Bagian Lima (3)

38K 3.3K 11
                                    

Hari ini Natelia dua kali lipat lebih sibuk dari biasanya. Wanita muda berseragam hitam polos dengan celemek putih itu berjalan cepat kesana kemari, mengatur pelayan junior lain untuk dapat menata ruang makan menjadi sedemikian mewah. 

Cukup sulit menghias nuansa gelap kastil yang dibangun kokoh dengan susunan beton tersebut. Mereka hanya bisa mengandalkan perabotan berwarna emas cerah, permadani merah mencolok serta menggunakan sumber pencahayaan paling terang, berharap dapat mengurangi kesuraman.

Sayangnya hawa mencekam kastil tak luput meski mereka telah mengerahkan segala cara.

Hanya keberadaan Lala-lah yang menguarkan aura bercahaya. Si kecil itu kini duduk tenang di kursi sambil mengayun-ayunkan kakinya menunggu Natelia merias ruangan.

Alasan Natelia lebih sibuk dari biasanya karena malam ini Tuan Duke dan Tuan Muda akan makan bersama setelah sekian lama.

Lebih tepatnya, ini mirip seperti perjamuan besar. Duke tidak suka makan bersama orang lain, sementara Tuan Muda selalu menyuruh pelayan membawakan makanannya ke kamar.

Satu-satunya yang paling tertib menggunakan ruang makan adalah Margrave. Mereka bergabung di tempat ini pun bisa dihitung dengan jari. 

Makanya, makan bersama seperti ini dianggap sebuah pesta bagi para pekerja. Mereka berusaha meningkatkan kualitas hidangan dan desain interior ruangan, berharap makan malam kali ini berkesan dan memuaskan.

Untung-untung Tuan Duke memberikan bonus tambahan. Iya, 'kan?

Bosan menunggu, Labelina akhirnya melompat turun dan menghambur memeluk kaki Natelia. Wajah cemberutnya membenam di gaun sang Pengasuh.

"Haha, si kecil ini kenapa, ya?"

Mata bulat Labelina menengadah ke atas. "Lala bocan. Mau bantu Nana."

"Eh? Nanti Lala bisa kesulitan. Tunggu sebentar lagi maka Nana akan berikan camilan."

Lagi-lagi Natelia menyogoknya dengan makanan. Itu curang.

Tetapi Lala mengangguk dengan mata berbinar. "Ung."

Dia kembali naik ke kursi dan memeluk tas teddy-nya bahagia. Margrave memang belum kembali, tapi sesuai janji Natelia, tas berharga itu segera diserahkan dalam keadaan utuh begitu ia mematuhi Nana.

*****

Makan malam Duke bersama Tuan Muda akhirnya berlangsung.

Hanya terdengar bunyi piring berdenting di ruangan luas tersebut. Gestan tak mengucapkan sepatah kata, begitu pula Danzel. Mereka hening satu sama lain bagaikan orang asing.

Natelia yang berdiri kaku di pojok ruangan dengan pelayan lain menyayangkan ketiadaan Margrave. Andai Margrave ada, suasana mereka pasti tidak sesenyap ini. Yeah, walau keberadaan Margrave pun hanya akan membuat seisi ruangan berisik dengan omelan. 

Begitu suapan terakhir dilalui dengan tenang, Gestan menenggak minumnya dan mulai membicarakan tujuan ia mengajak Danzel makan bersama.

"Lebih dari apapun, aku benci anak-anak," ujarnya membuka percakapan. Suara Duke menggelegar bagai musik bass dalam gedung pertunjukkan.

Baiklah, apa yang akan pria itu ucapkan selanjutnya? Baru mulai saja sudah melontarkan ungkapan tak menyenangkan.

Ini memang tidak ada sangkut pautnya dengan para pelayan, tapi mereka secara alami ikut merasa tegang.

Orang yang diajak bicara Duke justru menanggapi tanpa tertekan sama sekali. Ia dengan santai menikmati desert yang meleleh di mulutnya. "Anda membicarakan saya?"

"Bukan kau. Tapi 'peliharaanmu'," sahut Duke terus terang.

"Jangan khawatir. Saya akan mendidiknya dengan benar."

"Rantai dia di kamarmu kalau begitu."

"...,"

Meski tidak terlihat jelas, Gestan menyadari gestur wajah Danzel sedikit menegang. Samar-samar, sebelah sudut bibir Duke pun melengkung ke atas.

"Kenapa? Kau tidak mau?" tantang Duke.

Sepandai-pandainya Danzel menipu orang, dia telah salah memilih sasaran. Duke Gestan bukan orang yang mudah diperdaya.

Sejak awal Duke tahu Danzel hanya mengarang soal dia memelihara bayi manusia. Pasti ada tujuan tertentu dibalik sifatnya yang apatis itu.

"Saya tidak bisa membelenggu peliharaan kesayangan saya. Dia bisa terluka," balas Danzel. Beruntung mulutnya dapat melontarkan kebohongan semulus sutera.

Ini cukup menarik. Kira-kira sampai kapan Danzel dapat bertahan mengakui bayi itu sebagai peliharaannya? Duke merasa puas dengan obrolan singkat ini. Ia bangkit berdiri meninggalkan Danzelion yang masih menghabiskan makanan.

"Baiklah. Ku ijinkan dia tinggal di kastil asal kau mengajarinya dengan benar. 'Selayaknya peliharaan'," tuntut Duke memberi persyaratan sembari melenggang keluar ruangan.

Selera makan Danzelion seketika menghilang.

Selayaknya peliharaan, katanya? Sial, dia salah mengambil langkah!

Omong-omong, Aslett memiliki silsilah yang agak unik. Tuan Duke sebetulnya bukanlah putra kandung pasangan Delzaka dan Amberly.

Statusnya sama seperti Danzel, anak laki-laki angkat yang ditetapkan menjadi penerus Aslett. Bedanya terletak pada darah yang mengalir dalam tubuh mereka.

Jika Danzel adalah orang asing, maka Gestan adalah keturunan Aslett murni.

Orang tua kandung Gestan merupakan Duke dan Duchess sebelum Amberly. Mereka meregang nyawa sebelum Gestan mencapai usia dewasa.

Lantas, Amberly yang merupakan satu-satunya kerabat Aslett, dipilih menjadi pemimpin sementara sampai Gestan mampu mengurus wilayahnya sendiri.

Sedangkan Danzelion, setetespun tidak mengalir darah leluhur Aslett dalam dirinya.

Sebab mengapa banyak orang tidak keberatan dengan keputusan Gestan memilih Danzel, adalah karena terlepas dari status 'asing'-nya, Danzel sebenarnya berasal dari keluarga kalangan atas yang memiliki sejarah hebat.

*****

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang