16. Berbagi Mimpi

27.5K 4.1K 644
                                    

Mereka terdiam sesaat, tidak berani bergerak sama sekali, sampai akhirnya cahaya senter menerangi mereka. Ada Nata di sana, berdiri di depan kamar sambil memegangi senter. "Cana mana?" Tanyanya ketika mengarahkan senter ke kasur Cana.

"Di-di kasur, Bang." Alam tergagap.

"Gak ada!"

Mereka bertiga terkejut. Tak lama kemudian, lampu kembali menyala. "Ta-tadi ada Cana di sini!"

Mereka syok ketika melihat ponsel mereka bertiga yang terbaring manis tepat di hadapan mereka. Mereka syok melihat tak ada orang lain selain mereka, dan jelas itu bukan Cana. Mereka tambah syok melihat Cana tak ada di kasur.

"Sial kenapa gue makin merinding sih," celetuk Sam. Sementara Nata kembali berlari ke bawah.

Alam juga menyusul, begitupula dengan Lisa.

"Eh! Jangan tinggalin!" Sam berlari di belakang mereka. Sesekali ia menoleh ke belakang, pada kamar Cana yang kosong. Sam kembali mengalihkan pandangannya menuju tangga. Suara terdengar dari kamar Cana.

Kreekkk... Bukk! Pintu kamar Cana tertutup dengan sendirinya.

Itu angin itu angin itu angin... Sam merapal doa di dalam hati, menguatkan dirinya sendiri, kemudian melangkah lebih cepat dari sebelumnya.

~~~

"Bangun, sayang." Seorang wanita berbisik di telinga Cana. Cana membuka matanya perlahan. Ia melihat sekelilingnya. Ia berada di ruangan yang sangat sempit. Baju-baju tergantung di atasnya. Ini... lemari?

Cana membuka sedikit lemari itu ketika didengarnya suara denting piano di luar sana. Nada-nada indah yang mampu melelapkan siapa saja.

Ada suara lelaki bersenandung di luar sana. Cana tak bisa mendengarnya dengan jelas. Kaki mungil Cana menyentuh lantai ubin. Di saat itu ia menyadari hal lain. Ia mengenakan gaun hitam selutut. Kamar ini terlihat asing. Kamar kayu dengan banyak boneka kayu berjejer manis di rak-rak yang tertempel pada dinding. Ada beberapa boneka yang berada di lantai, tepat di depan kasur kayu. Boneka-boneka itu berukuran beragam dari miniatur hingga berukuran setinggi anak manusia. Ia memakai gaun-gaun cantik kuno khas eropa maupun tuksedo-tuksedo layaknya anak manusia yang nyata. Ada kaca panjang dengan gorden putih transparan di sisi yang memperlihatkan sebuah siluet pohon besar di luar sana.

 Ada kaca panjang dengan gorden putih transparan di sisi yang memperlihatkan sebuah siluet pohon besar di luar sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tuk tuk tuk...

Seseorang mengetuk ngetuk kaca jendela. Hari sudah gelap. Lampu kamar yang remang menambah kegelisahan Cana. Tapi, ia memberanikan diri menengok ke arah jendela. Siluet seseorang duduk di ranting pohon besar. Cana menaikkan sebelah alisnya. Pelan-pelan, ia melangkah menuju jendela, kemudian ia menggenggam erat ujung gorden jendela, membukanya pelan-pelan. Tapi... tak ada siapapun.

Ketika ia melihat ke bawah, ada seorang wanita bergaun putih panjang dengan tali panjang yang tergantung di ranting dan melilit lehernya. Ia berdiri di atas kursi. Wajahnya ditutupi kain putih. Apa ia berusaha bunuh diri? Cana bergegas berlari keluar dari kamar, menuruni tangga, kemudian melangkah menuju ke taman belakang rumah, tempat pohon besar itu berada.

Alexandra's MemoriesWhere stories live. Discover now