27. Time Travel Between Us

4.8K 480 4
                                    

Daren tertawa terbahak mendapati balasan Kyra yang penuh makian. Tidak menyerah ia kembali menelfon Kyra. Cewek itu menatapnya tajam diujung sana, seolah sangat terganggu.

"RA! TURUN BENTAR, GAK LAMA!"

Kyra terdiam sesaat, menutup telinganya dengan kedua tangan. Telinganya seketika budeg, Daren terus berteriak tanpa tahu malu, apakah tenggorokannya tidak sakit?

Takut orangtuanya mendengar teriakan dia dan Daren, dengan perasaan keki Kyra mengangkat panggilan telfon tersebut.

"Tunggu gue di bawah." singkat Kyra tanpa basa-basi.

Sambungan terputus begitu setelah Kyra menyuruh cowok yang kepalanya masih dalam keadaan di perban tersebut untuk segera menunggunya di bawah. Bukan tanpa alasan Kyra menyetujui ajakan Daren, ia tahu ini adalah salah satu strategi Daren. Dia hanya ingin mengikuti arus permainan, mengamati bagaimana trik pendekatan Daren, membaca pergerakan Daren dan apa saja yang harus ia lakukan kedepannya agar tidak terkecoh dalam perangkap tersebut.

Selain itu, ia tidak tahu apakah besok ia akan mengalami time travel atau tidak. Informasi yang ia kumpulkan masih acak, dan tidak berurutan. Mungkin malam ini ia bisa mendapatkan sedikit informasi dari Daren di tahun 2022, dan ia mungkin akan mencocokkan informasi tersebut dengan Daren di tahun 2040.

Daren di tahun 2040 sepertinya mudah diajak kerjasama, apalagi status mereka sebagai suami-istri dapat memperkuat posisi Kyra untuk mengakses informasi.. hanya.. Daren di tahun itu terlihat menyembunyikan rapat apa yang terjadi di akhir tahun SMA-nya.

Untuk sekarang Kyra akan mengorek informasi dasar.

Daren berhenti bersuara seusai Kyra menyetujui ajakannya. Sesungguhnya tidak terlintas dalam otak Daren untuk mengajak Kyra nongkrong di kafe depan kompleks. Ide ini datang begitu saja, tanpa aba-aba. Yang lebih mengejutkan lagi, Kyra menyetujui ajakan itu. Daren merasa ada yang janggal, seorang Kyra tidak semudah itu bisa diajak keluar.

Sebelum turun Daren menyambar hoodie hitam di gantungan baju dan memakainya. Malam ini suhu di kota Jakarta khususnya area kelapa gading sangat dingin, mungkin karena musim hujan akan tiba. Daren tidak menyukai musim dingin, ia lebih memilih menggunakan kipas angin dalam kamarnya di bandingkan AC.

Hoodie hitam, celana jeans selutut, dan sendal, terlihat pas membalut tubuh Daren. Cowok remaja itu merapikan sedikit rambutnya menggunakan tangan. Setelah memastikan penampilannya sudah cukup rapi, ia turun ke lantai bawah sembari bersiul kecil.

Bik Ijah yang barus selesai menyiapkan makan malam, menyerngit bingung melihat tingkah tuan mudanya.

"Mau kemana Den? Makanan sudah siap!" sapa Bik Ijah.

Daren mendekati meja makan dan mencomot cumi goreng tepung yang ada. "Bik makan duluan, sekalian ajak pak Surya. Gue masih mau ke kafe depan, pintu gerbang jangan di kunci."

"Kafe depan? Tumben den. Sama siapa?" tanya bik Ijah penasaran. Jarang sekali tuan mudanya menyempatkan diri
nongkrong di dekat-dekat kompleks, biasanya Daren lebih memilih melajukan motornya ke kompleks lain untuk membuat kekacauan dengan balapan liar atau mabuk-mabukan tidak jelas.

"Anak sebelah. Bik jangan kasitahu ayah, ntar malah jadi perkara." Peringat Daren.

Bik Ijah tidak dapat menyembunyikan raut terkejutnya. "Anak sebelah? Non Kyra?"

Daren mengangguk seraya mengecek handphonenya.

Bik Ijah menutup mulutnya pelan. Matanya tak berkedip. Benarkah yang didepannya adalah tuan muda Daren yang bahkan sekedar menegur tetangga depan saja tidak mau. Sekaligus jangan lupakan seminggu lalu tetangga depan datang melabrak Daren dan menampar majikan kecilnya ini, mengapa tiba-tiba anak gadis mereka mendekati Daren?

Time Travel Between Us ✓Where stories live. Discover now