15. Akan Kembali Lagi

11.3K 1.3K 487
                                    

Seorang gadis berwajah murung dengan rambut lurus sepunggung yang tergerai indah memasuki kelas. Semua orang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing, bercanda, mengobrol, menyanyi, dan ada pula yang sarapan pagi. Gadis itu menghela napas sambil berpikir tentang apa yang harus ia lakukan untuk menghabiskan waktu-selain menyimak pelajaran-sebelum tanda bel pulang sekolah berbunyi.

Dia tidak punya teman, dia kesulitan berbicara karena selalu takut bahwa mungkin akan ada hal-hal aneh yang keluar dari mulutnya, seperti tak sengaja keceplosan melihat makhluk-makhluk tak kasat mata yang buruk rupa. Dan dia tahu, dia akan semakin dijauhi. Jadi, dia memilih untuk menjadi 'tidak terlihat'.

Dia sering berusaha diajak bicara, tapi dia selalu berusaha menjauh dan tidak tertarik. Dia hanya bisa menunggu bel istirahat kedua berbunyi sehingga bisa menelepon saudarinya dan dengan begitu, dia jadi tidak merasa kesepian.

"Can, lo saudaraan sama Alexa, ya? Gue temenan di Facebook sama dia terus liat status kalian berdua sodaraan di Facebook, itu beneran? Emang kalian mirip banget, sih," kata seorang remaja laki-laki yang tiba-tiba duduk di kursi samping Cana yang biasanya selalu kosong. Namanya Andre.

Dengan malas, Cana menanggapi, "Iya."

"Kok bisa, sih, kalian kepisah? Dia di Skotlandia, ngga, sih?"

"Iya."

"Asli kalian beda banget, dia famous banget, sih, di Facebook. Di Twitter juga. Orangnya kayak fun dan menarik. Sebenernya gue rada kaget juga, sih, soalnya, maaf nih ya, kalian beda banget."

Cana tak menanggapi, dia berusaha mengambil buku dan membaca buku.

"Can, bisa kali lo combalingin gue sama dia hehehe. Dia belum punya pacar, kan?"

Cana menghela napas, kalau ada lelaki yang mengajaknya berbicara, pasti agar bisa dikenalkan dengan saudarinya. "Gue mau baca buku, lo bisa pergi, nggak?" kata Cana dingin.

Andre tersentak. "Ya ampun galak amet. Iya, deh, iya gue pergi." Tapi, sebelum pergi ia berkata lagi, "Sebenernya lo cantik, Can. Tapi karena aura lo serem banget, jadi nggak ada yang nyaman di dekat lo. Lo juga galak banget. Saran gue, sih, kalau lo mau punya teman-"

"Gue nggak butuh saran lo," kata Cana tanpa menatap Andre.

Andre mengedikkan bahu, lalu pergi berlalu.

Cana ingin tenggelam di dalam dunia buku yang ia baca, tapi ponselnya tiba-tiba bergetar, sebuah panggilan masuk. Dari Nata.

"Halo, Bang?"

"Hai, Cantik! Abang punya kabar bagus, nih! Abang udah ketemu alamat rumah dan alamat sekolah adik kamu, Ana."

Mata Cana membesar. "Hah?"

"Hehhehe iyaa, udah ketemu. Mau ke sana bareng abis pulang sekolah? Ternyata, Ana sekolah di SD Citra, deket sama sekolah kamu."

"Ehm... oke, makasih, Bang! Abang yang terbaik! Tapi... aku pikir, aku belum bisa langsung ke rumah Ana. Bang, udah ada guru, aku matikan, ya. Bye!"

Cana berbohong, belum ada guru yang masuk ke kelas. Cana segera berdiri dari tempatnya duduk, ia membereskan buku-bukunya ke dalam tas. Ia tahu kalau hari ini, ia tidak akan berada di sekolah. Dia kini punya tujuan untuk membolos.

~~~

"Mariana Rukmi?"

"Iya, Pak."

"Oh, ada. Saya kenal banget, dia sering nunggu di pos satpam dan ngobrol bareng saya kalau lagi nunggu jemputan," kata salah satu satpam sekolah. "Anaknya manis, tapi nggak terlalu pintar berteman, soalnya anak itu agak aneh, sih. Nah, itu dia, kebetulan baru datang!"

Alexandra's MemoriesWhere stories live. Discover now