Mysha || 21

330K 17.4K 634
                                    

Kini, puncak acara berada dipukul 10 malam. Dimana Erlangga meniup lilin yang 17 tahun. Lelaki itu, sebenarnya enggan untuk merayakan acara seperti ini. Namun, ini adalah permintaan sang Mama.

"Lang, tiup lilinnya!"

Cowok itu melangkah, berada sejajar dengan kue ulang tahun yang lumayan besar itu.

"Make a wish," ujar Elise seraya tersenyum.

Erlangga menutup matanya. Ia membuat suatu permintaan di ulang tahunnya tahun ini. Ia harap, akan terwujud.

Setelah itu, Erlangga meniup lilin yang ada di kue tersebut. Setelah meniupnya, suara tepuk tangan terdengar sangat meriah.

"Lang, kasih satu suapan ke orang. Dan orang itu, orang terspesial dihidup lo." ujar Revan mendapat anggukan dari teman lainnya.

Elise membantu Erlangga memotong kue tersebut, lalu ditaruhnya potongan kue tersebut ke dalam piring.

Erlangga memegang sendok, dan mulai memotong lebih kecil lagi. Tangan Erlangga menuju ke arah Elise, tentu membuat seluruh tamu berteriak iri. Elise terkekeh pelan, lalu tersenyum pada anaknya itu.

"To you, mom." ujar Erlangga.

"Makasih, sayang." balas Elise.

"Gak ada lagi nih?" goda Aldito pada Erlangga. Cowok itu membalasnya dengan kekehannya.

"Suapan kedua, buat Yara."

Deg

Rasanya, Mysha ingin menangis saat ini juga. Cengeng? ya memang. Mysha sangat cengeng. Ia menahan mati-matian rasa cemburunya.

"Inget Sha, bukan siapa-siapa!" batinnya.

Yara, tersenyum senang akan itu. Membuat semua tamu tertegun akan perilaku Erlangga pada Yara.

"Sweet, banget!" pekik Revan.

Aldito menoyor kepala Revan, "lebay, monyet!" Yang ditoyor hanya meringis kesakitan menatap sinis Aldito.

"Sabar ya, Sha." kata Kinara pada Mysha.

"Gue tau lo gak butuh kata sabar itu, tapi, seenggaknya itu mewakili perasaan lo sekarang." ucap Kinara lagi. Mysha mengangguk, lalu berusaha tersenyum.

"Acara selanjutnya, kita adain pensi aja. Yang mau nyanyi, nge-band, nari, puitis, atau semacamnya, bisa naik ke panggung yang disediain disana. Disana, ada piano, gitar dan segala macem udah disediain. Jadi, kita berpaling ke panggung sebelah!" kata Revan memberi tahu. Semua tamu pun berjalan ke panggung tersebut.

"Ada yang mau nampilin sesuatu?" tanya Revan yakni menggunakan mic.

"Gue."

Sorotan mata tertuju pada Mysha. Gadis itu tersenyum malu.

"Mau nampilin apaan lo?" tanya Revan.

"Nyanyi."

"Emang bisa?" ledek Revan. Mysha memukul lengan Revan. "kalo bukan acara Erlangga gue ajak berantem lo disini!"

"Oke guys, setelah ini, Mysha mau nampilin sebuah lagu. Katanya sih, yang lagi dia rasain sekarang." Mysha mencubit lengan Revan, membuat cowok itu meringis kesakitan.

"Sakit anjir, udah sana mulai!" kata Revan lalu ia turun dari panggung.

Mysha duduk di kursi yang telah disediakan, sepertinya, gadis itu akan memainkan sebuah piano.

Mysha memejamkan matanya. Menghembuskan nafasnya perlahan. Lalu, tak lama dari itu, jari-jari Mysha mulai memainkan piano tersebut. Mendapat tepuk tangan meriah dari para tamu.

Sekian lamanya, ku melangkah, lewati cerita
Begitu jauh dan berwarna namun tetap saja
Tak ada yang sanggup tandingimu tuk membuatku luluh
Abadi di hati

Kau, yang tak pernah hiraukan ku
Tak pernah perdulikan aku yang slalu kagumi dirimu

Meski perih ku terima
Meski sedih ku nikmati
Tak mampu, aku sedikitpun lupakan mu
Meski aku takkan mungkin milikimu
Satu doaku suatu saat nanti kau kan mencintaiku

Berbagai cara tlah aku tempuh tuk hapus dirimu
Namun engkau lagi, dan engkau lagi, tetap engkau lagi
Cinta sejati yang enggan mati dan kokoh berdiri, mungkin hingga mati

Kau, yang tak pernah hiraukan ku
Tak pernah perdulikan aku yang slalu kagumi dirimu

Meski perih ku terima
Meski sedih ku nikmati
Tak mampu, aku sedikitpun lupakan mu
Meski aku takkan mungkin milikimu
Satu doaku suatu saat nanti kau kan mencintaiku

Mysha memainkan piano itu dengan sempurna, hingga tidak ada satupun not yang melesat. Suara dan penghayatan gadis itu mampu membuat seluruh tamu disana terdiam meresapi.

Erlangga, merasa bahwa lagu itu untuk dirinya. Ya, memang sepertinya itu untuk dirinya. Ia diam tak bersuara, mendengarkan lagu yang Mysha nyanyikan sampai selesai.

Elise, wanita itu terpukau melihat Mysha saat ini. Ada rasa kagum, bangga, dan juga sedih.

Meski perih ku terima
Meski sedih ku nikmati
Tak mampu, aku sedikitpun lupakan mu
Meski aku takkan mungkin milikimu
Satu doaku suatu saat nanti kau kan mencintaiku

Mysha menyelesaikan lagunya dengan sempurna, dentingan suara terakhir membuat sorakan tepuk tangan terdengar jelas ditelinga Mysha. Mysha tersenyum, menghapus air matanya yang tadi mengalir. Mungkin, karena ia bernyanyi dengan rasa dan penghayatan penuh.

Mysha turun dari panggung, menyusuri kerumunan, dan berdiri disamping Kinara dan memeluknya.

"Intinya, lo udah sedikit ngutarain disana." kata Kinara seraya mengelus pundak sahabatnya itu.

"Makasih, Kin." balas Mysha.

"Suara lo bagus, gue suka." suara berat terdengar di telinga Mysha dan Kinara, membuat gadis itu melepaskan pelukannya pada Kinara, dan menoleh.

×××

Hayo kira-kira siapa yang ngomong?😂

Jangan bosen baca kisah Mysha dan Erlangga🤗

Jangan lupa vote&komen juga!!💖

See u, Erlangga Mysha sayang kaliannnn❣❣❣❣

MYSHA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang