57. Time Travel Between Us

3.3K 255 9
                                    

Pada akhirnya bahu ramping itu dipeluk oleh seseorang yang ingin Kyra hindari.

Seseorang yang Kyra coba singkirkan dari hidupnya.

Kyra dalam hatinya mulai ragu.. apakah masa depan bisa dapat dirubah? Sedangkan kejadian di tahun 2022 saja seolah terus mendekatkannya dengan Daren, seberapa keras ia mencoba untuk menjauh dan mengubah takdir, ia tak bisa.

"Udah nangisnya?" bisik Daren.

Kyra mengangguk lemah.

Daren perlahan melepaskan pelukannya dan menatap Kyra sesaat sebelum menghela nafas panjang.

"Ayo masuk ke rumah gue, keringin badan dulu."

Daren merangkul bahu ringkih Kyra dan menuntun cewek tersebut masuk kedalam rumahnya.

"BIK IJAH!" teriak Daren memanggil pembantu rumah tangganya.

Kyra tidak berani berucap sepatah katapun, sesekali ia menyeka air matanya yang bercampur dengan guyuran hujan.

"Iya den, ada ap- Oh non Kyra?" kejut bik Ijah kala dengan terburu-buru menghampiri tuan mudanya di teras rumah.

"Tolong buka pintu belakang, kita bakal lewat sana. Oh ya sama tolong pesan beberapa set lengkap baju setelan buat cewek di online shop, cari yang bisa antar sekarang." titah Daren.

Bik Ijah mengangguk patuh, dengan seksama ia melihat penampilan nona muda tetangga depan yang sangat berantakan.

Ia tidak mengerti mengapa tuan mudanya yang notabene sangat membenci tetangga depan bisa bersama dengan gadis tersebut.

Meskipun kemarin waktu orangtua Kyra mengunjungi Daren di rumah sakit bersamanya, bukan berarti kedua keluarga itu berhenti bermusuhan, dan orangtua Kyra juga sepertinya masih membuat batas.

Tetapi.. jika sudah seperti ini pasti ada sesuatu yang tidak beres. Apalagi saat Daren di rumah sakit kemarin, ia berulangkali menggumamkan nama Kyra dalam tidurnya, dan memanggil cewek tersebut sayang. Sebelum itu, tuan mudanya itu juga pernah keluar jalan berdua bersama Kyra.

Bik Ijah selaku orang yang menjaga Daren selama ini mau tidak mau mencurigai hubungan Daren dan Kyra. Hanya ia tidak berani menanyakan hal tersebut karena itu merupakan ranah privasi Daren. Bik Ijah tidak masalah Daren berpacaran dengan siapapun, sebab selama ini ia sudah melihat kurang lebih belasan perempuan yang dekat dengan Daren dan sering Daren bawa untuk sekedar nongkrong di teras rumah. Tetapi.. kali ini berbeda, yang Daren bawa sekarang adalah anak tetangga sebelah, bagaimana jika tuan dan nyonya mengecek cctv dan melihat hal ini?

Tuan muda pasti akan dimarahi habis-habisan.

"Baik Den, ini mau bik buatin makanan apa? Atau non Kyra mau makan sesuatu?" tanya bik Ijah, berusaha untuk tetap ramah meskipun dalam hatinya ia keberatan dengan kehadiran Kyra.

Kyra menggeleng kecil. Sorot matanya redup, pipinya yang merah dengan bibir yang terluka membuat ia tidak leluasa berbicara. Saat ini ia hanya ingin berbaring dan menangis.

"Buat aja makanan kek biasanya, oh ya.. sekalian kamar gue udah di rapiin?"

"Udah dari pagi kamar Den Daren bik rapiin."

"Ok, kalau bajunya datang taruh saja di kamar itu. Sekalian bawain handuk gue sama handuk baru, dengan peralatan mandi ke kamar mandi belakang."

"Siap den."

Kyra tidak banyak berkomentar, ia hanya diam menyimak pembicaraan yang ada.

"Ayo.. kita lewat belakang, soalnya baju kita basah semua, kalau lewat depan nanti bik Ijah kesusahan ngepelnya." jelas Daren.

Time Travel Between Us ✓Where stories live. Discover now