35. Time Travel Between Us

4.6K 443 6
                                    

Kyra masih dengan posisi yang sama. Ia frustasi... Tidak ada satupun yang masuk di otaknya... Ini terlalu fantasi untuk dia yang selalu berpikir menggunakan logika.

Kyra sudah berusaha semaksimal mungkin untuk beradaptasi dan mempercayai apa yang ia alami, tetapi hatinya tidak bisa bohong.

Time travel? Bodoh...

Apalagi menurut informasi yang ia kumpulkan, di masa depan ia menjadi seorang dokter... Menikahi Daren dan memiliki anak bernama Sky.  Sungguh diluar nalar.

Kyra tersenyum getir, sekali lagi ia membenci skenario tersebut.

Daren, diujung jalan seolah tersadar kala melihat Kyra yang tiba-tiba jatuh tak berdaya di lantai balkonnya..

Sial, mengapa ia meneriaki Kyra? Seharusnya ia lebih mengontrol mulut dan emosinya di pagi hari. Alih-alih jatuh cinta, Kyra pasti akan lebih membencinya.

Daren ikut merunduk, menjambak rambutnya.. mimpi yang ia alami terus membayanginya, mimpi yang bagi Daren sangat menyeramkan dan tak pernah ia harapkan.

Siapa yang akan senang ketika terus memimpikan sebuah kecelakaan dan tangisan nyaring seorang balita?

Ah masa bodoh. Daren berusaha berpikir jernih dan kembali melangkah masuk ke dalam kamarnya.

Hari ini ia memiliki janji dengan geng Adrenalin untuk memantau lokasi balapan racing yang akan dilaksanakan bulan depan. Tenang saja, kali ini bukan balapan liar, tetapi balapan resmi yang di sahkan oleh Pemda setempat. Bahkan ada beberapa merk minuman serta pakaian yang menjadi sponsor dalam balapan kali ini.

Daren mengerang tertahan, ia ingin sekali mengikuti balapan tersebut tetapi apa daya ia tidak memenuhi persyaratan. Kepalanya yang terbentur batu karena melindungi Kyra masih samar-samar sakit, belum lagi statusnya sebagai pelajar, dan beberapa faktor lainnya yang membuat ia tidak bisa ikut berpartisipasi meskipun ia memiliki SIM.

"Virgo, beritahu yang lain, kumpul di tempat biasa." Pesan Daren kepada Virgo melalui voice note.

Setelah itu ia bangkit dan menuju ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya sesaat.

Begitu air shower yang hangat membasahi punggungnya, Daren mengatupkan kedua matanya.

Mimpi itu... Sebenarnya apakah sebuah pertanda atau peringatan untuknya jangan mendekati Kyra?

Jika diperhatikan lebih jauh, dalam mimpi tersebut Kyra bersama seorang balita, yang entah mengapa perpaduan wajahnya cukup familiar.

Apakah itu anak Kyra? Jika ya, apakah mimpi itu pertanda bahwa rencananya untuk menghancurkan Kyra dengan cara menjebaknya akan berhasil? Apakah anak dalam mimpinya adalah malaikat pelindung Kyra? Sungguh tidak mungkin.

"Sial... Apa yang gue pikirkan." Batin Daren bergidik ngeri. Secepat kilat ia menyelesaikan acara mandinya, berganti pakaian dan langsung turun ke lantai bawah.

Ia tidak ingin memikirkan mimpi tersebut, namun bukan berarti ia akan mengabaikan mimpi itu. Ia akan mencari tahu apa arti mimpi itu.. dalam kamus Daren, tidak ada yang kebetulan dalam dunia ini. Setiap mimpi memiliki artinya sendiri, apalagi jika mimpi tersebut terus berulang.

Berbeda dengan Daren, Kyra masih dalam posisi yang sama, terjerembab di atas lantai, menatap hampa kamar Daren yang gorden kamarnya telah kembali ditutup.

Entah.. mengapa cuma dia yang mengalami semua ini? Mengapa Daren tidak?

Ini tidak adil.

"Brum... Brum..."

Suara raungan motor yang memekakkan tak lama terdengar, mengalihkan Kyra dari lamunannya.

Sedikit memegang tembok pembatas balkon, Kyra perlahan bangun dan melihat Daren yang tengah memanaskan mesin motornya. Padahal ini hari libur, suara motor itu sangat menganggu ketenangan penghuni kompleks. Ibunya kerap menegur Daren akibat suara motornya yang sangat berisik.

"WOYY ANJJ, LO YANG BERISIK PAGI - PAGI, BANGSAT!" Seru Kyra, ia tidak terima orang seperti Daren meneriakinya untuk diam tetapi dia sendiri membuat keributan yang jauh lebih parah. Tadi pagi ia hanya berteriak meluapkan frustasinya, Daren tiba-tiba muncul dan mengumpatnya untuk diam.

Kini..lihatlah, leliki itu bahkan menikmati suara raungan motornya yang bagaikan mesin cuci rusak.

Merasa seseorang meneriakinya, Daren mendongak. Menatap Kyra yang balas menatapnya penuh kebencian dari atas balkon.

Cewek itu bahkan memberikan hari tengah.

Daren hanya tertawa kecil, jika tidak mengingat rencananya, ia mungkin akan balas mengatai cewek tersebut.

Waktu setempat telah menunjukkan pukul sepuluh pagi, semua orang pasti sudah bangun, ia tidak menganggu siapapun. Berbanding terbalik dengan Kyra yang berteriak di kala matahari baru menyapa bumi.

Lagian.. tetangganya tidak ada yang pernah protes dengan suara motornya, hanya Kyra dan keluarganya saja yang selalu protes. Tck...

Daren tak menggubris Kyra. Ia mengambil jaket kulit bewarna hitam bertuliskan Adrenalin dengan gambar naga di belakang jaket dari tangan bik Ijah.

Bik Ijah menatap Daren khawatir, pascanya tuan mudanya itu belum sembuh total. Dokter memerintahkannya untuk beristirahat tetapi ia malah keluyuran.

Terhitung dari hari ketika ia keluar dari rumah sakit, malamnya Daren malah mengajak nongkrong nona muda di depan rumah mereka, besoknya ia memaksakan diri untuk pergi ke sekolah, dan di hari libur ini, Daren pun hendak keluar. Berita mengenai kecelakaannya saja, nyonya dan tuan besar tidak tahu. Jika sampai mereka tahu, bik Ijah tidak tahu lagi harus berkata apa. Ia hanya berharap Daren lebih berhati-hati.

"Den, serius ini kalau nyonya besar tahu, bisa di pecat saya. Mana perban di kepala den belum bisa di lepas."

"Udah.. santai aja bik. Kalau ada apa-apa, biar Daren yang tanggung jawab. Lagian, gak bakal ketahuan kalau bik Ijah tutup mulut."

"Ya.. bik Ijah sih tidak apa-apa tapi tetangga sebelah noh, takutnya mereka malah aduin lagi kelakuan den sama bokapnya den, eh malah jadi pertengkaran nantinya."

Daren melirik sekilas rumah Kyra. Tetangganya itu terlalu banyak ikut campur dan sensitif, padahal Daren hanya sedikit menganggu Kyra. Sedangkan Kyra, cewek itu membuat kepalanya geger dan sekarang ia malah berteriak seolah tidak terjadi apa-apa. Jika bukan karena rencana tersebut, Daren pasti sudah menuntut Kyra.

Baru saja Daren berniat beranjak pergi, tiba-tiba dari arah berlawanan, sosok yang Daren kenal muncul.

"Alex?" gumam Daren sembari menyeringai.

'Apanya yang tidak ada hubungan, pasti mereka memiliki hubungan gelap. Jika tidak, mengapa Alex bisa berani datang ke rumah Kyra, ditambah lagi orangtua Kyra termasuk stric parent.' pikir Daren.

Ia sontak mengurungkan niatnya dan memilih untuk menyaksikan drama percintaan Kyra.

Daren mengedarkan pandangannya kepada Kyra diatas balkon sembari menarik turunkan alisnya, menggoda cewek tersebut.

Kyra yang melihat kedatangan Alex langsung kelabakan. Tak ia hiraukan lagi Daren, langkah kakinya bergerak kesana-kemari memilih asal pakaian keluarnya, dan sedikit merapikan rambut sebelum turun ke bawah menghampiri Alex.

Alex yang berhadapan dengan Daren secara otomatis menampilkan wajah tak sukanya, masih dia ingat kejadian saat tawuran di sekolah, dimana gengnya membuat dia pingsan.

Tapi tak apa.. itu sepadan dengan perban yang melingkar di kepala Daren.

"Ma, Kyra keluar bentar sama Alex, dia dah tunggu di depan." seru Kyra meminta izin.

Hana mengangguk mengerti. "Kalau keluar sama Alex gak apa-apa, mama izinin. Tapi, jangan lama-lama."

"Siap boss! Kyra jalan ya..."

'Selagi itu bukan Daren, maka semuanya diizinkan...'

...

Time Travel Between Us ✓Where stories live. Discover now