Mysha || 39

309K 15.1K 661
                                    

"Seperti ingin memiliki tetapi enggan.
Seperti jatuh cinta tetapi malas mengutarakan.
Seperti ingin pergi namun sayang-sayang.
Tinggalah, jika ingin terus memperjuangkan.
Pergilah, jika malas memberi kepastian.
Karena sesuatu yang ditarik-ulurkan akan membuat semuanya sia-sia dan pastinya mengundang kekecewaan."

-Mysha Adeline Shunie
🤔




Mysha menoleh ke arah sumber suara tersebut, tepatnya, suara berat itu terdengar khas ditelinganya. Mysha meraih tangan kekar itu, lalu gadis itu bangkit dan menyeka air matanya.

Mysha menghela nafasnya panjang, "Makasih, Fab."

Cowok itu mengangguk, "Sama-sama. Oh iya, gue mau minta waktu lo sebentar. Ada yang mau gue omongin." kata Fabian. Cowok berperawakan tinggi itu meletakkan tangannya di kedua saku celananya, menatap Mysha lalu terkekeh, "jangan kebanyakan mikir, ayo."

Fabian menggandeng tangan Mysha dan gadis itu tidak menolak, dengan tangan sebelah kirinya menghapus sisa-sisa air matanya yang jatuh tadi.

"Mau kemana?" tanya gadis itu dengan suara serak.

"Ke ruang kepsek."

Mysha mengernyitkan dahinya, "ngapain?" tanya gadis itu.

"Gue mau lo gantiin job gue selama 3 hari, gue pergi buat O2SN." kata Fabian.

Mysha membelakakan matanya, "Hah?!"

"Nurut aja sih." kata Fabian.

Mysha memutar bola matanya jengah, "Males." jawab gadis itu.

Fabian membuka pintu ruangan kepala sekolah, "Assalamualaikum Pak Tio." salam Fabian.

"Waalaikumsalam, duduk."

"Saya mau yang gantiin saya selama 3 hari ini jadi ketua OSIS Mysha, Pak." kata Fabian.

Mysha menyenggol lengan Fabian, menandakan bahwa gadis itu menolak.

"Ya sudah, itu terserah kamu. Asalkan Mysha bisa dipercaya." kata Pak Tio.

Fabian mengangguk
"Mysha bisa dipercaya, Pak." kata Fabian.

Pak Tio mengangguk, "Ya sudah,"

Mysha menghela nafasnya sejenak, ah nambah-nambahin kerjaan Mysha saja. Ini akan membuat Mysha sibuk dan kerepotan bukan main.

***

"Kenapa harus gue sih, Fab?" tanya Mysha jengkel. Pasalnya ini adalah pekerjaan yang berat untuk Mysha.

"Lo gak ngapa-ngapain. Cukup handle pekerjaan anggota aja. Oh iya, pekerjaan lainnya, gue minta tolong data ulang berkas-berkas data-data murid. Emm.. maksudnya lo tulis ulang dikertas yang nanti bakal gue kasih, tinggal salin aja. Gak repot kok."

"Dan kalo lo ngerasa nulis ulang seribu data murid kebanyakan, lo boleh minta tolong temen-temen lo." kata Fabian.

"Untung temen!" pekik Mysha seraya mengerucutkan bibirnya.

"Tolong lah Sha, disini yang bisa gue percaya cuma lo." kata Fabian memohon.

"Males."

"Sha? help..."

"Hm, oke-oke."

"Dan gue janji, selama tiga hari ini, setiap pulang sekolah lo gue beliin eskrim, nanti gue suruh Arlan buat beliin eskrimnya buat lo." kata Fabian membuat Mysha mengangguk mantap.

"Deal?" ucap Mysha.

"Deal."

"Makasi, Sha."

***

Keesokan harinya, Mysha berangkat sekolah lebih awal. Karena tugas tambahan dari Fabian cukup lumayan banyak. Maka dari itu Mysha berangkat lebih awal. Gadis itu sangat tidak bersemangat karena Erlangga marah padanya.

"Dichat gak dibales, ditelpon gak diangkat, maunya apa sih?!"

"Hai," sapa seseorang membuat Mysha menghentikan kegiatan menulisnya.

Mysha menoleh, "Bara?"

Bara menunduk mensejajarkan tubuhnya dengan Mysha, "lagi apa?"

"Gak liat gue lagi nulis?" jawab Mysha jutek.

Bara terkekeh, "Iya-iya. Lo lagi marahan sama Erlangga?" tanya cowok itu.

"Kepo." kata Mysha.

"Cerita aja, Sha."

"Males."

"Gue dengerin kok." kata Bara.

"Sokap banget sih lo sana-sana pergi elah ganggu aja!" pekik Mysha.

"Lo mau tau gak?"

"Apa?" jawab Mysha tanpa menoleh ke arah Bara.

"Yara pingsan dan Erlangga ngasih nafas buatan."

"APA?!" jawab Mysha terkejut. Lalu, detik berikutnya, gadis itu kembali terdiam.

"Kok diem?" tanya Bara.

"Gue bukan siapa-siapanya Erlangga, Bar."

"Jadi?"

"Ya gue gak pantes marah." kata Mysha.

"Mana Mysha yang gue kenal? Mysha yang selalu berjuang untuk Erlangga. Buat ngedapetin hati Erlangga, mana?" kata Bara.

Mysha menghela nafasnya, "gue pernah suka, bahkan cinta. Dan bahkan, sampe sekarang."

"Dulu, gue ngejar-ngejar Erlangga lebih parah dari ini. Sampe bisa disebut dengan gue terobsesi sama Erlangga." Mysha menjeda ucapannya setelah menghela nafasnya, "Gue lakuin apa aja, demi Erlangga bahagia. Tapi sekarang, ya gue kurang-kurangin sifat itu ke Erlangga, takut dia tambah benci dan jijik sama gue." kata Mysha.

"Dulu, saking sukanya, gue rela diskors seminggu biar dia gak dihukum. Gue rela gak jajan dua minggu demi beli kado untuk dia."

Mysha menatap Bara, "Tapi itu semua gak berarti buat Erlangga." kata Mysha.

"Gue selalu berusaha untuk dapetin hatinya, tapi, posisi Yara yang paling atas dibandingkan gue. Gue? hahah, gue gak ada bagusnya." kata Mysha seraya tertawa hambar dengan tatapan kosong.

"Gue gak ada apa-apanya dibandingkan Yara. Dia berarti banget buat Erlangga." kata Mysha.

"Lo harus perjuangin sesuatu yang udah lo lakuin dari nol Sha. Bukan cinta namanya kalo berhenti ditengah jalan." kata Bara.

"Bisa aja gue perjuangin lagi, tapi percuma kalo ada Yara di hati Erlangga. Lagi juga, mungkin Erlangga ilfeel sama sikap gue yang ngejar-ngejar dia segininya. Dia muak kayaknya sama gue." kata Mysha.

"Lo hanya beransumsi sendiri kan?" tanya Bara.

"Gue, dimata Erlangga gak ada apa-apanya. Gue gak berguna dimata dia, gue gak berguna!"

"Coba, sekali lagi lo perjuangin dia, kalo lo lelah lo boleh mundur. Dan coba lo sekali-kali ada gunanya buat Erlangga, sekali." kata Bara.

Mysha menghela nafasnya, "oke, akan gue coba sekali lagi."

וו×

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNNNN!

MYSHA [SELESAI]Where stories live. Discover now