1. Perumpamaan Ganjil

30.9K 3.6K 235
                                    

"Dia bergabung dengan para jiwa palsu yang tersesat. Tapi, tak ada yang bisa membedakan yang mana yang benar-benar sedang tersesat sepertinya," ujar Cana mengingat detail tulisan itu. Ia menghapus sisa-sia air matanya. "Foto pertama itu pemakaman umum, foto kedua rumah gubuk di samping danau, dan foto ketiga adalah wahana bermain. Gue milih yang pertama, pemakaman umum dan salah. Sebagai gantinya..." Mata Cana mulai berkaca-kaca, ia menundukkan kepalanya, "Tangan kanan Ratih kepotong sama sinar laser yang muncul di atas pintu... ini salah gue."

"Itu bukan lo," Alam memegangi kedua bahu Cana.

Cana mengangkat kepalanya. "Alexa? Gue bahkan ngerasain perasaan bersalah yang Alexa rasain."

"Dia menggunakan A sebagai alat," simpul Mbok Inu. "Bajingan."

"Ada satu hal lagi..." Cana menarik dalam nafasnya kemudian menatap dalam Mbok Inu sambil menghela nafas perlahan, "Mbok, aku ngelihat Aru mengikuti Bu Nita sampai ke hutan sebelum dia diculik Mr. Nut."

Mata Mbok Inu melebar penuh amarah dan keterkejutan. Tak hanya Mbok Inu, Lisa, Alam, dan Sam pun terlihat syok. Ia baru saja membuka mulutnya sedikit ketika tiba-tiba pintu rumahnya digedor kuat.

BUK! BUK! BUK!

"LISA! KELUAR KAMU!" Suara laki-laki dewasa dengan nada tinggi terdengar di luar sambil menggedor-gedor pintu. Mereka hening seketika, terutama Lisa. Sorot matanya begitu ketakutan. Lisa menoleh ke arah Mbok Inu.

"Kau sembunyi sekarang! Biar aku yang urus."

Lisa menggeleng, ia menatap satu per satu teman-temannya. "Kayaknya, gue harus pulang sekarang," bisik Lisa.

"Nggak, lo gak bisa pulang sekarang, Lis!" Seru Sam, namun tetap berbisik.

"LISA! AKU TAHU KAMU DI DALAM SANA! KELUAR SEKARANG!"

"Lo tadi takut ketemu dia, sekarang kenapa lo malah mau nyerahin diri, hah?" Sam terlihat gusar.

Alam dan Cana bungkam. Cana masih berusaha menenangkan dirinya sendiri. Pikirannya kacau saat ini.

"Iya, gue takut. Tapi, gue harus pulang, Sam. Dia bokap gue biar gimana pun. Maaf, tapi gue pikir kalau gue kabur lebih lama, gue akan—"

"Tidak. Itu keputusan benar. Kau tak akan kembali ke rumah itu," tandas Mbok Inu tajam.

"LISA!" Suara ayahnya masih terdengar.

"Tapi, Mbok—"

"Kalau kau masuk ke rumah itu, jangan temui aku lagi. Kau pilih siapa? Orang gila itu bahkan tak pernah mengurus kau. Kau selalu urus diri kau sendiri!"

"Kalau dia gak ada, aku masih di panti!" Kali ini Lisa menangis.

Semua orang menatap Lisa dengan syok. Lisa memutar tubuhnya, hendak melangkah menuju pintu. Lisa tentu saja berniat membuka pintu itu, karena pintu ini memiliki data suaranya, suara orang-orang yang diizinkan memiliki akses keluar masuk rumah Mbok Inu.

"Lisa!" Seru Mbok Inu.

Lisa tak mendengarkan, tapi Sam menahan tangannya. "Lis!"

Lisa melepaskan tangan Sam dengan kasar. "Lo gak usah ikut campur urusan gue," katanya dingin.

Ia segera membuka pintu itu. "Buka," katanya.

Pintu terbuka. Laki-laki berantakan berbau alkohol langsung menarik tangan Lisa mendekatinya, kemudian menampar wajah Lisa di depan semua orang dalam waktu yang sangat singkat.

"HEI KAU ANJ—" Belum selesai Mbok Inu melanjutkan, Ayah Lisa sudah memotong.

"Diam kau perawan tua bangs—"

Alexandra's MemoriesWhere stories live. Discover now