23. Time Travel Between Us

5.1K 488 5
                                    

Hana mendadak tak bisa menyangkal perkataan remaja 17 tahun di depannya. Ya.. tidak dapat ia pungkiri bahwa tetangganya sekaligus saingannya dalam dunia bisnis itu memiliki andil yang cukup besar bagi sekolah ini.

Tetapi.. hal itu tidak bisa menjadi alasan bagi sekolah untuk mentoleransi kenakalan yang dilakukan oleh anak mereka, sangat tidak adil. Mereka sama-sama anggota komite sekolah, sama-sama mengeluarkan uang yang cukup fantastik untuk mendukung sarana prasarana sekolah, tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang. Mengapa Daren harus mendapat pengecualian? Itu adalah masalahnya karena tidak dapat menjaga atitude dan nama baik orangtuanya, jika sudah begini, siapa yang mau disalahkan.

Pak Hendra memikirkan kembali perkataan siswanya, namun... sebagai kepala sekolah dan sekaligus orang yang mendapatkan kepercayaan penuh dari orangtua para siswa untuk mengelola sekolah ini, ia tidak bisa memutuskan hal ini dengan gegabah. Ia harus bersikap bijak dan tidak berat sebelah. Jika ia mengingat kembali hari-hari kemarin, saat Daren pertama kali menginjakkan kakinya di sekolah ini sudah banyak kasus yang ia buat dan namanya sering menjadi langganan guru BK. Surat peringatan, surat panggilan orang tua, surat skors, sudah mereka layangkan pada Daren berulang kali, berharap ia jengah dan tunduk serta taat pada peraturan sekolah.. Namun apa daya, Daren terus mengulangi kejadian yang sama. Sejauh ini pihak sekolah masih mempertahankan Daren karena orangtuanya. Jika tidak, Daren sudah lama di depak dari sekolah.

Melihat remaja itu kini berbaring dengan darah segar yang masih merembes dari belakang kepalanya, menyadarkan pak Hendra.

Sekarang bukan saatnya mereka berdebat tentang mengeluarkan Daren atau tidak dari sekolah, keselamatan ia adalah yang utama.

"Mohon maaf, kita akan membicarakan saat rapat komite, untuk mengeluarkan anak didik di sekolah kami memiliki beberapa proses yang harus dilalui, yakni persetujuan para guru, persetujuan orang tua murid yang merasa dirugikan, dan terakhir persetujuan para murid yang ada. Jika ada salah satu ada yang keberatan maka kami tidak bisa mengeluarkan siswa kami begitu saja. Mereka masih tanggungjawab kami. Sekarang, mohon permisi Bu, tanpa mengurangi rasa hormat saya, silahkan ibu pergi karena saya harus mengurus anak didik saya yang mengalami pendarahan."

Virgo tersenyum menang. Ia sudah menduga, kepala sekolah mereka bukan seseorang yang bisa dikendalikan dan di hasut begitu mudah, banyak aspek yang harus beliau pertimbangkan jika mengeluarkan salah satu murid di tahun terakhir masa SMA-nya.

Berbeda dengan Virgo, muka Kyra seketika cemberut. Rencananya untuk menjauhkan Daren dari pandangannya gagal, hanya tinggal angan-angan.

Kyra yang sedari tadi menyembunyikan tangannya di belakang rok-nya, hanya bisa menghela nafas berat.

Darah Daren sudah mengering di ruas-ruas jemarinya, handphonenya juga yang ia gunakan beberapa menit lalu untuk mengetik pesan singkat kepada ibunya ikut ternoda, nampak jelas darah Daren terserak pada casing putih tersebut. Kyra tak nyaman.

Ditambah lagi perkataan pak Hendra seolah memupus harapannya untuk mengubah masa depannya, bagaimanapun ia akan terus bertemu Daren di tahun terakhir SMA-nya, dan itu tidak bisa terhindarkan.

Selagi pak Hendra, antek-antek Daren dan Aurel bersama-sama mengangkat Daren keluar dari kelas, Kyra dan ibunya hanya diam tak bersuara. Mereka kehilangan alasan untuk menempatkan Daren sebagai siswa terburuk dan pantas untuk dikeluarkan di mata kepala sekolah.

Sesungguhnya Hana malu atas perkataannya, sebagai sesama orang-orang yang bekerja di dunia pendidikan, seharusnya kata-kata itu tidak boleh dilontarkan olehnya. Baik dan tidak, berprestasi atau bodoh, semua anak layak mendapatkan pendidikan dan perlakuan yang sepadan, bimbingan dan bianaan. Hanya ia terlalu gelap mata jika menyangkut Kyra, putri semata wayangnya. Berada di dekat Daren bukan hal yang baik. Ada saja hal-hal yang dilakukan cowok tersebut hingga membuat Kyra  terluka, mulai dari taman kanak-kanak hingga kini mereka memasuki masa remaja. Oleh karena itu Hana tidak bisa berfikir positif jika Kyra terluka dan ada Daren di sekitarnya, kesan anak tetangga itu di benaknya sangat buruk. Hana menjadi lebih protektif kepada Kyra dan terus memperingatinya untuk menjauhi Daren dan jangan coba-coba mendekati cowok tersebut. Selain karena persaingan bisnis diantara ia dan orangtua Daren, kelakuan Daren yang nakal itu lah yang membuat Hana semakin tidak menyukainya. Hana tahu ia salah, rasa bencinya kepada Daren seharusnya tidak ia pupuk, sebagai seorang dosen ia dituntut berpikir kritis, terbuka, dan menerima perbedaan sifat yang dimiliki semua siswa. Tetapi... untuk Kyra, itu pengecualian, ia akan menjadi seorang ibu, bukan dosen. Ibu yang sama dengan ibu lainnya, yang ketika anaknya terluka pasti khawatir berlebihan.

"Kyra, ayo pulang! Kita periksa luka kamu..!"

Hana menyeret Kyra keluar dari kelas yang sudah sepi, pergi ke parkiran mobil dan dengan tenang melajukan mobil tersebut menjauh dari kawasan sekolah.

Sepanjang perjalanan Kyra terdiam, tangannya ia sembunyikan dengan rapat.

"Kenapa Daren bisa ada disana? Jujur, kini hanya ada kita berdua, kamu tidak perlu merasa taku. Sayang, kamu beneran luka karena lemparan batu dan itu tidak ada kaitannya dengan Daren?" tanya Hana sembari membetulkan letak kacamatanya.

Kyra mengangguk. "Aku udah jelasin di sekolah dam juga di chat ma, lagian... Mama gak lihat kondisinya tadi? Dia lebih parah,  Kyra cuma kena batu kerikil doang, sedangkan dia.. benar-benar bongkahan batu. Darahnya bahkan tidak berhenti mengucur..."

Kyra menghentikan ucapannya.. ia sadar ia terlalu memperhatikan Daren. Padahal tadi di sekolah tadi ia sudah semaksimal mungkin bersikap tak acuh dan tak peduli kepada Daren. Bagaimana bisa ia mendeskripsikan apa yang terjadi kepada Daren dengan begitu detail.

Jangan lupa perkataan terakhir Daren tentang... dirinya yang terlalu keras kepala.

"Mama gak peduli, setidaknya kamu baik-baik saja. Lagian, hitung-hitung itu sebagai karma akibat segala kenakalannya, bisa-bisanya dia memukul siswa lain.."

Kyra memejamkan matanya dan bergumam.."Bukan dia yang mukul ma!"

Hana melihat Kyra sekilas. "Kamu belain dia?"

"Gak ma, Kyra cuma berusaha ngasih tahu fakta di lapangan. Bisa gak sih mama gak usah curigaan mulu? Kepala Kyra makin pusing." ketus Kyra.

Dari tahun 2040 ke tahun 2022 menghadapi orang yang sama dengan sifat yang berbeda bukan hal yang mudah.

Perasaannya terombang-ambing.

"Kok kamu jawab ketus gitu? Mama cuma nanya.. karena tadi kamu bilang dia mukul teman kamu, kenapa tiba-tiba kamu ubah jadi bukan dia yang mukul."

Kyra memijat pelipisnya. Ia lelah.

"Ma... Benci dan cinta itu beda tipis kan? Perasaan seseorang dapat berubah-ubah juga bukan? Jika...ini jika... Suatu hari nanti aku berakhir dengan dia, apa tanggapan mama?"

"Kamu gila? Tidak ada jika-jika..atau seandainya atau apa lah. Mama gak larang kamu dengan siapa pun asal bukan Daren... Tunggu, kenapa kamu nanya begini, kamu mulai suka dia?"

....


Time Travel Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang