3. Sang Penjelajah Kenangan

41K 5.3K 911
                                    

"Gu-gue bisa masuk ke dalam kenangan orang lain. Orang-orang yang terbunuh."

Alam meneguk saliva-nya sendiri sambil menganga seperti orang bodoh. "Hah?"

"Gu-gue pikir ini kenangan pendonor gue. Ta-tapi... Ratih adalah korban pertama. Gimana ceritanya pendonor gue bisa ngelihat Ratih? Dan gue pikir... roh Ratih berusaha ngomong sama gue di dalam mimpi! Meskipun dengan cara yang menakutkan," kata Cana yakin, "mimpi gue setiap malam mungkin aja kenangan milik pendonor gue. Tapi... mimpi yang baru gue alamin tadi... ini jelas kenangan Ratih sendiri!"

Mata Cana berapi-api, sementara Alam justru terlihat seperti anak kecil yang terkesima mendengar cerita Ultraman atau superheroes lainnya. Dia bahkan tak mengedipkan matanya. Wajahnya terlihat antara percaya dan tidak percaya pada Cana.

"Lo masih gak percaya sama gue? Udahlah. Gue gak punya waktu buat bikin lo percaya sama gue." Cana berusaha beranjak dari kasur, namun lagi-lagi Alam memegangi tangannya.

"Lo yakin mau bolos terang-terangan di hari pertama lo sekolah? Lo bakal nyusahin ortu lo."

"Ibu gue meninggal karena kecelakaan, ayah gue koma."

"Ah--sorry... gue gak tahu."

"Gue harus ke sana sekarang. Lo gak boleh cegat gue."

"Percuma lo ke sana. Gak akan ada yang percaya. Justru, mungkin lo diketawain. Masih mending gue bengong doang, gak ketawain lo. Karena gue rada percaya dan gak percaya sama lo. Yah secara logika aja lah, mana ada manusia normal yang percaya denger cerita lo barusan? Berhubung otak gue rada miring dan gue menyukai hal yang di luar nalar, jadi gue masih lima puluh persen percaya sama lo." Alam melipat kedua tangan di depan dadanya. "Kasih gue satu fakta tentang mayat Ratih yang bisa bikin gue percaya sama lo."

"Kalaupun gue cerita, emang lo tahu semua tentang mayat Ratih?"

"Gue tahu semua."

"Lo tahu dari mana?"

"Nanti gue kasih tahu setelah lo ngasih tahu gue tentang Ratih."

"Kenapa gue harus bikin lo percaya sama gue? Untungnya apa?"

"Gue akan banyak bantu lo. Percaya aja deh. Asal lo bisa bikin gue percaya, gue jamin kepercayaan polisi ada di tangan lo. Lo gak akan bisa menyelesaikan ini sendirian. Lo butuh bantuan seseorang, terutama untuk membuat mereka percaya sama lo."

Cana menghela napas sambil menutup matanya. Fakta apa? Gimana caranya bikin Alam percaya dan mau bantu gue? Ratih, gue gak akan bisa nolong lo sendirian. Alam benar, gue bakal dikira orang gila. Sementara, seluruh fakta yang gue lihat saat gue bertemu dengan lo udah dikasih tahu Alam semua...

Cana seperti masuk kembali ke dalam ruang gelap, kemudian terputar perlahan-lahan kenangan itu kembali, saat Cana melihat Ratih mati di tangan Mr. Nut. Entah kenapa saat mimpi itu perlahan-lahan terputar, Cana tak sengaja melihat ke arah jam dinding yang ada di ruangan operasi itu. 01.15. Itu dia!!

"Ratih meninggal pukul 01.15. Lo sama sekali belum ngasih tahu gue kapan dia meninggal."

Alam kembali terperengah. "Malam atau siang?"

Cana diam sebentar.

"Malam," bisik seorang gadis ke telinga Cana. Cana menoleh, tak ada siapa-siapa. Itu pasti Ratih.

"Malam," kata Cana mantap.

Alam melebarkan matanya, "Anjir..." sumpahnya sambil terkesima. Ia kemudian bertepuk tangan, "Bravo, Can. Gue menemukan lo."

Cana mengerutkan keningnya, bingung.

"Si legenda yang hilang. Gadis penjelajah kenangan para roh korban pembunuhan." Alam tersenyum puas.

Alexandra's MemoriesWhere stories live. Discover now