Bagian enam (2)

33.4K 3.3K 28
                                    

"Macitan itu apa?"

Seringai samar Duke membuat Natelia dan Joviette panas dingin. Mereka menelan ludah gelisah macam orang tua mengkhawatirkan anaknya. Dan anak mereka yang masih minim pengetahuan itu sedang melewati krisis kehidupan.

"Cobalah menggonggong."

"Lala, 'kan, manucia."

"Statusmu di sini adalah peliharaan."

Lala memiringkan kepala kebingungan. Mengapa Etan menganggapnya peliharaan? Apa dia ingin memelihara sesuatu? Gara-gara menarik kesimpulan tersebut, Lala memberi penawaran. "Dyuk mau Lulu?"

"Apa?"

"Lulu. Dia caaaangat becaaaaal." Labelina membuat bulatan besar dengan rentangan tangan, lantas mendeskripsikan bentuknya sesuai ingatan. Jika Duke mau, dia bisa memberikan Lulu.

"Lebih becal dali Yeti. Bulunya banyak. Dia cuka mamam ikan. Lalinya kencang dan-,"

"Ahem," sela Danzel menengahi. Remaja itu tahu-tahu sudah berdiri membelakangi Lala.

Mana bisa Danzel diam saja melihat bocah tolol itu membuat situasinya semakin runyam?

"Duke, maaf. Ini sudah siang. Peliharaan saya butuh tidur siang sekarang," pamit Danzel tak sepenuhnya bohong. Natelia bilang demi menjaga kualitas tubuh dan agar anak itu cepat tumbuh, dia harus istirahat di siang hari.

Oh, yeah, bahkan sekarang dirinya terpaksa memperhatikan omong kosong pengasuh bayi! Tentu saja sebagian besar itu adalah dalih supaya dia bisa segera membawa kabur Lala.

"Ayo kembali ke kamar." Ketika Danzel menarik tangannya pergi, Lala mempertahankan diri untuk tetap tinggal.

Danzelion mengerutkan kening. "Ada apa?"

Labelina menoleh ke arah mereka secara bergantian, sebelum melihat dengan mata berbinar pada Gestan. "Dyuk belum bilang Lala belcikap baik."

Astaga, pasti demi sepuluh kue yang dijanjikan pengasuhnya! Danzel spontan melotot ke Natelia, menyalahkan. Wanita itu berpaling pura-pura tak dengar.

Selagi mata bulat Lala menunggu Duke memujinya di depan Nana, Danzel kelihatan frustasi.

Anak yang gigih, batin Gestan puas melihat Danzel tertekan. Mereka yang terlatih dalam pertempuran saja belum tentu seberani ini padanya.

Dia pantas ku apresiasi. "Kau."

"Ya ya!" Lala menaik-turunkan kepalan tangan di udara tak sabar.

"Bocah pemberani."

"Cepelti Lulu?"

Entah siapa Lulu itu, mari pura-pura mengenalnya. "Ya."

"Nana Nana!" Lala menunjuk Duke dan menoleh ke Natelia. "Nana dengal itu? Dyuk bilang Lala pembelani!"

Natelia mengangguk gelisah. Sepertinya akan terjadi sesuatu yang buruk setelah ini.

Benar firasat Natelia, Duke ternyata belum selesai bicara. Smirk pria itu tiba-tiba muncul bersamaan dengan tembakan terakhirnya.

"Tapi kau sangat nakal."

"...,"

"Sepuluh kuemu ku sita."

Singkat, jelas, padat.

Semangat bocah itu hilang seketika. Wajah antusiasnya luntur, berganti dengan raut terkejut sampai manik birunya membulat sempurna.

"Ke-, ..., kenapa?"

"Karena kau nakal. Memangnya kenapa lagi?" sahut Gestan dengan entengnya.

"Ta-tapi, Lala tak nakal."

"Nakal."

"Kenapa Lala nakal? Lala anak baik!" Lala menghentak-hentakkan kakinya kesal.

Gawat, Lala sangat marah sekarang!

Ini mengingatkan mereka akan tragedi kemarahan Lala pada Emelly. Sebentar lagi dia pasti akan tengkurap di sembarang tempat untuk melampiaskan tantrumnya.

Semua orang menyadari itu hingga mata mereka membelalak panik. Jangan sampai Lala bertingkah seperti itu di depan Duke!

"Lala tak nakal, Lala tak nakal, Lala tak nakal! Dyuk bohong! Dyuk anak ce-,"

"Tidaaaaak!" Dari jauh, Joviette berlari kelabakan dan langsung menyerobot Lala membawanya kabur sebelum Lala mengatai Tuan Duke anak setan. "Tuan Duke, maafkan saya! Anak ini sepertinya butuh ke toilet sekarang!"

"...,"

Tinggallah Danzel yang tersisa di hadapan Gestan. Dilihat dari cara pria dewasa itu menatapnya, jelas bukan pertanda baik. Agaknya dia harus cepat menyusul pergi.

Selagi Duke menyingkirkan benda-benda aneh milik Lala dan menyuruh pelayan membawakan kopi baru untuknya, Danzel membungkuk pamit. "Saya juga ada jadwal lain setelah ini, Duke. Saya permisi."

"Tunggu."

Sial. Danzel telat melarikan diri. Sesuatu yang merepotkan sepertinya akan sulit dia hindari. "Ya," sahut Danzel selepas mengambil nafas dalam.

"Penalti sudah ku tetapkan karena kau gagal mendidik orang 'pilihanmu'," final Duke melebarkan koran kembali.

Dia sengaja menekankan kata bertanda kutip demi menegaskan bahwa semua kelakuan Lala harus dipertanggungjawabkan oleh orang yang memilihnya.

*****

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang