37. Time Travel Between Us

4.2K 435 11
                                    

Ducati merah milik Daren melaju membelah jalanan kotak Jakarta yang sangat padat. Padahal ini baru pukul sepuluh pagi. Berbagai macam orang terlihat hendak berbondong-bondong mengunjungi destinasi pariwisata di akhir pekan ini.

Daren yang sudah hafal banyak jalan 'tikus' di sekitaran Jabodetabek tersebut tidak khawatir dengan kemacetan yang ada. Dengan entengnya ia menyelinap ke gang-gang kecil, kompleks pemukiman warga, ya.. meskipun agak nyeselin karena banyak polisi tidur sepanjang jalan.

Drrtt..

Handphone di saku jaketnya bergetar nyaring, membuat Daren mau tidak mau mengambil benda persegi empat tersebut.

"Halo, kenapa? Gue lagi di jalan, gak dengar?" jawab Daren setengah teriak.

Virgo sang penelepon terdiam sesaat sebelum kembali mematikan handphonenya.

Virgo menelfon hanya untuk memastikan apakah Daren benar-benar datang atau tidak, menyangkut kondisi bos mereka sangat tidak direkomendasikan untuk berada di tempat seperti ini.

Tak butuh waktu lama, sekitar setengah jam lebih mengemudi akhirnya Daren tiba di lokasi balapan motor yang dimaksud.

"Bos!" teriak Way sembari melambaikan tangannya. Melihat keberadaan Way, Daren memarkirkan motornya dan bergegas menghampiri gengnya tersebut.

"Wuuhhuu, akhirnya datang juga!" sahut Bian.

Daren tak menggubris Bian, dengan wajah super duper bete, ia duduk di kursi yang telah disediakan di samping stan.

"Lo kenapa? Pagi-pagi muka lo dah asem aja." tegur Virgo.

Daren menatap anggota inti gengnya dengan tatapan -senggol, bacok!-

Hal itu sontak membuat Way, Virgo dan Bian mengalihkan pandangan mereka. Jika Daren sudah seperti ini, mereka tidak berani menanyakan apapun kepada, untuk sekarang biarkan Daren sendiri, mereka tidak akan mengganggu Daren. Bila suasana hati Daren sudah membaik, dengan sendirinya bos mereka itu akan bercerita.

"Virgo..?"

"Ya, bos?"

"Ide lo soal ngebuat Kyra jatuh cinta, serius.. gue gak bisa. Gue udah mencoba untuk berpura-pura tertarik sama dia, tapi hati gue gak bisa bohong. Gue benci dia.. benci.. yang beneran benci."

Virgo, Way, dan Bian saling melemparkan pandangan. Mengapa Daren tiba-tiba tidak ingin membuat Kyra jatuh cinta, padahal kemarin ia sangat excited, bahkan membuat heboh sekelas.

"Kenapa? Kyra buat lo kesal lagi?" tebak Virgo to the point. Tentu saja ia dapat menebak dengan mudah, pasalnya salah satu orang yang dapat membuat mood Daren menjadi buruk hanya Kyra seorang.

"Ya.. begitulah. Pagi ini gue ngelihat dia sama Alex dan gue cuma sedikit mencoba bercanda, tetapi... Pada akhirnya kita bertengkar. Tck, setiap kata yang keluar dari mulutnya.. semakin ngebuat gue ingin menonjok cewek belagu itu." kesal Daren.

Virgo menghela nafas panjang. Tidak akan ada asap kalau tidak ada api. Cara bercanda Regen dan Kyra itu diluar nalar.. oh salah, tidak ada kata bercanda dalam kamus mereka. Apakah otak Daren beneran geser? Bagaimana bisa setiap ucapannya akan dianggap bercanda oleh Kyra? Sejak kapan? Tidak pernah ada kata bercanda bagi mereka.

"Bos... Tapi.. kita gak punya cara lain."

"Kita punya, kenapa gak bully aja dia?"

"Terakhir, bos di skors karena gak sengaja nendang bola ke muka dia.. apalagi nge-bully?" sambung Bian.

Daren mengerang frustasi. Mimpinya membuat ia waspada, ia bukan takut terhadap mimpinya, ia hanya.. merasa ada yang mengganjal dalam mimpi tersebut. Kyra ada di dalam mimpinya.. dan mimpi yang ia alami bukanlah mimpi baik melainkan mimpi buruk, terburuk yang pernah ada. Bayangkan dalam mimpinya, ada darah, teriakan anak kecil, kecelakaan mengerikan, dan ia hanya bisa terpaku tak bisa beranjak, ia merasa ia bisa mengendalikan pikirannya dalam mimpi tetapi tidak dengan tubuhnya, tubuhnya seolah bergerak secara otomatis.

"Power orangtua kita memang bagus di sekolah tetapi... dewan direksi, para guru dan kepala sekolah tidak berada di pihak kita, mereka berada di pihak Kyra, mereka mempertahankan kita karena uang orangtua kita. Jika kita kedapatan lagi membully Kyra, gue yakin kita semua bakal langsung di depak."

"Bos.. jika lo mau lihat dia hancur.. Pastikan hancurkan perasaannya, fisiknya pun akan ikut hancur. Padahal rencana yang kita susun terakhir kali sudah bagus, mengapa tiba-tiba begini? Apakah bos kesal hanya karena ia kembali mengatai bos lagi?"

Daren ingin bercerita mengenai mimpinya namun ia urungkan. Mimpinya mungkin bisa menjadi petunjuk, walaupun ia sendiri tidak mempercayai hal-hal seperti itu.

"Hanya.. kalian ngerti gak sih, gue beneran gak bisa terus berpura-pura, setiap kali gue lihat muka dia, rasanya gue pengen cekik dia."

"Bos.. kemarin akting bos sudah bagus loh.. kemampuan playboy bos sangat berguna kemarin." beritahu Bian. Matanya jelalatan melihat persiapan balapan, para anak pejabat daerah juga sudah datang. Jangan jauh-jauh, mereka juga anak pejabat.

Raungan suara motor yang saling beradu terdengar riuh dan nyaring, memekakkan telinga seluruh penonton yang ada.

Daren akui kemarin ia sangat antusias melancarkan idenya.. sayangnya antusias itu tidak bertahan lama. Ia dan Kyra bukan orang yang baru bertemu kemarin dan saling membenci, memainkan sebuah taruhan, eh ujungnya saling cinta layaknya drama. Mereka dari kecil sudah ditanamkan ideologi oleh orang tua mereka bahwa mereka adalah saingan, dimana pun dan kapan pun, entah di sekolah ataupun hal lainnya. Mereka selalu menjadi bahan perbandingan antar satu sama lain. Ditambah lagi masing-masing orangtua mereka sering saling menjelekkan satu sama lain, itu semakin memupuk rasa benci dalam diri mereka. Mereka tidak akan pernah cocok, bahkan untuk kata pura-pura.

BRUM...

BRUM...

"WAIT! BOS PINDAH!"

BRUKKK

.....

21 Februari 2040

DEG

"Hah.. hah..hah.." Nafas Kyra terdengar tak beraturan.. ia tidak tahu mengapa tubuhnya seakan di tarik secara paksa masuk kedalam dimensi waktu berbeda.

Ingatan terakhirnya adalah ia dan Alex sedang berada di bioskop, menikmati film Animasi yang populer belakangan ini.

Namun di tengah tontonan, ia merasa pusing dan setengah sadar.

Apa yang terjadi?

Kyra melihat sekelilingnya... Suara pemberitahuan chek in dan jadwal keberangkatan saling bersahutan terdengar.

Tunggu... Papan-papan nama dan instruksi - instruksi di sekitarnya ditulis menggunakan bahasa Indonesia.

Ia sudah di Indonesia? Serius?

Kyra mengucak matanya, menampar pipinya sendiri. Sial! Rasanya sakit.

Lalu.. dimana Daren dan Sky? Mengapa hanya ada dia seorang di tengah keramaian?

"Permisi... Tolong beri jalan.."

"Permisi.."

"Permisi.."

Kyra menyeret langkah kakinya yang terasa berat menyusuri luasnya bandara Soekarno.

Matanya dengan gugup mencari sosok Daren dan Sky.

Ini tahun 2040, bukan 2022. Meski ia masih sangat kesal dengan Daren, tetapi di tahun 2040, ia baik-baik saja dengan Daren. Selain itu ada banyak misteri di tahun ini yang harus ia pecahkan demi mengubah masa depannya.

"MOM! HERE!" teriakan anak kecil yang familiar menghentikan langkah kaki Kyra.

Disana.. ada Daren yang tertunduk lesu di ruang tunggu bersama Sky, dan anak buah Daren.

Wajah cowok tersebut terlihat sangat pucat. Apa dia jet lag?

Kyra bergerak perlahan menghampiri Daren dan duduk disamping kiri Daren.

Virgo sibuk menelfon seseorang, sedangkan Way, ia sibuk mengurus administrasi bea cukai.

Disitu hanya ada Sky yang mengelus pundak Daren dengan mata bengkak.

"Ren.. Lo kenapa?" bisik Kyra.

Daren masih tertunduk..

Tes...

'Darah?'

.....


Time Travel Between Us ✓Where stories live. Discover now