07. Time Travel Between Us

7.9K 707 8
                                    

WARNING :
PERHATIKAN TANGGAL, BULAN DAN TAHUN!

....

14 September 2022

02.45

Daren menggerakkan jemarinya yang terasa kebas, seluruh tubuhnya seakan mati rasa.

Setelah melewati masa kritis, Daren dipindahkan ke ruangan ICU.

Way dan Bian sudah pulang beberapa jam yang lalu, menyisakan Virgo seorang diri. Cowok yang merupakan kaki tangan Daren itu sibuk memainkan benda persegi empat ditangannya.

"Euhm..."

Jari-jari yang bergerak lihai diatas touchscreen terhenti seketika kala gumaman dari orang yang terbaring di depannya terlantun lemah.

Virgo mengangkat kepalanya, mengamati Daren. "Bos?"

Tidak ada jawaban namun gerakan kaku jemari tak berdaya Daren telah memperjelas semuanya.

Segera Virgo menekan bel disamping ranjang yang bertujuan untuk memanggil para dokter datang dan memeriksa kondisi pasien.

Dalam hitungan menit, dokter Haikal dan timnya muncul. Sesaat mereka menatap monitor yang menampilkan detak jantung Daren. Laku tak lama, dokter Haikal berbalik menatap Virgo dan menepuk pelan bahunya.

"Sepupumu sudah sadar. Ia masih mengalami sedikit halusinasi pasca koma, jadi kami akan memperhatikannya beberapa menit ke depan."

Virgo mengangguk mengerti. Dari sudut matanya, ia dapat melihat Daren yang kini telah sepenuhnya sadar. Mata sayu Daren bertubrukan dengan matanya membuat Virgo tersenyum kecut. Ia merasa bersalah atas kecelakaan yang menimpa Daren. Seharusnya ia bisa lebih menjaga keselamatan Daren. Sejujurnya, Daren sangat berjasa dalam hidup Virgo. Jika bukan karena Daren, mungkin ia telah dipukul sampai mati oleh ayahnya.

Seperti yang kalian ketahui, ayah Virgo adalah menteri pendidikan selama dua periode, dan sebagai anak dari menteri ia dituntut sempurna, tanpa cela. Pernah sekali saat SMP, ia membuat kesalahan karena kecerobohannya, ia sempat mengikuti ajakan nakal para senior untuk mengonsumsi minuman keras. Sial, hal tersebut kepergok sang ayah. Ia dipukul hingga babak belur oleh ayahnya, beruntung saat itu Daren datang, mengantar tas-nya yang tertinggal di sekolah. Cowok tersebut, berhasil membawanya kabur dari amukan sang ayah dan membiarkannya menginap untuk beberapa bulan di rumahnya sampai suasana mereda. Oleh karena itu, Virgo sangat menghormati Daren dan berterimakasih atas kebaikan cowok yang kini menjadi sahabat dekatnya.

Namun, melihat Daren dengan kondisi yang mengenaskan yakni harus menggunakan alat bantu di sekujur tubuhnya, membuat Virgo merasa sangat bersalah.

"Daren? Coba perhatikan tangan saya... Berapa yang kamu lihat?" tanya dokter Haikal, mengecek fungsi otak dan tingkat kesadaran Daren.

"Empat." jawab Daren tercekat. Bibirnya kelu, tenggorokannya terasa kering dan serak.

"Baiklah, kamu baik-baik saja. Pertahankan kondisi kamu. Untuk sekarang kamu masih belum bisa makan, selama dalam perawatan kamu akan dibantu dengan alat bantu naps untuk menjaga laju pernapasan, dipasangkan selang makanan, selang kencing, serta monitor jantung dan infus. Setelah kondisi kamu semakin membaik maka kami akan melepaskannya dari tubuh kamu."

Sementara dokter Haikal menjelaskan, mata Daren menerawang, ia merasa ia seperti baru saja kembali dari kematian. Tubuhnya remuk dan lelah.

Virgo yang senantiasa mendengar perkataan dokter Haikal sedikit membungkuk kala beliau meninggalkan ruangan bersama timnya.

"Bos? Istirahat lah, ini masih subuh."

Daren mengangguk lesu dan kembali mengatupkan kedua matanya.

Ia lelah dan capek, tubuhnya seolah telah mengalami benturan yang keras.

Time Travel Between Us ✓Onde as histórias ganham vida. Descobre agora