16. Time Travel Between Us

5.5K 556 3
                                    

"Serius bos? Tinggalin dia gini aja?" tanya Bian terhenyak. Daren sungguh tidak memperdulikan Kyra barang sedetik pun. Ia paham mengapa Daren bersikap seperti itu.

Tapi masalahnya... Apa benar Kyra berpura-pura? Kyra yang gak takut ngatain Daren? Kyra berusaha keras menjaga reputasinya di sekolah, Kyra yang savage. Rasanya sangat tidak mungkin Kyra berpura-pura pingsan dan mempermalukan dirinya di depan banyak orang.

Lagian... Ia memiliki adik cewek, berbeda dengan anggota geng Adrenalin lainnya yang merupakan anak tunggal. Jadi bisa dibilang meskipun mulut Kyra rada menyebalkan, tetapi dilihat dari sudut manapun dia tetap cewek. Ditambah lagi wajah pucat Kyra tidak bisa berbohong. Cewek ini benar-benar sakit.

"Bos... Dia beneran sakit, lagian ntar kalau guru-guru lewat dimari dan ngelihat dia terkapar dengan gak etis di koridor, pasti bakal lebih runyam masalahnya." jelas Bian.

Daren justru menyeringai lebar. Ya, itu tujuannya. Bagaimana reaksi para guru ketika lewat dan mendapati murid berprestasi yang mereka banggakan tergeletak tak berdaya di koridor sekolah? Sungguh memalukan bukan? Image Kyra seketika akan hancur.

"Kenapa lo peduli? Biarin aja... Sebagai pembelajaran untuk lebih berhati-hati saat berbicara. Mungkin ink azab buat cewek dengan mulut kek dia. Tcih, buruan! Lo mau pergi atau gak?" balas Daren dingin.

Bian menatap Kyra dan Daren secara bergantian. Koridor masih sangat ramai... Ia rasa bukan pilihan yang tepat meninggalkan Kyra disini.

Vila yang datang dari arah berlawanan dengan sekantong roti dan minuman ditangannya, langsung membulatkan matanya tak percaya.

"Kyra?!" Pekiknya tertahan. Sahabatnya itu terbaring mengenaskan di koridor dengan gaya tak elit. Benar saja, ia tidak seharusnya mempercayai Daren. Sejak kapan Daren dan Kyra akur? Sejak kapan mereka mau saling tolong menolong? Selama Vila berteman dengan Kyra, jarang sekali ia melihat mereka akur, bukan jarang tapi memang tidak pernah.

Sedikit takut, Vila mengumpulkan keberaniannya dan mengambil langkah cepat menghampiri Kyra.

Ia merunduk dan berjongkok disamping Kyra, tangannya terulur mengecek suhu tubuh Kyra. Keringat dingin menguar dari kening gadis itu. Suhu badannya juga mulai panas.

"Ra! Kyra! Lo beneran sakit? Bisa bangun gak?" tanya Vila. Ia menggoyang kecil tubuh Kyra. Namun nihil tak ada pergerakan berarti. Vila kelabakan, dengan gugup ia mendongak, tersenyum memohon kepada anggota geng Adrenalin yang ia sangat hafal wajah dan nama-nama mereka.

"B-bisa tolong ngangkat Kyra?"

Daren mengusak kasar rambutnya yang berantakan. Apa Kyra sungguh tidak berakting? Sial!

Tanpa pikir panjang Daren ikut berjongkok disamping Kyra dan mengulurkan tangannya menyentuh kening cewek yang menjadi musuhnya bebuyutannya tersebut.

Panas.

Hanya itu yang Daren rasakan ketika punggung tangannya menyentuh kening Kyra yang berkeringat halus.

"Apa ini penyebab dia pingsan padahal gak diapa-apain sama kita?" gumam Daren seraya melayangkan pandangannya pada anggota geng Adrenalin.

Seakan terkoneksi, mereka serempak mengulas senyum miring. Ini berarti mereka bisa lepas tangan dan tidak ikut terseret menjadi penyebab cewek itu pingsan.

"Bian, angkat dia. Lo dari tadi yang nyerocos buat jangan ninggalin dia dimari. Yasudah, lo yang angkat."

Bian mengangguk pasrah. Begitu ia hendak menyusupkan tangannya di balik belakang leher Kyra, cewek itu sontak menggeliat tak nyaman. Kyra tidak terbiasa dengan sentuhan tangan orang lain di tubuhnya... Tapi berbeda untuk Daren, ia terbiasa dan familiar dengan sentuhan cowok tersebut. Entah pengaruh dari tahun 2040, yang pasti tubuhnya tidak memberontak dan memberikan reaksi menolak saat Daren menggendongnya. Sebaliknya, ia merasa nyaman, bahkan enggan untuk turun dari pundak Daren.

Bian yang melihat gelagat tak nyaman Kyra dengan sigap menarik tangannya. Seberapa pun ia berusaha untuk mengangkat tubuh Kyra, cewek itu semakin banyak bergerak.

Apalagi situasi saat ini mereka di ruang publik, di koridor, yang mana mengundang banyak pasang mata.

Bian tidak ingin murid-murid yang ada lewat dan melaporkan ia ke guru karena tertangkap mengrepe Kyra padahal tidak seperti itu.

"Dia kenapa?" tanya Daren, sudah lebih dari lima menit Bian berusaha mengangkat tubuh Kyra tapi selalu tidak bisa.

Vila yang dahulu meminta bantuan geng Adrenalin merasa tak enak hati.

Sekali lagi ia menggoyangkan tubuh Kyra, memaksa cewek itu agar bangun.

"Ra! Bangun! Atau gak jangan banyak gerak kalau lo gak sanggup bangun, biarin Bian gendong lo."

Kyra mengerutkan keningnya seraya menggeleng kecil. Ia bisa mendengar suara orang-orang disekitarnya, tapi hanya sayup-sayup. Kesadaran masih diambang batas.

Perlahan Kyra membuka matanya, menampilkan irisnya yang lelah...

Ia memandang jauh keatas langit-langit koridor, mengumpulkan sebagian nyawanya yang melayang entah kemana.

Mengumpulkan kepingan-kepingan kejadian sebelumnya dalam memori otaknya yang kecil. Menyortir dan memilah kejadian yang terjadi di tahun 2040 dan 2022.

Dia harus bisa menyesuaikan dirinya.

"Dia sudah sadar.." ceplos Way.

Daren meneliti raut wajah Kyra, dari tadi juga ia tahu bahwa Karya telah sadar, oleh sebab itu ia berpikir Kyra masih terus berakting.

"Akhirnya bangun juga lo, gue pikir lo bakal log out duluan." Sarkas Daren.

Kyra tak bergeming... Ia hanya menunduk lemah.

Vila meraih tubuh Kyra dan membantunya duduk.

Tatapannya kosong. Irisnya berkedip tenang. Saat ini Kyra menjadi tontonan banyak siswa, ia seperti gembel yang tak terurus.

"Ren.. Lo percaya time travel?" tiba-tiba saja pertanyaan itu terlontar dari bibir Kyra.

Daren menaikan salah satu alisnya. "Hah? Lo gila?!"

Way, Bian dan Virgo menahan tawa. Ini abad modern, siapa yang akan percaya omong kosong seperti itu?

Kyra sendiri tidak mengerti mengapa ia menanyakan hal tersebut kepada Daren.

Kyra tidak bisa menerima bahwa hanya dirinya yang mengalami hal segila ini.

Banyak rahasia di tahun 2040 yang masih tersegel, tidak ada petunjuk atau apapun yang dapat ia temukan. Ia seperti orang bodoh disana.. tidak ada satu pun yang dapat ia pahami. Bangun dan tidur adalah pekerjaannya di tahun 2040. Sangat membosankan, tetapi anehnya hal itu membuat ia lelah.

Jika di tahun 2040 tidak ada petunjuk, apakah di tahun 2022 ini ada petunjuk?

Kyra berharap ada. Ia ingin menemukan jalan keluar. Baik fisik dan mentalnya dikuras habis. Ia ingin pura-pura lupa dan mengabaikan semua hal yang ia lihat dan ia alami di tahun 2040. Tapi... Semakin kesini semakin sulit untuk lupa. Ditambah lagi perkataan Daren terakhir kali tentang ketidaksetujuannya untuk pulang ke Indonesia.

Jika ini sebuah bidak permainan, maka ia harus mencari cara agar bisa menang dan mengendalikan permainan.

Sayangnya, ia bukan pameran utama. Daren adalah pameran utama, kata kunci, pemegang kartu As.

Hanya... Mengapa Daren tidak mengalami time travel? Seharusnya pameran utama wajib berada disana bukan?

.....

Time Travel Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang