30. Time Travel Between Us

5.2K 454 1
                                    

21 September 2022

....

....

Pukul 07.44

...

"Bos, jadi apa rencana lo hari ini?" tanya Way.

Saat ini mereka tengah berkumpul di dalam kelas, Ibu Nur selaku guru Geografi tidak masuk memberikan pelajaran. Hal ini membuat kelas yang di cap sebagai kelas paling trouble itu kembali berbuat ulah. Para murid yang hampir seluruhnya didominasi laki-laki itu sibuk membuat keributan. Ada yang Mabar di pojok kelas, saling melontarkan makian, ada yang sedang makan, ada yang sedang bermain bola, ada yang sedang dangdut geboy, dan ada yang sedang merokok seperti Daren dan gengnya

Daren dengan ongkang kaki menghembuskan asap rokok yang ia tahan di dalam bibirnya, matanya memandang jauh.

"Bos?" Way bertanya sekali lagi sembari menyenggol lengan Daren.

"Hm?" sahut Daren singkat. Otaknya pusing memikirkan mimpi semalam. Ingin ia abaikan mimpi tersebut namun nyatanya tidak bisa.

"Gimana rencana kita?"

"Tenang saja, semalam gue udah mulai dekatin dia meskipun berakhir buruk." jelas Daren. Ia membuang puntung rokok yang tinggal setengah di bawah kaki dan menginjaknya.

"Gak aneh sih, soalnya ini Kyra, gak mudah buat di taklukan." sambung Bian.

Virgo menyimak dalam diam. Ia masih mengkhawatirkan teman sekaligus ketua gengnya itu, pasalnya dokter sudah berulangkali menyarankan agar Daren beristirahat dan jangan terlalu banyak beraktivitas. Pihak sekolah juga ikut memberikan ia libur sepuasnya, tapi karena rencana tiba-tiba mereka, Daren datang ke sekolah.

"Ren, lo beneran gak apa-apa? Rencana kita gak usah buru-buru juga. Lo perlu istirahat."  Virgo akhirnya angkat bicara. Ia tidak menggunakan panggilan bos seperti biasa, ia ingin Daren mendengarkannya sebagai sahabat dekat. Pagi tadi ia mengirim pesan kepada Daren agar tidak datang ke sekolah, tapi Daren sama keras kepalanya dengan Kyra, cowok itu dengan wajah pucatnya muncul di depan kelas. Beruntung pagi ini guru mata pelajaran pertama tidak hadir.

"Gue baik Virgo. Gue cuma lagi mikirin mimpi absurd nan mengerikan yang gue alami semalam."

"Mimpi apa?" lanjut Virgo.

Way dah Bian menajamkan pendengaran mereka, jarang-jarang Daren mau menceritakan hal-hal random seperti mimpi kepada mereka.

"Gak jelas mimpinya. Masa.. gue mimpi lagi di kafe Blitz terus sama cewek dan anak bayi... Gilanya cewek itu Kyra. Asli... Najis! Mana endingnya tuh bayi metong depan mata gue, kek horor." Daren bergidik, masih jelas terbayang adegan kecelakaan itu. Wajah Kyra dan bayi yang terpental itu.. oh Gosh!

Way menampilkan ekspresi jijaynya. Ia tidak dapat membayangkan sang bos dan Kyra duduk berdua dengan seorang anak.

Virgo dan Bian saling berpandangan. Seolah berbicara melalui mata.

"Jangan bilang.. bos mimpi kek gitu akibat niat jahat kita mau jebak Kyra. Belum juga start, langsung di ulti lewat mimpi."  Komen Bian setengah merinding.

"Keknya itu cuma mimpi doang. Jangan dibawa serius." Virgo berusaha menenangkan suasana.

"Ya.. gue tahu cuma mimpi doang.. tapi kek nyata anjing. Padahal gue belum ngapa-ngapain Kyra, semalam serius.. gue cuma ngajak dia nongki bareng. Apa Kyra punya semacam pelindung spritual?"

"Ngaco lo! Mana bisa begitu. Ini nih, kalau dokter suruh istirahat malah keluyuran, pulang -pulang mimpi buruk." Tanggap Virgo.

Daren tertawa kecil. Tapi ada benarnya perkataan Virgo, sesuai tebakannya juga pagi tadi, siapa tahu ini ada kaitannya dengan efek pasca koma.

"Bos, udah lupain aja mimpinya. Beneran absurd. Syukur yang di tabrak bukan bos, kalau gak.. woahh perasaan gue sontak gak enak." lanjut Way.

Daren berpikir sejenak, ya setidaknya dalam mimpi tersebut dirinya tidak apa-apa. Itu adalah hal terbaik yang bisa ia ingat dari mimpi mengerikan itu.

Sembari larut dalam pikirannya, tiba-tiba ada ketukan dari pintu kelas.  Sontak semua murid yang ada menoleh ke sumber suara.

Daren menaikkan salah satu alisnya dan mengulas seringai samar.

Ternyata yang datang adalah Kyra, Bio, mantan wakil ketua OSIS tahun lalu, Aurel, Leon, Jessica, dan beberapa adik kelas lainnya, yang Daren tebak merupakan calon-calon kandidat ketua OSIS tahun ini

"Mohon perhatian semuanya!" lantang Kyra seraya melangkah maju kedepan kelas.

Tatapannya tegas dan ya.. angkuh.

"Hari ini ada pemungutan suara untuk pemilihan ketua OSIS tahun 2022. Sebagai anggota dan bagian resmi dari sekolah ini, diharapkan semua teman-teman yang ada disini dapat berpartisipasi menyeruakan pilihannya. Di depan sini, kami memiliki 3 kandidat calon ketua OSIS dan wakilnya, yakni nomor urut pertama ada adik kelas kita dari XI. MIPA2, Abraham dan Gio, nomor urut kedua ada Aurel dan Leon, dan terakhir ada Jessica dan Melia." jelas Kyra, mulai memperkenalkan satu per satu calon yang ada.

Daren dan gengnya yang berada di belakang kelas bersorak gaduh saat nama Aurel, yang notabenenya adik kandung Bian disebutkan. Sontak, mau tak mau Aurel menunduk malu.

Kyra tak menggubris hal tersebut, ia terus lanjut berbicara mengenai visi misi sekolah dan pentingnya partisipasi dan dukungan senior. Kurang lebih lima belas menit Kyra mengoceh namun tidak ada satupun yang ditangkap oleh otak kecil Daren.

Ia malah sibuk memikirkan pemilihan ketua OSIS tahun lalu, dimana ia dan Kyra membuat geger sekolah dengan pertengkaran mereka.

Masih segar diingatan Daren kala itu... ia dan Kyra seolah hampir saling membunuh. Padahal bisa dibilang Daren sendiri bukan anak yang ambisius di bidang akademik dan merelakan dirinya jadi budak sekolah, tetapi karena saat itu ia mendengar bahwa Kyra mendaftarkan diri sebagai ketua OSIS, ia pun langsung berubah pikiran. Ia tidak sudi setahun harus di bawah peraturan Kyra.

Hanya.. doa orang jahat memang tidak pernah dikabulkan, pada akhirnya Kyra tetap keluar sebagai pemenang.

Kini... Momen didepan kelas membangkitkan kenangan tersebut.

Daren bergidik tak terima, sembari mengedarkan matanya mengambil secarik kertas di atas meja lalu tanpa banyak drama menulis nomor urut dua sebagai calon ketua OSIS tahun ini.

Setelah memastikan semuanya sudah menulis nama kandidat yang mereka dukung, Kyra perlahan berjalan mengitari kelas, mengumpulkan kertas-kertas kecil itu.

Bian, Way, Virgo dan Daren, serentak saling bertatapan saat Kyra mendekat.. seakan satu pikiran.

Dalam setiap langkah yang ia ambil, Kyra berusaha tenang, meskipun hatinya ketar ketir. Pagi tadi saja saat membuka gorden, ia tidak sanggup berlama-lama menatap Daren. Entah mengapa, perasaan yang ia alami di tahun 2040 sangat mempengaruhi emosinya di tahun sekarang...

Dan yang lebih menyebalkan, irisnya melihat senyum nakal dan jahil Daren bersama gengnya.

"Mana kertas kalian?' todong Kyra. Wajah angkuh dan sombong digunakan Kyra untuk memberikan kesan tak terkalahkan kepada geng yang Kyra selalu berpikir terlalu berisik.

"Kalau gue gak milih gimana? Gue maunya milih ketua OSIS tahun kemarin?"

"Lo mau gue tonjok? Cepetan sini kertasnya!" sebal Kyra. Ia sudah duga ini akan terjadi.

..

Time Travel Between Us ✓Where stories live. Discover now