Bagian Tiga Belas (3)

25.7K 2.7K 7
                                    

"Hara, ini Duke Muda Gestan. Bertemanlah dengan beliau karena mulai sekarang kita adalah keluarga," ucap Amberly, memegang bahu dua anak yang saling berhadapan itu, berharap mereka cepat akrab satu sama lain. 

Harazelle kecil menelengkan kepala, tak sadar menatap Duke Muda terlalu lama. Maklum, ini pertama kali dia melihat ada kakak laki-laki setampan itu. Meskipun yang Duke Muda lakukan hanya balas menatapnya dingin.

"Duke Muda, ini putri saya, Harazelle." Amberly giliran mengenalkan Hara pada Gestan.

"Dia empat tahun lebih muda dari Anda dan belum menguasai sepenuhnya pelajaran etika, jadi tolong tegur saja jika anak ini bersikap tidak sopan, ya."

Gestan yang kala itu berusia sepuluh tahun mengulurkan tangannya lebih dulu untuk bersalaman. Hal pertama yang muncul dibenaknya saat melihat Hara adalah, dia cuma anak kecil biasa. 

Kecuali bagian warna matanya yang unik itu.

Yah, bukan berarti dia tertarik pada Hara. Gestan hanya sadar diri bahwa Amberly akan mengisi kursi kepemimpinan sampai dia dewasa.

Lebih baik mengawasi mereka dengan tenang tanpa menimbulkan masalah yang berarti. Dia belum tahu orang seperti apa Amberly dan Margrave yang disebut sebagai pahlawan legendaris itu.

Tidak ada salahnya bertindak hati-hati, bukan? Siapa tahu, mereka berpura-pura baik diawal dan menindas di belakang.

Usai beberapa hari tinggal bersama, perkiraan Duke Muda salah besar. Hara yang dikiranya cuma bocah kecil itu rupanya justru menjadi variabel kuat yang paling sulit disingkirkan.

Bukan soal penindasan, penyiksaan atau apa, tapi dia mengekorinya kemanapun Gestan pergi. Pagi siang malam, si kecil seringkali mengintip diam-diam, tanpa mengajak bicara atau menyapa.

Duke Muda acuh tak acuh pada awalnya. Hara bersikap demikian pasti untuk menarik perhatian, sama seperti yang dilakukan anak-anak perempuan centil dari keluarga bangsawan lain yang ingin cari muka. Bedanya, dia lebih gigih dan semakin berani dari hari ke hari.

Gestan pernah mendapati di dalam sepatunya ada permen warna-warni. Lalu pedangnya tiba-tiba ditempeli pita merah muda. Dan yang paling parah, saat makan bersama, gadis kecil itu selalu menyisihkan wortel dan menaruhnya di piring Gestan.

Alangkah bagus jika Hara bukan putri Amberly. Gestan bisa mengusirnya tanpa memikirkan konsekuensi. Tapi, sekali lagi, dia diperingatkan oleh posisinya yang belum stabil.

Akhirnya, kekesalan itu memuncak sewaktu mereka berada di perpustakaan. Tugas dari akademi yang Gestan kerjakan semalaman, tiba-tiba ditumpahi susu coklat Hara.

Alih-alih berkata kasar atau melakukan kekerasan, Gestan langsung merampas boneka kesayangan Hara yang selalu dia peluk kemana-mana. Menghancurkannya hingga tak bersisa.

Harazelle pun terisak keras, memberikan efek dopamin bagi Gestan yang merasa balasannya cukup impas. 

Itu adalah titik awal dimana mereka berakhir saling membenci satu sama lain.

*****

Seperti penjelasan Ophelia, demam Lala tak kunjung reda setelah tiga hari terlewati. Bunga karoten bersifat seperti antibiotik, sehingga kandungannya tidak akan manjur lagi jika dihentikan sekali.

Hampir semua orang dalam kastil menjadi resah. Bukannya mengalami peningkatan, kondisi balita itu justru menurun setiap harinya.

Bahkan hari ini, dia yang biasanya seperti alat penggilingan makanan tiba-tiba memuntahkan semua yang masuk ke mulutnya.

"Lala, Lala harus makan, ya? Biar cepat sembuh," bujuk Natelia, sedih melihat balita super aktif itu terbujur lemas.

"Hng, tapi pelut Lala tak enak," lirihnya.

Nana paham, Lala pasti bermaksud mengatakan bahwa ia merasa mual. Namun sayangnya ia belum mengenal kosakata tersebut.

"Tapi Lala harus tetap makan. Kalau tidak, nanti perut Lala semakin sakit. Mau, ya? Tiga suap saja."

Lala menggeleng lemah. Kelopak sayu itu bahkan tampak berat untuk dibuka.

"Jika Anda ingin makan sesuatu, saya akan meminta dapur membuatnya sekarang." Giliran Sona yang membujuk.

"Tak mau."

"Anda ingin daging? Steak? Stew? Sup telur? Sup ayam? Sandwich sayur? Sandwich daging? Hidangan ikan? Kentang rebus? Kue bolu? Kue coklat? Biskuit? Sereal?"

Semua makanan coba Sona sebutkan. Siapa tahu dengan mendengar namanya Lala akan tergiur.

"Su, sudah cukup, Sona," sela Natelia, khawatir melihat Lala justru semakin membiru saat mendengar nama-nama makanan.

Pada dasarnya, Sona memang tidak pandai membujuk anak kecil. Dia kaku seperti ikan kering.

Huft, harus dengan cara apa lagi supaya Lala mau makan?

Di sela keputusasaan Nana, seseorang tak diundang tiba-tiba bergabung memasuki kamar.

"Kau masih ingat aku, kan?" ketusnya.

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang