CHAPTER 43 - RUNTUHNYA PILAR TERAKHIR

18.2K 2.3K 331
                                    

MAN MAHRUM

Masih duduk bersila di lantai dingin. Ruangan gelap dan suasana yang mencekam, berhasil mencuri pendengaran Man Mahrum dari gaduhnya suara di luar. Ulfa masih berusaha masuk menjemput Sofia, sementara Sofia berusaha keluar menembus kurungan Man Mahrum.

"Tolong, biarkan Saya keluar," Tangis Sofia Iba. Ia masih berdiri di depan jendela, penuh harap bisa bergabung dengan keluarganya.

TOLONG!

Man Mahrum terkesiap saat tiba-tiba wajah Sofia sudah berada di hadapannya. Merasa lawannya semakin serius, Man Mahrum harus berhenti bermain-main. Ia memejamkan mata, menajamkan pendengaran dan menutup mulut serta penciumannya. 

Terjadilah keheningan menyeluruh, tidak ada suara, tidak ada gerakan maupun desahan nafas. Man Mahrum membuka matanya dan kali ini pandangannya mampu menembus topeng gadis bernama Sofia. 

"Ketemu," Ucap  Man Mahrum dalam hati.

Di hadapannya sedang berdiri nenek-nenek bungkuk dengan hidung patah, kulit keriput yang penuh dengan bintik merah, mata yang tertutup layunya kulit di kelopak, dan rambut putih panjang terurai yang tumbuh jarang. Menjijikkan.

BIARKAN SAYA KELUAR!

Jerit nenek itu. Seketika waktu kembali berputar. Tidak hanya lantang dan menyakiti pendengaran, tapi ada tenaga yang kuat yang sedikit mendorong Man Mahrum ke belakang. Kopiah merahnya terpisah jauh dari kepala, memperlihatkan rambut cepak yang sedikit beruban.

Nenek itu masih mendengar teriakan Ulfa. Ia menoleh ke arah pintu rumah. "Tolong Aku Ulfa, tolong!" Rintih Nenek itu dengan suara anak kecil. Tidak serasi dengan tubuh bungkuk dan warna kulit yang sedikit membusuk. Tidak ada yang bisa Nenek itu lakukan. Jika ingin bebas, terlebih dahulu Ia harus melenyapkan lawannya.

BIARKAN AKU BEBAS!

Bak seekor katak, Nenek itu melompat dan menerkam Man Mahrum. Tapi Ia terpental kembali ke belakang, seolah ada tabir yang memisahkan mereka berdua. Ada sesuatu yang menghalangi dua mahluk berbeda dunia untuk saling bersentuhan, dan satu-satunya cara agar Iblis berkuasa adalah dengan merasuki tubuh manusia. 

Nenek itu bangkit. Ia mengembalikan posisi tulang-tulangnya sehingga terdengar bunyi saling bergesekan. Termasuk tulang leher. Melihat pemandangan seperti itu di tengah kegelapan, membuat Man Mahrum terpaksa menutup mata. Bahkan bagi seorang juru kunci, Iblis tetaplah mahluk yang mengerikan.

SREK, SREK, SREK

Man Mahrum mendengar suara kaki kecil nenek itu melangkah. Semakin mendekat, semakin terdengar pula suara gigi-giginya yang saling beradu. Tiba-tiba hawa panas terasa di telinga Man Mahrum dan terus merambat hingga ke leher. Ia tahu Nenek itu sedang mendekatkan wajah ke tubuhnya, mencari celah untuk merasuk, setelah semua panca indera Man Mahrum tutup. Sayangnya Man Mahrum lupa bahwa sejak tadi Ia mendengarkan dengan telinga.

HAHAHAHAHA

Man Mahrum membuka mata, mulutnya tersenyum lebar memperlihatkan barisan gigi bagian depan. Terus seperti itu selama hampir lima menit, tanpa berkedip, tanpa bernafas, tanpa bergerak sedikitpun.

"Huaaaaaaaaah,"

Seolah hidup kembali. Man Mahrum mengambil nafas seperti baru saja tenggelam. Ia menutup kedua telinganya yang mulai berdarah. Dan berusaha secepat mungkin untuk bisa bangkit. Tepat setelah nafasnya kembali normal, Man Mahrum beranjak dari silanya dan berhasil berdiri walau harus berpegangan pada ujung kursi.

BARISAN KERANDA MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang