16. Reinkarnasi Hera

38.2K 3.4K 937
                                    

"Cinta pertama? Lo kok gak pernah bilang? Kita udah sejauh ini dan lo gak pernah ngasih tahu apa pun!" seru Alam jengkel.

"Ya karena cuma cinta pertama. Gue kan keluar dari tim panahan kelas satu kemarin. Bener-bener gak ada kontak apa pun sama dia. Ya kami juga gak saling kenal kok. Tim kami tuh beda." Sam menghela napas. "Ya gue juga gak pernah ngomong sama dia. Ya semacam secret admirer gitu doang. Dia udah punya pacar."

"Itu info yang penting, please." Lisa memutar metanya sebal. "Seandainya lo ngasih tahu kita kan Cana gak perlu repot-repot."

"Ya pasti kan bokapnya Alam udah ngewawancarain pacarnya juga." Sam berdecak.

"Siapa emang pacarnya?" tanya Alam mengetes Sam.

"Kak Raihan. Udah diwawancarain bokap lo, kan?"

"Udah, sih." Alam menopang kepalanya dengan tangan. "Ya tapi emang dia punya alibi kuat. Tukang bersih-bersih yang jagain tempat latihan panahan bilang Sara udah keluar jam 18.00, lalu di pukul 18.00 si Raihan ini masih nyari Sara ke rumah temannya yang namanya Zenita, dan itu juga dia sekalian ngehubungin si Sara tapi diread doang setelah diputusin di waktu yang sama dan saat ditelpon gak diangkat. Terus, masih gak diketemuin, tuh.

"Akhirnya, dia nyoba nyari ke tempat latihan panahan. Jarak dari rumah Zenita ke tempat latihan panahan sekitar 30 menit. Sampai di tempat latihan panahan jam 18.30, penjaga tempat panahan bantuin nyari dan gak nemuin apa pun. Lalu, si penjaga ngelihat kalau Raihan pergi dari sana pukul 18.45 dan datangin rumah Sara lagi. Setelah capek nyari, dia pun nyerah dan berharap Sara memang balik besoknya. Tapi, seminggu kemudian Sara ditemuin dengan kondisi yang mengenaskan."

Sam memalingkan wajah, menghela napas keras-keras.

"Dia punya alibi yang kuat. Soalnya, gue ingat si Sara matiin ponsel jam 18.05 setelah Raihan nelpon-nelpon itu, gak lama kemudian Mr. Nut datang. Jadi, bukan Raihan," Cana ikut angkat bicara. Ia sama sekali belum membahas mimpinya soal kenangan Alexa dan entah kenapa ia tak berniat membahasnya.

"Makin ke sini, gue makin ngerasa kalau Mr. Nut itu beneran orang asing," kata Lisa.

"Iya, orang asing yang diam-diam memperhatikan dari jauh. Orang asing yang gak terpikirkan sama sekali, keberadaannya gak begitu terlihat dan menarik perhatian," kata Alam sambil berpikir. "Tapi, coba kita bahas itu nanti. Semalam kalian nemuin apa?" Alam memandang Cana dan Lisa yang duduk di hadapannya.

Cana menarik tasnya, kemudian mengeluarkan sesuatu dari sana. "Ini," katanya. Ada kotak musik kayu berukiran yang indah, terlihat klasik, sedikit jarang ditemukan kotak musik seperti ini lagi, bisa dipastikan termasuk kotak musik yang tua, sebab besi pembuka tutupnya berkarat.

Alam memperhatikan kotak musik itu, lalu melihat bawahnya. Terlihat nama Alexandra di sana. Satu tangannya yang berada di laci meja mengepal keras. Ia berusaha mengendalikan emosi. Alexandra akan terus mengingatkan ia pada ayah, ibu, serta adiknya.

Sam ikut melihat. "Punya Alexandra?"

Cana mengangguk. "Gue merasa gak asing sama kotak musik ini. Ternyata kotak musik ini sering muncul di dalam mimpi gue."

Alam mengembalikan kotak musik itu ke Cana.

"Kenapa Mr. Nut ngasihin ini?" tanya Lisa bingung. "Rasanya gak terlalu penting."

Cana mengedikkan bahunya. "Lo berdua dapatin apa?" tanya Cana pada Alam dan Sam.

Alam mengeluarkan ponselnya dan membuka foto gambar ciphers atau simbol-simbol yang Mr. Nut buat.

"Gila banyak bener. Tumben clue-nya sepanjang ini," kata Lisa.

"Jauh lebih susah dari yang gue bayangkan. Arti simbol-simbol itu adalah tempat matinya Callisto dan tempat bertemunya Pleiades terpisah sejauh seper seratus ribu kali dari tempat terpisahnya Callisto dan Zeus di semesta," jelas Alam.

Alexandra's MemoriesWhere stories live. Discover now