#33 An opportunity

199 17 10
                                    

Hallo guys! 😁Bonus lebih cepet up dan lebih panjang 😃Semoga kalian nggak bosen ya bacanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hallo guys! 😁
Bonus lebih cepet up dan lebih panjang 😃
Semoga kalian nggak bosen ya bacanya.

Masih harus menyiapkan hati mungil kalian untuk chap. ini 🤭
Yuk boleh tinggalkan komentar dan vote ya, supaya aku lebih semangat nulisnya, Gomawo!

Happy reading! 💜

.

"Ne, kesempatan?"

"Aku sudah memberinya banyak kesempatan, begitu juga Aaron."

"Lalu?"

Arley semakin mengeratkan pelukannya pada Youra, ia kemudian mengecup pucuk kepala Youra. Youra mendongak, memandang wajah Arley.

"Wae?"

"Tolong lepaskan aku"

"Shiro" (Tidak mau)

Youra kembali mendongak, manik mereka bertemu. Arley mendekat, hendak mengecup bibir Youra, namun Youra segera menunduk dan menyembunyikan wajahnya.

'Kenapa ia begitu menggemaskan, kalau wanita lain mungkin akan segera melahap bibirku. Kenapa ia berbeda.', ucap Arley dalam hati sembari menatap Youra dan menyunggingkan senyum di wajahnya.

"Ar..."

"Ehm? Ada apa? Berubah pikiran? Rindu piercing-ku kan?"

"Aniyo!", ucap Youra sambil memukul dada Arley.

"Appa-mu berkhianat?

"Aaron melihat appa berciuman dengan sekretarisnya."

"Lalu?"

Flashback

Arley terbangun dari bawah sadarnya, maniknya menyapu ke seluruh ruangan. Ruangan yang asing, ia kemudian menangkap sosok ibunya yang tertidur di dekatnya. Jemari Arley mulai bergerak, perlahan mengusap lengan ibunya. Ny. Corbyn mulai membuka maniknya, mengerjabkannya beberapa kali. Ny. Corbyn segera menggenggam tangan putranya dan mengecupnya, Ny Corbyn mulai menangis.

"Maafkan eomma.", ucap Ny. Corbyn lirih sembari mengecup kembali punggung tangan putranya.

"Maafkan eomma yang tidak bisa melindungimu.", ucap Ny. Corbyn kembali.

Arley menggelengkan kepalanya, lemah, ia sangat sedih melihat ibunya menangis. Arley berusaha tersenyum, ia merasakan perih di punggungnya. Arley kemudian memiringkan tubuhnya menghadap ke arah ibunya, itu lebih baik karena punggungnya tidak tertekan oleh berat badannya. Arley kemudian mengusap pipi ibunya, dan menghapus air mata ibunya. Ny. Corbyn memandang putranya, ia justru semakin deras mengeluarkan air mata. Arley lagi-lagi menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

You Deserved Me, Baby!Where stories live. Discover now