14. Janji

9.9K 1.4K 578
                                    

"Bu Ajeng nggak tahu siapa perempuan itu. Kemungkinan perempuan itu menjadi pengasuh di panti asuhan sebelum Bu Ajeng. Bu Ajeng sekitar 2000-an berada di panti asuhan. Jadi dia emang nggak mengenal perempuan itu," jelas Lisa. "Gue ngasih lihat foto Bang Bagas juga, Bu Ajeng nggak tahu. Gue mencari sumber di mana pun nggak ada juga."

Alam dan Cana menghela napas.

"Tapi," Lisa berdiam diri sebentar. "Bu Ajeng pernah dengar cerita tentang perempuan yang bunuh diri di panti asuhan itu sebelum dia masuk ke panti asuhan."

"Alasan bunuh dirinya?" tanya Alam.

Lisa menggeleng. "Lo sendiri gimana? Ada info apa?"

"Gue curiga kalau perempuan bunuh diri itu adalah pengasuhnya Bang Bagas," jelas Alam.

"Pengasuh?" Sam terkejut.

Alam mengangguk. Dia mulai menceritakan dengan detail seluruh informasi yang dia dapatkan saat bersama Bagas.

"Kenapa lo nggak nanya siapa nama pengasuh Bang Bagas?" Sam menautkan alis.

"Jangan buru-buru, terlalu mencurigakan kalau langsung nanya," balas Lisa. "Tapi, curiga, nggak, sih? Bang Bagas segampang itu ceritain masa lalu dia. Bener-bener lengkap pula."

"Bisa jadi masih banyak yang disembunyiin," Sam menanggapi. "Tapi, ya, sejujurnya emang mencurigakan banget."

Alam melirik Cana yang sedari tadi melamun dengan muka muram. Sepertinya pikiran gadis itu tengah menjelajah entah ke mana. "Menurut lo gimana, Can?"

Cana tak menanggapi, ia menatap kosong meja sambil menopang kepala dengan tangan kanan.

"Can?"

"Eh? Iya?"

"Menurut lo gimana?"

"Ehm... gue... gue nggak tahu."

"Lo pucet. Lo sakit?" Alam terlihat khawatir. "Semalam, lo nggak angkat vidcall gue."

"Gue udah tidur." Cana berdiri dari tempatnya duduk. "Gue keluar bentar," katanya.

Semua orang memandang Cana dengan heran. Cana memang pendiam, tapi hari ini, dia jauh lebih diam dari hari-hari kemarin. Ada yang berbeda. Wajahnya kusut dan pucat, rambutnya dicepol sembarangan, kantung matanya menghitam. Dia terlihat seperti seorang gadis kesepian dengan banyak masalah yang berputar-putar di kepala. Kepalanya mungkin jauh lebih ribut daripada dunia, sampai-sampai dia lebih lama tenggelam di dalam kepalanya hari ini.

Ketika Cana pergi, Alam tentu saja membuntuti. Ada hal-hal yang disembunyikan Cana dan Alam bisa mencium baunya. Sebelum Alam membuntuti, Alam berpesan agar Lisa dan Sam tinggal di kelas saja, siapa tahu tiba-tiba Tomo dan Yovi datang ke sekolah.

Lisa dan Sam akhirnya memilih makan roti bersama dan duduk di bangku panjang di depan kelas yang menghadap ke lapangan. Banyak siswa yang tengah bermain basket di sana. Siswa-siswi lain tengah bercengkrama di taman sambil memakan camilan. Lainnya memilih tetap berada di dalam kelas sambil menggosip dan bermain game.

"Alatnya sudah mau selesai?" tanya Sam membuka pembicaraan.

"Nggak bisa dibilang selesai juga, belum sempurna. Masih sebatas bisa translate obrolan di mimpi dan menggambarkan beberapa objek di mimpi, tapi ya itu... belum sampai sesempurna kayak lo bisa nonton film. Kemarin juga ada trouble, sih. Tapi, malam ini kayaknya udah bisa dicoba ke Cana," jelas Lisa.

"Lo gimana hari ini?"

"Maksudnya?" Lisa memandang bingung pertanyaan Sam yang tiba-tiba.

"Apa yang lo rasain? Seneng? Sedih? Atau apa?"

Alexandra's MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang