50. Time Travel Between Us

3.4K 305 4
                                    

Dalam ruangan yang didominasi nuansa putih, cowok yang menjadi karakter utama tengah berbaring pucat.

Meskipun ia sudah sadar dari jauh hari, tetap saja ia belum pulih total.

Sebagian tubuhnya seakan mati rasa.

Virgo menatap nanar Daren yang masih terkulai lemas diatas ranjangnya.

"Ren.. mau sampai kapan lo kek gini? Geng kita berantakan, sedikit lagi bakal ujian sekolah. Gue bingung harus handle semuanya gimana. Udah mau sebulan Ren, bahkan sepatah kata pun, apa terasa sulit bagi lo untuk ngucapinnya?"

Virgo meremas rambutnya frustasi. Belakangan ini ia sendiri sering absen di sekolah, begitupun dengan Way dan Bian. Seluruh waktu mereka habiskan di rumah sakit.

Penyelidikan mereka terkait kecelakaan yang menimpa Daren masih berlanjut dan sampai detik ini dari pihak kepolisian tidak memberikan informasi terbaru terkait kasus tersebut.

Tuk..

Tuk..

Suara pintu yang diketuk dan diikuti langkah kaki beberapa orang masuk kedalam ruangan tempat Daren berbaring, membuat Virgo, Way dan Bian sontak menoleh..

"YA TUHAN! DEN DAREN!"

Bik Ijah, wanita setengah baya itu berlari menghampiri ranjang Daren, tangannya penuh dengan tas yang berisi pakaian dan alat sekolah Daren, ia mendekati Daren dan mengamati dengan seksama kondisi tuan mudanya.

Hati wanita yang sudah mengabdi untuk merawat, menjaga dan melayani keluarga Daren dari waktu Daren masih kecil itu teriris.

Beberapa minggu ini ia sudah memiliki firasat burut saat Daren tak kunjung pulang, dihubungi pun tidak aktif. Ia mencoba untuk berpikir positif bahwa Daren sedang melakukan trip luar kota dengan teman-teman geng motornya. Meskipun nampak tak masuk akal.

Ternyata firasat buruk itu tidak salah, apa yang harus ia katakan pada nyonya dan tuan jika mereka menanyakan tentang Daren?

Di belakangnya, orangtua Kyra terdiam. Hana melihat teman-teman Daren yang beberapa waktu lalu yang sering ia lihat di rumah sakit kini berada disana, berdiri dan duduk di sofa tak jauh dari ranjang Daren.

"Ah.. silahkan duduk..' Bian dengan raut bingung bangkit dari sofa dan mempersilahkan ayah Kyra untuk duduk.

Hana berjalan mengitari ruangan rumah sakit itu.. matanya memindai semua sudut ruangan.. tidak ada yang salah. Ruangan tempat Daren berbaring, rapi dan bersih. Tidak ada benda mencurigakan.

Virgo menyingkir sedikit, memberikan ruang buat bik Ijah meraih jemari Daren dan mengusapnya.

"Apa dia sudah siuman?" tanya Hana tiba-tiba.

Virgo menatap Hana dengan pandangan was-was. Ia mengenai wanita yang nampak elegan dan anggun itu. Yeah, ia pernah berdebat dengan wanita tersebut perkara mengeluarkan Daren dari sekolah atau tidak. Kini.. mengapa wanita itu ada disini? Apakah Kyra memberitahu orangtuanya tentang kondisi Daren?

"Sudah, hanya.. ia masih kesulitan berbicara dan ada beberapa saraf yang terganggu." jelas Virgo.

Ayah Kyra mengangguk mengerti. "Lalu.. siapa yang menjadi walinya? Biaya rumah sakit juga siapa yang mengurusnya?" tanya ayah Kyra lebih lanjut.

Virgo mendongak dan menghela nafas kecil. "Saya yang menjadi walinya sekaligus orang yang mengurus segala administrasinya di rumah sakit."

Ayah Kyra menyerngitkan keningnya. "Kamu? Apakah pihak rumah sakit menyetujuinya begitu saja? Kondisinya cukup parah, bahkan sampai beredar bahwa ia meninggal tetapi.. pihak rumah sakit menyetujui anak SMA untuk menjadi walinya alih-alih bersikeras menunggu orang tua atau keluarga terdekat Daren?"

Time Travel Between Us ✓Where stories live. Discover now