Mysha || 12

345K 18.1K 696
                                    

Kini, Mysha berada di ruang BK. Apalagi kalau bukan kasus ia menampar Bunga?


"Keluarin aja Bu dari sekolah!" kompor Bunga seraya memutar bola matanya jengah.

"Ibu akan berikan surat panggilan pada orang tua kamu."

"Tapi Bu-"

"Gak ada alasan untuk menolak. Sekarang, kamu bisa tinggalkan ruangan ini."

Mysha berjalan menunduk entah tujuannya kemana. Gadis itu benar-benar frustasi akan segalanya. Ia pun sehari ini belum sama sekali chat Erlangga.

BRUK

"Sial apa lagi sih ya-"

"Mysha?"

Mysha menoleh, sepertinya ini bukan kesialan yang ia timpa. "Bangunin dulu." kata gadis itu.

Cowok itu pun membantu Mysha untuk bangun, Mysha menepuk-nepuk roknya yang sedikit kotor akibat ia jatuh tadi.

"Lo kenapa? ada masalah?" tanya cowok itu.

"Banyak keles,"

"Cerita sama gue." kata cowok itu.

Mysha menghela nafasnya, "Fab, bukannya gue gak percaya sama lo. Tapi, gue gak mau orang lain juga jadi beban karena gue." kata Mysha.

"Kayak sama siapa aja lo, kali aja gue bisa bantu." kata Fabian, ketua OSIS di sekolah.

"Pertama, gue dijauhin Erlangga gara-gara foto gue sama Keano. Erlangga ngejauh bukannya karena ngerasa kalo gue murahan seperti yang dibilang orang-orang, tapi karena Keano itu musuhnya."

"Kedua, Shiren sama Meira jauhin gue. Karena kalo mereka masih temenan sama gue, Meira takut Revan ngejauh. Dan kalo Shiren, katanya gue gak guna jadi temen. Dan nyatanya itu bener."

"Ketiga, gue minggat dari rumah. Setelah nyokap gue nyeritain yang sebenernya, kalau gue, bukan anak kandungnya, gue anak pungut." Mysha menghela nafasnya, lalu mencoba untuk tersenyum.

"Apa bener Fab gue hidup cuma bisa bikin orang susah?" tanya gadis itu.

Fabian menggeleng, "gak sama sekali, bahkan gue gak ngerasa di susahin sama lo." katanya.

Mysha menangis, beberapa kali ia mengusap air matanya yang jatuh. Lalu tertawa hambar, "gak guna juga gue hidup Fab." kata gadis itu.

"Percuma. Semua bakal keliat percuma." sambungnya.

"Sha, yang namanya hidup pasti ada cobaan. Kali ini, ini cobaan lo. Dan gue tau lo kuat, lo strong. Maka dari itu, Tuhan ngasih cobaan ini buat lo."

"Dan setiap masalah pasti ada jalan keluarnya Sha, gak dengan kata nyerah." kata Fabian menasihatkan. Jujur, Mysha ingin sekali memeluk sahabatnya ini, namun, ia tau situasi. Situasi saat ini sangat buruk.

"Makasih Fab, lo selalu ada buat gue."

"Sama-sama." balas Fabian seraya tersenyum.

"Itu karena gue sayang sama lo, Sha."

***

Erlangga menaiki motor sportnya menuju rumah sakit, cowok itu membelah kota Jakarta yang kian hari semakin padat.

Erlangga sampai di rumah sakit, dengan langkah cekatan cowok itu berlari menuju ruang rawat seseorang.

"Gimana keadaan Yara, Tan?" tanya Erlangga pada Anisa-Mama Yara.

"Dia butuh donor, secepatnya Lang. Tante takut, Yara kenapa-kenapa." kata Anisa yang kini sudah dibanjiri oleh air mata. Melihat anaknya terbaring lemah diatas brankar yang sedang ditangani dokter dan tenaga medis lainnya.

Erlangga mengusap wajahnya gusar, berdiri bolak-balik didepan ruangan Yara.

Erlangga menyatukan kedua tangannya dan menempelkannya didepan wajah. Matanya terpejam erat dan bibirnya terus bergerak merapalkan doa yang begitu banyak untuk Yara.

Seorang dokter keluar bersama perawat yang berada dibelakangnya.

"Gimana dok keadaan anak saya?" tanya Anisa cemas. Anisa memainkan jarinya tidak jelas. "Ibu bisa lihat kondisi anak ibu sekarang. Saya permisi."

Tanpa menjawab perkataan dokter tersebut Anisa dan Erlangga langsung memasuki ruangan Yara.

Yara terkulai lemas tidak berdaya dengan alat-alat medis yang menancap ditubuhnya.

"La..ngg.." panggil gadis itu membuat Erlangga memegang tangan mungil gadis itu.

"Gue disini."

"Jangan pergi.." katanya memohon. Erlangga mengangguk mengiyakan permintaan Yara.

"Janji?" kata gadis itu. Erlangga mengangguk. "janji."

***

Mysha pulang ke rumahnya dengan keadaan sangat kacau. Rambutnya tidak beraturan, seragamnya basah, wajahnya pucat, dan juga pandangannya yang kosong.

"Dari mana aja kamu semalam?!" itulah pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Diana.

"Nginep Mah dirumah Kinara." balas Mysha lirih.

PLAK

"Kamu tau? kamu sangat membuat malu Mysha! apa yang kamu lakuin? kamu nampar anak orang?!"

"Itu dia duluan Mah yang-"

"Alah, banyak alasan! dasar anak gak berguna!"

Mysha tertunduk lalu memerosotkan tubuhnya ke lantai. Gadis itu menumpahkan segala emosi, marah, sedih, itu disana. Ia menangis sejadi-jadinya. Menumpahkan segala tangis yang sedaritadi ia tahan.

Dengan tatapan kosong, Mysha bangkit dan berjalan menuju kamarnya. Gadis itu melihat pantulan dirinya di cermin. Menyedihkan. Itulah gambaran yang menggambarkan Mysha saat ini.

"Apa salah gue?"

"Kenapa Tuhan kasih ini semua ke gue hiks.."

Dengan tubuh yang gemetar, Mysha masih saja menangis. Tanpa perduli bahwa esok hari matanya akan sembab akibat tangisnya itu.

Mysha menghapus sisa-sisa air mata yang ada diwajahnya. Ia tersenyum memaksakan.

"Gue harus coba, besok."


JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN, SELAMAT MEMBACA DAN TUNGGU KELANJUTANNYA!

TERIMAKASIH

MYSHA [SELESAI]Where stories live. Discover now