18. Time Travel Between Us

5.3K 518 5
                                    

Tidak terasa Kyra sudah cukup lama berada di UKS, bel pertanda jam mata pelajaran berakhir berbunyi nyaring, melenting ke seluruh penjuru sekolah. Ibu Yahya selaku kepala perawat UKS sudah datang memeriksanya dan memberikan ia beberapa vitamin penambah darah. Padahal...bukan itu yang Kyra butuhkan. Ia sering pingsan tanpa sebab bukan karena sakit kepala, kurang makan, kurang darah, kurang tidur atau hal lainnya. Ia hanya dalam proses menuju tahun 2040.

"Ra, pulang yuk! Ini tas lo, tadi waktu pelajaran Bahasa Inggris, ibu Merry nanyain lo, gue bilang aja lo lagi sakit jadi beliau mengisi 'sakit' dalam absen lo hari ini. Padahal kalau lo bisa jalan sebentar dan nampakin diri lo depan dia, setelah itu baru izin sakit, pasti beliau isi hadir." cerocos Vila sembari meletakkan tas bewarna soft blue disamping brankar Kyra.

"Meskipun gue gak hadir dan absen gue ada bolongnya karena sakit, itu gak akan mempengaruhi nilai gue. Gue tetap Kyra, si murid berprestasi." sombong Kyra seraya beranjak turun dari brankarnya.

Vila hanya mencibir. Tingkat percaya diri Kyra berada diatas rata-rata.

"Iya-iya si paling berprestasi!"

Kyra tidak peduli, ia melangkahkan kakinya keluar dari ruang UKS, sakit di kepalanya masih terasa namun ia paksakan dirinya untuk berjalan keluar.

Begitu ia tiba di parkiran, ia langsung mendengus kasar.

Pasalnya, saat itu di parkiran Daren dan gengnya sedang berkumpul dan memanaskan motor mereka masing-masing.. raungan suara motor mereka semakin membuat Kyra pening.

"Ini hari lo pulang bareng Alex atau sopir lo jemput?" tanya Vila.

Kyra menengok sebentar ke seluruh area parkiran. "Gue bareng Alex, sopir gue hari ini ngantarin ibu gue ke kampus." jelas Kyra. Ia menarik tangan Vila dan menunggu di emperan kelas.

Jemarinya sibuk mengetik pesan untuk Alex. Saat cowok itu mengunjunginya di UKS, ia menawarkan diri untuk mengantar Kyra pulang, tetapi sampai sekarang batang hidung Alex belum terlihat.

Kyra tidak ingin menunggu di parkiran apalagi ada Daren dan antek-anteknya disana.

"Ra! Sorry but jemputan gue udah datang, noh lihat! Gue duluan ya, soalnya gue ada les sebentar!" pamit Vila sambil melambaikan tangannya dan menjauh dari Kyra yang terpaku.

Kyra  tidak tahu harus merespon seperti apa, saking sibuk mengirim pesan pada Alex, ia sampai tidak memperhatikan mobil milik ayah sahabatnya itu telah terparkir indah di gerbang sekolah.

Sejujurnya ia ingin menahan Vila agar lebih lama bersama dia, namun apa daya cewek tersebut telah terlebih dahulu berlari menghampiri ayahnya.

Sekarang tersisa ia seorang diri.

Kyra menghempaskan rambutnya ke belakang, tangannya yang satu mengipasi tubuhnya.

Batinnya terus beriak agar Alex segera datang. Bayangan bagaimana Daren menggendong dan menjatuhkannya dengan tak etis di depan murid-murid yang ada, membuat Kyra tak dapat berdiri tegak. Ketika ia bergeser sedikit, beberapa murid yang lewat akan melihatnya dan tertawa kecil, seolah mengejeknya.

Kyra merasa tak nyaman.

Daren yang sudah bersiap hendak pergi ke rumah Bob untuk meminta rekaman lainnya terkait kecelakaan yang ia alami, melirik sekilas ke spion motor. Maniknya menangkap Kyra yang sedang duduk di emperan, cewek tersebut nampak celingak-celinguk mencari seseorang.

Seringai tipis terbentuk di bibir Daren. Ia tak sabar menunggu drama yang sedikit lagi akan tayang secara life.

Benar saja selang beberapa detik, Alex muncul dengan Aurel disampingnya, kaki Aurel terlihat kesakitan, Alex membantu memapah Aurel.

Tentu saja ini adalah skenario dia, jika dia tidak mampu melukai Kyra secara fisik, secara mental juga boleh. Ia hanya ingin Kyra paham bahwa ketik dia berbicara dengan orang dan mengatai orang, itu menghancurkan mental orang, fisiknya baik-baik saja tapi hatinya tidak. Meski dia terkenal ugal-ugalan, berantakan atau apa lah, tapi ia tetap anak orangtuanya, apa hak Kyra mengatainya?

Kyra yang menunggu hampir sepuluh menit tercengang saat Alex datang bersama Aurel. Ia pikir Daren akan menghentikan rencana bodohnya, ternyata tidak.

Ok... Kyra, ia sendiri orang yang ambisius, supportif, gak mau kalah, dan selalu ingin menjadi yang terbaik. Ia tidak akan hancur hanya karena urusan perasaan. Ia memang menyukai Alex tapi tidak sedalam yang orang-orang kira.

Kyra berusaha tenang, ia tersenyum dan mendekati Alex serta Aurel.

"Rek, kaki lo kenapa?"

Aurel tersenyum paksa. "Itu..tadi keseleo waktu latihan cheers." Saat mengatakan itu, mata Aurel mencuri pandang pada Daren yang bersama dengan kakaknya di parkiran.

Sayangnya hal itu tidak luput dari iris Kyra.

"Oh gitu... Apa gue perlu manggil kakak lo atau...Daren? Ya, buat bantuin lo. Lagian, Alex rumahnya beda arah sama lo." saran Kyra.

Aurel bersemu.. hanya sedetik kemudian ia menyembunyikan ekspresi saltingnya ketika nama Daren disebut.

Kyra memicingkan matanya. "Lihat, Daren udah siap tuh mau jalan. Kakak lo juga, tapi tas kakak lo lumaya gede, mana bisa lo nebeng. Mau gue panggilin Daren?" Ujar Kyra semakin memojokkan Aurel, membuat cewek yang satu tingkat berada di bawahnya itu dilema.

Aurel dalam diam menatap Kyra dalam. Padahal tadi kakaknya yakni Bian sudah menelfon dan memberitahu dia untuk stay caper sama Alex, ngejar Alex, dan buat hubungan dia dan Kyra renggang.

Ternyata...Kyra bukan lawan yang sepadan. Apalagi Kyra merupakan anggota OSIS yang berada diatasnya. Bisa dikatakan senior yang tak tertandingi, program kerjanya bahkan masih menjadi patokan untuk ketua OSIS selanjutnya.

Sesungguhnya Aurel tidak ingin mendekati Alex dan mencari masalah dengan Kyra, tapi..apa boleh buat itu perintah Daren, cowok yang ia kagumi dalam diam. Setiap kali ia mampir bersama kakaknya, Aurel memperhatikannya. Daren kerap tersenyum dan humble, meskipun kadang ia menyeramkan ketika berkelahi atau balapan.

Mendapati adik kelasnya tidak menjawab, Kyra berinsiatif beranjak mendekat kepada Daren. Ia sudah curiga saat Daren tak kunjung pergi. Mereka telah memanaskan motor mereka berulang kali, tapi mengapa mereka tidak segera beranjak sedetikpun?

Baru saja Kyra melangkah kecil, tiba-tiba bunyi dentuman besar terdengar.

Kyra membatu.. irisnya terbelalak... Di depan matanya batu-batu berterbangan di udara

Tempat parkir sekolah yang awalnya tenang kini ricuh

Entah siapa yang memulai, murid-murid dari SMA lain datang dan menyerbu sekolah mereka.

Daren yang semula memperhatikan Kyra, langsung menoleh, bersama anggota geng 'Adrenalin' lainnnya. Mereka saling melempar pandang dan memberi kode. Pintu gerbang segera ditutup oleh satpam.

Suasana semakin riuh, murid-murid berhamburan masuk kedalam kelas terdekat untuk melindungi diri.

"WOY! LO NGAPAIN BENGONG!" teriak Daren, ia sudah mengamankan motornya. Ditangannya ada sebuah kayu yang tidak tahu ia dapat darimana.

Kyra mengerjapkan matanya, tepat bersamaan dengan itu sebuah batu melayang kearahnya... Bagaikan Deja Vu, Kyra tak sempat menghindar...

BUGH

....

Time Travel Between Us ✓Where stories live. Discover now