17. Darah Iblis

19K 2.9K 1.6K
                                    

"Domba kedua lahir pada tanggal dan bulan yang sama dengan lahirnya Hera. Kaulah domba kedua itu, reinkarnasi Hera. Itu kata Bang Raihan," ucap Sam sambil menyetir.

Alam terlihat berpikir, begitu pula dengan Cana dan Lisa.

"Hera sudah gak ada di bumi kalau gitu?" Cana mereka-reka.

"Lis, coba lo cek tanggal lahir Sara dan korban lainnya."

Lisa segera membuka ponselnya, ia mencari sebentar, kemudian terdiam. Ia menoleh ke arah Alam yang duduk di kursi depan dan Cana yang duduk di sampingnya. "Sama. Tanggal 24 April. Yang beda cuma tahun kelahirannya doang."

"Apakah Mr. Nut percaya sama reinkarnasi? Rasanya dia saintis, kan? Percaya gituan?" Sam sesekali menoleh ke arah Lisa.

Lisa mengedikkan bahu.

"Mungkin. Penelitian soal teori reinkarnasi itu sedang berusaha dilakukan. Psikiatri, Dr. Jim Tucker, mengambil sampel anak-anak dan ehm gue gak terlalu mendalaminya, tapi sampel itu dirasa menunjukkan tanda-tanda bahwa anak-anak ini telah mengalami reinkarnasi, seperti kenangan-kenangan mereka di kehidupan sebelumnya. Sampai-sampai ada teori yang dikemukakan oleh Dr. Robert Lanza soal sains, kesadaran manusia, dan semesta, yaitu 'Teori Biocentrism'.

"Tapi, banyak saintis yang justru enggak terlalu menghiraukan teori tersebut karena kata mereka Dr. Robert Lanza engga memberi bukti konkret alias hanya sekedar berteori. Dan bahkan ada saintis yang bilang kalau buku Lanza seperti esai filosofis yang enggak menawarkan sesuatu yang saintifik, lalu apa yang dia bahas di buku teorinya sudah lama dibahas di dalam ilmu filosofi. Jadi enggak ada yang baru, meskipun Lanza mencoba membahasnya dengan mekanika kuantum yang hmm rasanya tetep kayak pseudosains buat gue." Alam terlihat sangat serius ketika menjelaskan.

"Intinya begini, kata dia, mekanika kuantum membenarkan bahwa manusia meninggal, tapi tidak lenyap sepenuhnya, bahwa tubuh kita mati, tapi kesadaran kita tidak, bahwa kesadaran yang menciptakan realitas termasuk semesta. Di dalam buku karya Dr. Robert Lanza tertulis, 'The biocentric view of the timeless, spaceless cosmos of consciousness allows for no true death in any real sense. When a body dies, it does not so in the random billiard-ball matrix but in the all-
is-still-in-capably-life matrix,' kira-kira begitu. Kesimpulannya adalah, teori reinkarnasi memang susah buat dibuktikan, susah banget, jadi yaahhh nanti lihat aja, deh, bakal ada teori konkret yang gak bisa dibantah atau selamanya akan menjadi misteri."

Sam menganga beberapa detik. "Lo ngomong apa, sih, anjir. Gak ada yang masuk ke kepala gue."

Alam memutar bola matanya sebal. "Intinya ada saintis yang pro dan kontra dengan teori reinkarnasi. Ada yang percaya dan enggak."

"Nah, gitu dong. Langsung aja. Percuma lo jelasin, gue ga akan ngerti. Lisa dan Cana juga nggak ngerti pasti."

"Gue ngerti. Gue sempet baca artikel itu," Lisa menimpali.

Sam menatap Cana seolah meminta dukungan.

"Jujur, gue paham."

"Astaga gue paling goblok di sini. Gue mau minggat aja."

Alam menoyor kepala Sam. "Makanya banyakin baca buku!"

"Kapan lo baca buku, sih, bego?! Gue gak pernah lihat!" Sam menoleh ke arah Alam sambil melotot. Dia mengerutkan keningnya. "Gue baru sadar kalau mata lo bengep. Abis nangis lo?"

Alam langsung salah tingkah. "Hah? Nggak. Apaan, sih, lo. Minus, tuh, mata lo."

"Lo ditolak Cana, ya?" Sam tertawa.

"Sialan! Kagak!" Alam menoyor kepala Sam lagi. "Udah, deh, bahas clue sebelumnya soal tempat matinya Callisto itu. Eh, tapi, ntar lo bisa setopin gue di toko elektronik yang gue kasih tahu ke lo semalam, gak?"

Alexandra's MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang