Bagian Tiga Belas (2)

25.1K 2.8K 21
                                    

Kembali ke masa kini.

Labelina mengerjap di tengah pergolakan batin Duke. Suara kecilnya bercicit bagai bayi burung yang masih begitu bersih dan lugu.

"Tapi, Dyuk. Bubu bilang, Lala tak boleh meyindukan Bubu."

Ucapan Lala cukup mengherankan bagi Duke, yang seorang pria dewasa dengan pemikiran tajam. Kenapa ibunya berkata begitu pada anak empat tahun? Apa dia bermaksud menelantarkannya?

"Dia meninggalkanmu setelah itu?"

"Ung. Bubu ada pekeljaan, jadi Lala main belcama teman-teman di lumah jahat."

Rumah jahat? Tempat penitipan anak, kah, maksudnya? Barangkali, informasi kecil seperti ini bisa dijadikan petunjuk untuk menemukan darimana Lala berasal.

"Lalu kau pasti melarikan diri dari sana," tebak Duke, mengingat betapa nekatnya Lala kadang-kadang.

Labelina mengangguk seolah dialah yang paling benar. "Kalau Lala tak pelgi, Lala akan dibawa olang jahat."

"Siapa?"

"Itu, lho, yang cuka pukul Lala," ungkapnya, semudah mengambil nafas.

Duke dibuat tertegun selama beberapa saat. Samar namun pasti, netra kelabu di bawah alis legamnya berbuka lebih lebar.

Jangan bilang, balita yang bahkan tidak punya rasa takut pada penculik ini adalah korban penganiaan?

"Orang jahat itu, bukan ibumu, 'kan?"

Berdasarkan ekspresi Lala tiap kali menyebut 'Bubu', Duke yakin wanita itu bukan pelaku yang suka memukulnya.

"Butan."

Syukurlah jika bukan.

Ini belum pasti, Gestan berasumsi bahwa Lala mungkin ditinggalkan di sebuah panti asuhan. Dia kabur dari tempat itu sebelum dibawa pergi oleh orang yang suka memukulnya.

Rahang kokoh Duke menggertak bersamaan dengan wajahnya yang menggelap. Baguslah dia kabur jika memang kronologinya demikian.

Tapi, adakah kemungkinan ibu dari anak ini sedang mencarinya sekarang?

"Orang seperti apa ibumu?" tanya Duke, sedikit penasaran.

Siapa tahu, dengan penggambaran lebih detail, perempuan itu akan lebih mudah ditemukan.

"Bubu paling cantik cedunia!" sahut Lala dengan membentangkan tangan seluas yang dia bisa.

Tentu jawaban barusan tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk mencari ibunya. Lagipula semua anak yang memiliki ibu penyayang pasti memuja ibu mereka.

"Selain itu?"

"Bubu cepelti bidadali."

Gestan hendak berkomentar, bidadari itu tidak ada. Namun, melihat mata bulat Lala berkilat penuh kebanggaan, mulutnya kembali terkatup rapat.

Seseorang pernah berkata padanya, tidak baik menghancurkan imajinasi anak kecil. Jadi untuk kali ini, dia akan mengalah sekali saja.

"Ibumu pasti cantik sekali," timpal Duke pada akhirnya.

"Eung! Bubu paling cantik cedunia! Caat bobok Bubu cepelti bidadali, caat mamam Bubu cepelti bidadali, caat belmain Bubu juga cepelti bidadali...,"

Lantas, Gestan terdiam. Membiarkan ocehan si kecil mengalir dengan sendirinya.

Cukup mengejutkan karena Lala biasanya akan berpikir lama saat ditanyai tentang seseorang. Ternyata hal tersebut tidak berlaku ketika dia diminta menjelaskan seperti apa penampilan sang Ibu.

"Bubu cangat hangat. Lala cuka dipeluk Bubu. Bubu akan beli hadiah kalau Lala belcikap baik. Bubu juga halum dan kenyal cepelti jelly."

"Lalu, lalu ...," Labelina tiba-tiba berpikir agak lama. Termenung seperti sedang melamunkan sesuatu.

Omong-omong tentang jelly, sudah lama ia tidak makan jelly buatan Bubu. Kalau saja Lala tahu hari itu mereka akan berpisah lama, seharusnya dia minta dibuatkan seratus jelly.

Kenapa dia menelan ludah? pikir Gestan, menaikkan sebelah alis curiga. "Kau lapar, ya?" tebaknya.

Suara gemuruh dari perut Lala cukup menjawab pertanyaan tersebut.

Yang benar saja. Memangnya dia kanibal? Bisa-bisanya teringat makanan saat membayangkan ibu sendiri.

Tok tok tok!

Panjang umur! Suara ketukan pintu dari Nana dan Sona menyela di waktu yang tepat.

"Mamam!" girang Lala begitu membau sesuatu yang lezat dari luar.

Duke menghela nafas singkat. Mari tunda interogasi ini sampai dia benar-benar pulih.

Ini hanya pemikiran sempitnya saja, mendengar ungkapan panjang Lala tentang ibunya, Duke sempat terbayang Hara.

Aku pasti sudah gila.

Harazelle hidup bahagia bersama bajingan itu sekarang, di tempat yang nyaman dan hangat. Melupakan fakta bahwa mereka berasal dari wilayah bermusuhan.

Entah kalung thalasa dicuri atau dijual oleh Hara sendiri, harusnya Gestan tidak mempedulikan gadis itu lagi.

*****

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang