Bagian Dua (5)

45.3K 3.8K 25
                                    

Beberapa hari berlalu dengan cepat. Labelina mulai terbiasa menjalani aktivitas di gedung pelayan. Ia mandi setiap hari, tapi sehabis itu mengotori diri lagi.

Emelly tidak peduli dengan kelakuannya. Ia tetap memberikan makanan sisa tanpa terlambat agar tidak ketahuan menelantarkan Lala. 

Hari ini pun tidak jauh berbeda dari biasanya, kecuali kehadiran sosok asing yang baru Labelina temui pertama kali.

Saat asyik melompat-lompat mengikuti katak, ia menubruk seorang wanita berpakaian glamor yang kebingungan di sekitar gedung pelayan.

"Omo!" kaget wanita itu tiba-tiba ada sesuatu yang menggelinding setelah tak sengaja mengenai tendangannya.

Labelina meringis. "Maaf. Lala tak lihat."

Diana Delta membuka kipas dengan sekali ayunan, menutupi separuh wajahnya menggunakan kipas mewah tersebut. "Astaga, siapa anak muda ini?"

Menengadah ke atas, kelereng biru itu mengerjap beberapa kali. "Ini Lala."

"Tunggu." Menyadari ada yang familiar, kening Diana mengerut. Dia menutup kipas, menggunakannya untuk mengangkat dagu Labelina ke atas. "Apa ini alasan pria bodoh itu membiarkanmu tinggal di sini?"

"Pia bodoh?"

"Ups, bisa-bisanya aku bicara kasar di depan anak kecil," gumam Diana, kembali membuka kipas dan menutup wajah. "Bukan apa-apa, Nak. Nenek hanya salah bicara. Kau tahu dimana Margrave berada? Dia seharusnya ada di tempat latihan sekarang. Aku datang ke sana tapi Margrave tidak ada."

Margrave itu siapa, ya? Labelina berpikir lama.

"Kau tidak tahu Margrave? Dia seorang Kakek tua jelek yang kepalanya dipenuhi rambut seperti hutan rimba."

Lala memukul kepalan tangan. "Oh, Yeti!"

"Apa? Yet-, uh HAHAHAHAHAHAHAHAHA!" Wanita yang tampak sedikit lebih muda dari Delzaka itu terbahak sampai air matanya mengalir deras. Imajinasi Lala langsung mengurangi nilai kegarangan Delzaka sebagai Sang Legenda.

Kalau Nenek yang suara tawanya cempreng ini mencari Yeti, maka ..., Labelina melihat posisi bayangannya sebelum jongkok ditempat.

"Kenapa tiba-tiba? Kau sakit saat jatuh tadi?" khawatir Diana setelah tawanya reda.

"Butan. Nenek tunggu cebental. Yeti mau lewat."

Selama berhari-hari main sendiri di tempat itu, Lala jadi hafal kapan Delzaka akan melewatinya. Orang-orang bilang Yeti memiliki rutinitas baru, yakni berkeliling gedung pelayan sebagai pemanasan ringan sebelum datang ke tempat latihan.

Bagai cenayang handal, tak lama kemudian sosok Delzaka benar-benar muncul dari kejauhan. Diana mengangguk kagum. Boleh juga Hara versi sachet ini.

"Kau! Kenapa tidak langsung ke tempat latihan?" interupsi Delzaka. Terlepas dari kunjungan dadakan yang sudah biasa itu, sang Margrave agak resah Diana akan menanyainya aneh-aneh terkait Buntal. 

Ketimbang menanggapi pertanyaan Delzaka, Diana memilih fokus pada Lala. "Terima kasih atas bantuanmu, Nak."

Diabaikan begitu saja, Delzaka nyaris mengumpat. "Si kurang aj-,"

"Ahem!" deham Vincent, mencegah Tuannya bicara kasar di depan Lala.

Ayolah, Vincent! Aku cuma ingin mengatai Bedebah ini sedikit! Delzaka memprotes lewat pelototan tajamnya pada sang Asisten.

Tidak boleh, Margrave. Anak kecil tidak boleh mendengar kata-kata kasar, tegas Vincent dengan gelengan kepala.

Cih, dasar pelit. Bibir manyun Margrave yang nyaris tertutup kumis mengisyaratkan demikian.

Vincent menghela nafas begitu Delzaka menyerah. Margrave memang harus ditegasi. Kalau tidak beliau akan menggonggongi adiknya sendiri tanpa peduli orang sekitar.

"Imbalan buat Lala mana?" cicit Labelina mengalihkan atensi mereka semua.

Bocah cilik itu dengan beraninya mengangkat telapak tangan di depan Diana Delta, adik sang Margrave sekaligus pahlawan terkuat seantero Baltenas setelah Delzaka.

To be continue...

*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*

Mohon komennya ya guiss🙏🏻

Sebenernya bagian 1, 2, 3, dst itu cuma satu part. Tapi karena per part-nya mencapai lebih dari 2500 kata, Bher pecah jadi beberapa. Jadi, jangan heran kalau sekali update bisa sampai 5 part, ya.

See you😉

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang