44. Time Travel Between Us

3.6K 325 6
                                    

"Ren... Boleh gue jujur, perasaan gue seperti sang putri untuk pangeran jahat, gue tidak pernah mencintai lo, baik dulu maupun sekarang."

Daren menoleh begitu Kyra mengatakan hal tersebut secara tiba-tiba. Bibirnya menyunggingkan senyuman mengejek, khas Daren pada masa mudanya.

"Sayang... Jangan membuatku tertawa. Apanya yang tidak pernah mencintai? Kamu bahkan rela berdebat dengan ibumu hanya untuk bersamaku.. rela... tutup mulut dan menanggung semuanya sendiri. Bahkan ketika kamu tahu bahwa aku akan menyakitimu, kamu masih berada disana, di tempat yang sama, menatapku dengan cinta. Meskipun sedikit licik, tapi kamu selalu ada ketika aku mengalami sesuatu yang tak menyenangkan. Mungkin kamu tidak sadar bahwa tanpa persetujuan, tanpa aba-aba dan tanpa ancang-ancang, hatimu jatuh kepadaku, sangat dalam sampai aku berbuat semena-menanya kepadamu."

Daren menatap Kyra dalam waktu yang lama, senyuman itu hilang digantikan wajah bersalah yang teramat.

Sedangkan Kyra.. ia ketakutan... Hatinya tidak mungkin semudah itu jatuh cinta kepada Daren apalagi setelah ia tahu semua rencana busuk Daren.

Bagaimana bisa ia merelakan dirinya kepada Daren? Jika semudah itu, ia pasti sudah tertarik kepada Daren dan mencoba mendekati Daren dari bangku SMP, waktu dimana ia mulai beranjak remaja, mengetahui apa itu jatuh cinta dan ketertarikan terhadap lawan jenis, nyatanya tidak. Dibandingkan jatuh cinta, rasa bencinya kepada Daren justru semakin hari semakin bertambah dan   memupuk.

Kyra ikut bangkit dan mengusap wajahnya, frustasi. ia duduk diatas ranjang rumah sakit dengan wajah yang mengerut. Ia seratus persen yakin ia tidak menyukai Daren, barang sedetikpun. Perakara keluarga mereka yang tak akur juga menjadi nilai plus untuknya semakin ingin menjauhi Daren. Lagian saat itu, ia menyukai Alex dan hanya Alex.

"Ren..."

"Jangan katakan apa-apa lagi. Sky masih ada disini, telinganya cukup sensitif, jangan biarkan dia mendengarkan apa yang kita bicarakan." beritahu Daren lembut, ia tersenyum hangat dan membelai rambut Kyra.

"Aku tahu, sebanyak apapun yang aku jelaskan tentang kita dan cinta kita.. kamu pasti gak bakal percaya. Ingatanmu terpaku di tahun 2022, terpaku pada perasaan benci mu. Entah mengapa... aku mulai membenci tahun tersebut, membenci diriku sendiri dan apa yang ku lakukan. Tetapi.. apa gunanya membenci tahun itu? Jika pada akhirnya tahun itu adalah saksi bisu.. awal mula hubungan kita."

Kyra terpana..

Daren menempelkan keningnya pada kening Kyra. Ia tersenyum kecut, ada kegetiran, kekhawatiran dan kekecewaan di dalam sorot matanya. Kyra tidak mendorong atau mencoba untuk mengelak. Cewek tersebut masih terdiam, hanyut dalam tatapan Daren.

Tatapan Daren seolah berbicara kepada Kyra untuk tetap berada di sisi cowok tersebut apapun kondisinya.

"Selama ini sudah ribuan hari yang kita lewati bersama, perasaan kita pernah saling membenci, menyakiti, memaki, mengatai.. dan mengumpati satu sama lain. Tetapi.. perasaan kita juga pernah belajar untuk memaafkan, berdamai, berteman, memahami satu sama lain, mencintai, dan merelakan..."

Cup

Bibir Daren bergerak mengecup bibir tipis Kyra. Jujur, ia takut Kyra akan pergi meninggalkannya. Cukup sekali ia mengalami hal itu dan menjadi tamparan berat untuknya, tidak untuk kedua kalinya.

Kembali ke Indonesia saja ia harus mengumpulkan banyak keberanian dan sekuat tenaga menahan serta memohon kepada Kyra untuk berada disampingnya selalu.

Kyra melenguh sedikit, mengapa dengan bodohnya tubuhnya menerima sentuhan Daren?

Sekarang pilihan ada di tangannya, apakah dia akan membiarkan dirinya dengan mudah jatuh cinta kepada Daren atau menjauh dari Daren.

"Setelah dari sini, ayo ke kuburannya Gaia." celetuk Daren. Nafasnya terasa berat saat melatunkan nama Gaia.

Pikiran Kyra seketika buyar.

"Gaia?"

"Ya, anak pertama kita. Kamu mungkin melupakannya..."

...

23 September 2022

Pukul 17.58 WIB

...

Kyra menghela nafasnya saat matanya terbuka dan mendapati sinar matahari yang menyeruak masuk telah berubah menjadi warna orange kemerahan.

Ia melirik arlojinya sebentar, badannya pegal. Entah sudah berapa lama ia tertidur.

Gaia... Balita itu.. anaknya! Tebakannya benar, tapi... ada yang aneh. Kelahiran Gaia jika diperkirakan, ia lahir di akhir tahun SMA-nya.

Wallpaper handphonenya menampilkan 45 panggilan tak terjawab dari sang ibu. Orangtua mana yang tidak khawatir ketika anak perempuan satu-satunya izin keluar bersama cowok dan sampai sore hari tak kunjung kembali.

Kyra mengerti kekhawatiran orangtuanya.

Segera Kyra bangun dan berjalan mendekati ruang ICU, masih hanya ada dia seorang diri yang menunggu di depan ruangan tersebut.

Entah bagaimana keadaan Daren didalam sana. Hal-hal yang terjadi di tahun 2040 mempengaruhi suasana hati Kyra..

Yang pasti, ia yakin Daren akan baik-baik saja.

....

"KYRA! KAMU DARI MANA?!" sentak Hana saat siluet Kyra memasuki halaman rumah.

"Keluar dengan teman ma.." jawab Kyra lesu, tenaganya terkuras akibat time travel yang ia alami.

"Keluar dengan teman? TEMAN YANG MANA HAH? Mama sudah percayakan kamu keluar bersama Alex, kamu malah mengecewakan mama. Siang tadi Alex kesini dan mencari dirimu, katanya kamu meninggalkan dia di bioskop, ia khawatir dan berpikir ada sesuatu yang terjadi denganmu. Katanya kamu tiba-tiba pergi saat membaca pesan bahwa anak tetangga depan rumah, meninggal dunia? Kyra! Bahkan jika dia meninggal dunia, itu tidak ada kaitannya dengan mu." hardik Hana, seharian ini ia menghubungi anak semata wayangnya itu dengan perasaan cemas dan khawatir tapi Kyra sama sekali tak menggubris panggilannya. Kyra tidak pernah seperti ini, mengabaikan panggilannya.

"Kyra lelah. Lagian.. anak tetangga depan tidak meninggal dunia, dia baik-baik saja."

"Kyra! Apa kamu mengerti apa yang mama maksud? Mama tidak ingin kamu berhubungan dengan anak sebelah, bahkan walau sekedar mengkhawatirkannya!"

Kyra mengusap kupingnya kasar.. telinganya panas.. ia lelah, ia tidak mengharapkan kembali ke rumah dan mendengar ocehan Hana.

Ia tahu ia salah, tetapi ini masi di pekarangan rumah, suara ibunya yang tengah memarahinya menggelegar, ia malu... Ditambah lagi pembantunya Daren berdiri di depan rumah Daren sembari menyapu daun, pembantu itu pasti mendengar apa yang mereka bicarakan.

"MA! KYRA GAK NGAPA-NGAPAIN HARI INI, GAK ADA KAITANNYA DENGAN ANAK TETANGGA SEBELAH! LAGIAN.. TADI KYRA KETIDURAN DI LUAR SANA, KYRA BUKAN SENGAJA GAK JAWAB TELEFON MAMA!"

"Kamu neriakin mama? Kyra!"

Kyra menggigit bibirnya kerasa. Ia teringat perkataan Daren di tahun 2040 bahwa ia dan ibunya akan berdebat hanya karena Daren.

Sekarang lihatlah? Itu benar.

"Terserah mama, Kyra izin nginap di rumah Vila."

Kyra menyeret tubuhnya yang letih lesu keluar dari kompleks perumahannya.

Ia tidak tahu mengapa ia menjadi jauh lebih sensitif dari biasanya. Ia takut..

Takut bahwa akhir tahun SMA-Nya akan sama dengan yang ia duga.

...

....

Time Travel Between Us ✓Where stories live. Discover now