Bagian Delapan (3)

28.9K 2.9K 18
                                    

Suara Dores membuyarkan lamunan Gestan. Dia masuk kembali ke dalam ketika menyadari asistennya tampak serius.

"Katakan."

"Di Lembah Sabana muncul penyakit baru yang menyebar sangat cepat. Viscount Miguelis mengusulkan ramuan versat segera distribusikan ke sana karena saat dicobakan pada beberapa pasien, ramuan itu jauh lebih mempan dibanding obat-obatan lain."

Duke membuka gulungan pesan yang dikirim oleh penguasa Lembah Sabana tersebut. Dari pita merahnya jelas ini tanda situasi genting.

Di pernyataan tertulis telah ada lebih dari seratus orang terjangkit gejala yang sama. Sementara panen tahun ini dikatakan gagal karena kekeringan panjang melanda, sehingga mereka kekurangan bahan pangan dan obat-obatan. Sebagai wilayah terdekat, Aslett diminta membantu mereka secepatnya.

"Bagaimana dengan pengujian obatnya?"

"Tuan Tenz memastikan ramuan versat aman dikonsumsi semua kalangan."

"Berapa pasian yang sudah diberikan ramuan itu?"

"Sepuluh."

"Semua sembuh?"

"Tiga diantaranya meninggal, tapi karena penyakit mereka sudah begitu parah. Selain ketiga orang itu, mereka pulih dengan sangat cep-,"

"Sebentar." Duke menurunkan lembaran surat dari pandangannya.

"Ya?"

"Diantara tiga yang meninggal, berapa usia mereka?"

Dores menelusuri data yang ada. "Satu orang tua berumur 80 tahun, yang lain anak-anak berusia 3 dan 5 tahun."

"Berapa rentang usia yang berhasil sembuh?"

"Rata-rata berusia 30 tahunan. Setelah meminum ramuan versat, mereka mengaku tubuh mereka sangat ringan seperti tidak pernah sakit."

Bukankah itu aneh? Meskipun dikatakan kondisi mereka sudah sangat parah, mengapa hanya kelompok usia rentan yang gagal diobat-, Tunggu.

Atensi Gestan refleks tertuju pada guguran daun maple yang masih tergeletak di atas meja.

"Kapan kau melihatnya?"

"Hmm, caat daun-daun di jalan belubah kuning."

"Bagaimana, Duke? Karena ini mendesak-,"

"Tidak. Jangan kirimkan satu ramuan pun sebelum aku mengijinkan."

Dores agak terkejut Duke masih meragukan resep obat dari bangsa peri. Padahal obat-obat keluaran Viscount selama ini dinilai ampuh dan minim efek samping. Apalagi ramuan versat telah lolos uji.

Apa yang membuat Duke mengulur waktu? Akan sangat terlambat jika mereka tidak segera mengirimkan bantuan.

"Dimana 'dia' sekarang?"

"Maaf?"

"Lala." Untuk pertama kali, Gestan menyebut nama bocah mungil itu dengan sedikit penekanan lembut di mulutnya. "Panggil dia kemari."

Tidak ada yang mengira bahwa itu akan menjadi titik balik dimana Duke harus berusaha keras membujuk Lala yang terlanjur marah padanya.

*****

Duke melewati para bawahan sembari menenteng sesuatu yang sangat tidak cocok dengan image-nya. Yakni sebuah boneka beruang coklat seukuran Lala yang hendak dia gunakan sebagai senjata perdamaian.

Pemandangan langka itu dipicu oleh kejadian beberapa waktu lalu, ketika Dores meminta Sona membawa Lala ke kantor Duke. Siapa bilang Lala langsung menurut?

Bahkan beberapa orang dewasa pun gagal membujuknya, termasuk Sona. Labelina memberontak dengan cara yang amat liar. Menjambak, mencakar, mengginggit, hingga berteriak di dekat gendang telinga.

Alhasil, Sona dan beberapa rekannya menghadap Duke dalam kondisi acak-acakan. Mereka mengaku tidak sanggup membawa Lala jika tidak menggunakan paksaan.

Duke sendirilah yang kemudian turun tangan. Dia menghampiri Lala di belakang gedung pelayan tempat bocah itu menjauhi orang-orang dengan segenap siasat yang sudah ia persiapkan.

Tidak sulit menemukan Lala karena hari ini Sona memakaikannya baju merah muda. Dia berjongkok menghadap tembok sambil bersedekap. Tampak dari samping, pipi kemerahannya menggembung bulat.

Baguslah, setidaknya dia tidak akan mati kurang gizi selama tinggal di kastil. 

"Ku dengar, ada yang menolak bicara denganku," pancingnya pura-pura mengajak Sona berbincang.

"Benar, Tuan Duke."

"Lebih baik dia menemuiku sekarang karena aku ingin memberinya hadiah."

"Sungguh Anda akan memberi hadiah?"

"Ya. Hadiah yang besar."

Rupanya, bayi sebiji di bawahnya ini benar-benar merajuk. Dia mengabaikan segala iming-iming Gestan. Sekedar melirik pun tidak.

Duke kemudian menempatkan beruang coklat itu di sisi Lala dengan posisi yang sama pula, sehingga keduanya tampak serasi seperti teman sebaya.

"Ah, karena benda ini sudah tidak ku pakai, akan ku tinggal di sini saja. Aku tidak keberatan jika ada yang menginginkannya."

Nihil. Lala tetap tak berkutik dari tempatnya duduk. Ia secara alami menyatu dengan tembok. 

Sial, kenapa dia begitu gigih? Padahal saat kecil Harazelle berhasil dihasut dengan cara ini. Mau tak mau Duke melancarkan senjata terakhir.

"Kau. Siapkan banyak camilan enak di ruanganku."

"Baik, Tuan Duke. Saya akan bawakan puding coklat dengan lava lumer dan topping marshmello berbentuk hewan yang meleleh di mulut." Sona melafalkan sesuai skenario.

"Bagus. Tambahkan makanan lain juga," umpan Duke sekali lagi. Kali ini dengan sedikit melirik ke bawah. "Siapapun boleh masuk dan mengambilnya."

Anak-anak seharusnya terpancing dengan ini. Mereka lemah dengan makanan yang disukai, bukan? Mari kita lihat, berapa lama Lala akan mempertahankan kemarahannya.

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang