."

"Bentar," kata Alam tiba-tiba. "Lampu... gelap tak selalu buruk, terang tak selalu baik," Alam seperti berpikir. "Gaes, matiin lampu kalian semua. Jangan ada yang nyala."

"Lo gila?!" Sam terkejut, keringat dingin meluruh dari keningnya.

"Percaya sama gue," kata Alam. "Gue lagi gak becanda."

Dengan tangan yang terasa amat berat, Sam mematikan lampunya dan Cana serta Lisa pun mengikuti apa kata Alam. Mereka semua langsung takjub melihat apa yang ada di depan mereka. Jejak yang menyala di kegelapan. Mereka benar-benar yakin bahwa jejak lukisan--tidak benar-benar seindah lukisan sebenarnya, hanya ada satu gambar manusia yang tak begitu rapi--yang memancarkan sinar hijau terang di dalam kegelapan itu tak lain dibuat oleh Mr. Nut. Kacamata mereka merekam apa pun yang mereka lihat, tapi Alam tetap memotret lukisan itu satu kali.

Lukisan sederhana seorang laki-laki dengan wajah bundar tanpa emosi, mulutnya kecil dan datar, dengan dua mata bundar. Lukisannya tak begitu bagus, seperti lukisan anak-anak, tubuh dan lingkaran wajah bulat telur seadanya, namun begitu khas. Di samping tubuh lukisan itu ada kalimat 'Ikuti aku', lalu ada jejak bintang kecil-kecil yang lurus masuk ke dalam lorong yang juga menerangi lorong gelap. Lukisan itu ada di dua sisi ruangan, saling berhadapan, mengarah ke masing-masing lorong.

Alexandra's MemoriesTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon