#50 Cause and effect

165 15 4
                                    

Hello guys!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hello guys!

Mianhae karena baru bisa up sekarang karena ada hal satu dan lainnya 🥺

Aku harap kalian masih setia menanti kelanjutan cerita ini. 💜

Happy reading! 💜

.

"Wah apa aku benar-benar tidak dikenali?"

Caleb semakin bingung dengan ucapan Emitt, Celeb melirik ke arah Arley yang kemudian menaikkan kedua bahunya sebagai tanda kalau ia juga tidak tahu.

"Kalau tidak ada kau saat itu, mungkin aku sudah mati.", ucap Emitt.

Kali ini Deiji ikut mengerutkan kening, mencoba mengingat hal-hal yang dialami kakaknya.

"Mianhae, aku masih tidak paham."

"Kita satu angkatan dulu saat sekolah menengah, kau tidak ingat? Ah iya, kita berada di level yang berbeda tentu saja, dengan wajah tampanmu tidak mungkin berada di tempat yang sama denganku."

"Maksud Dokter, kau dan Caleb hyeong satu sekolah?"

"Jinjja?!", seru Caleb terkejut.

Emitt menganggukkan kepalanya, lalu ia menjelaskan kalau ia dulu dan Caleb satu angkatan di sekolah menengah. Caleb adalah anak yang populer di sekolahnya, postur tubuh yang sempurna, kulit yang berkilau serta wajah yang rupawan. Semua orang ingin berteman dengannya. Berbeda dengan Emitt yang sering menghabiskan waktu di perpustakaan, tubuh yang sedikit berisi dengan kacamata yang selalu ia pakai.

Flash back

Saat itu jam pulang sekolah, Emitt tidak sengaja menabrak salah satu siswa yang bisa dibilang pembuat onar. Emitt ditarik ke dekat gudang sekolah oleh beberapa orang yang menjadi anak buah siswa tersebut. Emitt dihajar sampai babak belur, bukan hanya itu kacamatanya pun dipatahkan. Emitt tidak pandai bela diri karena waktunya ia habiskan untuk belajar dan membaca. Emitt tidak ingin membuat kedua orang tuanya kecewa, terkadang ia berpikir menjadi putra dari orang tua yang hebat itu tidak mudah. Ayah ibunya adalah Dokter yang sukses di kota Seoul.

Hari-harinya sangat buruk setelah kejadian itu, ia terus-terusan menjadi sasaran dari gerombolan anak-anak nakal di sekolahnya. Emitt tidak pernah menceritakan kejadian-kejadian yang menimpanya pada kedua orang tuanya. Emitt selalu pulang dengan luka lebam yang ditutupinya, ketika orang tuanya bertanya, ia hanya akan mengatakan bahwa ia ikut latihan tinju, padahal kenyataannya tidak.

Suatu ketika ada penilaian bola basket, Emitt yang duduk di samping lapangan memperhatikan teman-temannya yang sedang mendapatkan giliran untuk dinilai. Tiba saat Emitt mengambil nilai, di luar dugaan, ia begitu mahir bermain basket. Bukan tanpa alasan, ayahnya sering mengajaknya bermain basket di taman dekat rumah mereka. Emitt mendapatkan nilai tinggi, gurunya sangat takjub dan memujinya di depan teman-temannya. Anak-anak yang suka mengerjainya tidak suka dengan itu, pulang sekolah Emitt ditarik ke tempat seperti biasa ia dihajar. Emitt dihajar lebih parah dari sebelum-sebelumnya.

You Deserved Me, Baby!Where stories live. Discover now